Hukuman Mona

Tamparan mendarat di pipi mulus Mona, siapa lagi kalau bukan Sang papah lah yang menampar Mona.

"Kamu sudah keterlaluan mona, bisa-bisanya kamu bersikap seperti itu kepada kakakmu hanya karena pria! Apa kamu tidak pernah menyadari bahwa kakakmu itu sangat amat sayang kepada kamu Mona!" Teriak sang papa.

Hiks... Hiks... Hiks... Hanya ada isakan yang terdengar dari Mona.

"Kamu keterlaluan, Mona!"

"Maaf pah, Mona meminta maaf papa" Mohon Mona.

"Maah maafin Mona" Kata mona tapi tak ada jawaban dari sang mamah, hanya ada air mata yang mengalir dari kedua bola mata mamanya Intan.

"Kamu harus di hukum atas kesalahan yang sudah kamu lakukan ini Mona!" Teriak sang papa.

Mona menggeleng" Engga pah, jangan hukum Mona"

"Moba engga mau di hukum pah"

"Kamu sudah berbuat sesuka hati kamu dan sekarang kamu tidak mau di hukum?"

"Maafin Mona, Mona tidak mau di hukum pah"

"Kamu harus masuk penjara, Mona!"

Jdeer...

Mendengar hal itu Moba semakin menjerit untuk tidak di jebloskan ke penjara "engga pah engga, Mona engga mau masuk penjara pah, Mona mohon pah, Mona mohon"

"Papah" panggil mama sambil mendekat ke arah papah.

"Pah jangan masukin mona ke penjara, bagaimana dengan kuliahnya?" Kata mama dengan suara lembut berharap ia bisa meluluhkan hati suaminya agar tidak jadi mengirimkan mona ke dalam penjara.

"Papah harus melakukan itu, Mah"

"Pasti ada cara lain, pah. Papah harus pikirkan lagi, Akan banyak konsekuensi yang di dapat jika Mona dibiarkan masuk penjara" Bujuk mama intan.

Dengan segala bujuk rayu yang telah di keluarkan oleh istrinya, akhirnya tuan Fello tidak jadi membiarkan mona mendekam di penjara.

"Baiklah papah tidak akan menjebloskan Mona ke penjara. Tapi ada satu syarat "

"Syarat?" Kata mama Intan.

"Ya, ada satu syarat"

"Apa pah syarat itu?" Tanya Mona.

"