Secret Admirer

Secret Admirer

1. Surat di Dalam Loker

Surat di Dalam Loker

"Laura, apa yang sedang kauperbuat?" Yuna tiba-tiba datang kemudian mengagetkanku, dia lantas duduk di bangku sebelah.

"Buta?" kataku kemudian mengangkat novel bersampul perak. Aku tahu betapa jahatnya ketika aku berkata ketus pada Yuna. Salahkah saja novel ini yang membuat perasaan tidak labil!

Dia semakin mendekat, merapatkan diri kepadaku, guna mengintip halaman novel yang sedang kubaca. "Kau tidak ada kegiatan lain selain membaca?" tanya Yuna.

Aku mendengus, menarik buku dan menjauhkan diri. Apa yang harus aku lakukan, jika teman saja hanya dua orang. Pertama Yuna, kemudian satu teman cowok. Sialnya, aku tidak tahu kenapa orang-orang itu tidak mau kudekati. Mereka selalu menjawab singkat kala kuajak bicara.

Aku melirik ke arah Yuna, cewek itu terdiam untuk sesaat kemudian menghela nafas. Selalu saja begitu, pasti dia merasa bersalah. Oleh karena itu, aku tidak boleh egois---syukur Yuna masih mau berteman denganku.

Aku kembali menggeser bangku lebih dekat ke arah Yuna. Dengan buku yang kuarahkan ke tengah, ayo Yuna kita membacanya bersama! Katakan saja ini bentuk permintaan maaf untuk perkataan ketusku.

Yuna terkekeh, mengulas senyum manis kemudian menyipitkan mata. "Kau memang adalah orang yang baik dan tidak bisa memusuhi orang. Aku terheran, apa yang membuat orang-orang itu menjauhimu. Padahal kamu baik dari segi mana pun." kata Yuna.

"Aku tidak sebaik itu," kataku kemudian menatap tajam Yuna dengan tingkah aneh. "Gelagatmu aneh, apa yang coba kausembunyikan?"

"Em... tidak, aku sedang gelisah karena tidak belajar semalam. Hari ini kan Guru mengadakan ulangan matematika." ujar Yuna.

"Oh, yasudah belajar saja sekarang! Bukankah..." Aku melotot ketika sadar dengan pembicaraan itu. Kuedarkan pandangan ke arah pintu masuk di mana Bu. Siska sudah masuk, matematika adalah jam pertama.

"Sial, Yuna! Kenapa baru memberitaku sekarang. Matilah, aku juga tidak belajar, tahu begini aku tidak akan bersantai sambil membaca." jeritku tertahan dalam hati. Aku memandang ke arah Yuna yang minggat dari sebelahku menuju bangkunya.

Tolong siapa pun, berikan aku ilmumu!

***

Jam istirahat pertama berbunyi, dengan itu aku bernafas lega. Kepalaku sudah sangat pusing dengan beragam angka yang menyambut.

"Laura," kata Yuna memanggil. Dia berjalan ke arahku, merangkul pundak dengan senyuman yang khas. "Tampaknya tidak ada yang perlu dikhawatirkan semasa ulangan di jam pertama."

Aku memutar bola mata malas, kuakui Yuna adalah cewek baik dengan sikap hangatnya. Tapi jika dia dalam mood yang buruk, pasti aku menjadi sasarannya.

"Aku hanya menjawab dua buah soal!" seruku lantang, bukan karena bangga melainkan peringatan kepada Yuna bahwa aku juga kesal.  "Aku benar-benar lupa sekarang ulangan."

Aku mendadak lesu dan tak bersemangat, jika nilaiku buruk dan guru mengembalikan kertas ulangan untuk ditandatangani. Sudah pasti aku akan habis di tangan Ibuku, habis diceramahi.

"Sudahlah, ulangan itu sudah berlalu. Kita ke kantin saja, cacing di perutku sudah memberontak!" kata Yuna kembali mengalah. Aku berpikir sejenak untuk menerima tawaran tersebut. 

"Maaf Yuna, sepertinya kau duluan saja ke kantin, aku ingin menyimpan barang di loker." kataku terkekeh canggung. Yuna hanya mengangguk kemudian berlalu pergi. Dengan itu aku juga beranjak menuju loker guna menyimpan sepatu.

"Ngomong-ngomong seharian ini aku tidak melihat Wafi. Dia tidak masuk dengan alasan apa?" kataku sembari membuka loker. Dan saat itu juga, aku dikejutkan dengan sebuah amplop putih yang cantik.

Kuraih benda tersebut dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Ini adalah surat, terbukti bentuk love di tengah-tengah surat. Tunggu! Love? Ini surat cinta?

Aku tidak ingin percaya dengan ini, karena sebenarnya aku tidak pernah mendapatkan yang seperti ini! Aku bahkan tidak pernah merasakan yang namanya berpacaran di sepanjang tujuh belas tahun usiaku. Jangankan itu, ujaran cinta pun tidak pernah! Padahal, aku tidak seburuk itu dari segi penampilan dan sikapku juga netral.

Aku dengan hati-hati meletakkan sepatu di dalam loker. Kembali menguncinya. Aku harus cepat-cepat ke kantin untuk memberitahukan perihal surat ini kepada Yuna.

Aku melangkah menuju kantin, lekas duduk di meja yang sama dengan Yuna. Hingga cewek itu harus menunda acara makannya. "Apa yang kaubawa?" tanya Yuna kemudian dia memincing. "Sebuah surat?"

"Bukan surat biasa!" kataku kemudian meletakkan surat tersebut di atas meja. "Ini surat cinta, tanda di sana sudah membuktikannya."

Yuna terdiam sesaat kemudian berkata, "Kau sudah membukanya? Apa yang tertulis di selembar kertas di dalamnya,"

"Belum," kataku menggelengkan kepala. "Aku tidak sempat membukanya lantaran terlalu senang. Ini yang pertama kali!"

Yuna menghela nafas, dengan kejam menyentil jidatku. Dia mengambil ahli surat tersrbut kemudian membukanya. "Benaran surat..." Suaranya lirih, namun masih dapat kudengar.

Ngomong-ngomong begini isi suratnya ketika Yuna menunjukkannya padaku.

Hai, Cantik! Apa kabar? Kamu baik-baik saja kan, akhir-akhir ini kamu tampak lesu ketika kupandang dari kejauhan. Aku tahu ini cukup sulit untuk kauterima, tapi aku harus tetap mengatakannya!

Setiap kali kamu tersenyum, itu memabukkan seolah berada di hamparan bunga yang indah. Ketika kamu tertawa duniaku kembali hidup dengan riang-gembira. Seolah kamu ada sebagai mentari yang selalu bersinar. Singkatnya, I love you!

Iya, aku menyukaimu, mungkin sudah sejak lama.

                          

                             Pengagum Rahasia

Yuna tertawa begitu aku selesai membacanya, dia pasti menertawakan aku! Aku menjauhkan surat kala Yuna ingin merebutnya. Walaupun aku malu dengan isi suratnya, tapi ini adalah surat cinta pertama yang kuterima.

"Baiklah, baiklah---aku tidak memaksa untuk mengambilnya," kata Yuna masih dengan gelak tawa. "Jadi sekarang, apa yang akan kaulakukan?"

"Em... aku ingin mencari tahu siapa pengangum tersebut dan mengajaknya jadian," kataku lirih. "Aku juga ingin tahu bagaimana rasanya punya pacar, seperti yang diributkan anak remaja lainnya."

"Tidak selamanya berpacaran itu baik Laura, lagipula cowok yang menulis surat itu tidak menjamin dia layak untukmu." ujar Yuna dengan lembut.

Aku terdiam, menghela nafas karena kecewa.

"Tapi karena ini adalah kamu, Laura teman terbaikku. Aku akan membantumu untuk mencari si pengangum. Kupastikan akan membuatnya kapok jika hanya bermain-main dengan selembar kertas yang membuat Lauraku salah tingkah." kata Yuna. Aku tersenyum memberikan pelukan untuk Yuna.

"Kau memang yang terbaik!" kataku memuji setelah melepas pelukan. "Ngomong-ngomong aku ingin bertanya, Wafi tampaknya tidak hadir. Kenapa, ya?"

"Dia izin berlibur sehari." kata Yuna.

"Dari mana kautahu?" Aku memincing curiga.

Yuna berdiri, dan mengambil mangkok mienya. Sebelum pergi dia berkata, "Saat mengabsen. Kau terlalu sibuk dengan pikiranmu hingga tidak memperhatikan."

"Benarkah begitu?" Aku memandang ke bawah meja, memperhatikan sepasang sepatu.

Terpopuler

Comments

Mona

Mona

Asekk dapat surat cinta 🔥

2024-02-20

0

Khana Imoet

Khana Imoet

absen dl kk

2024-02-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!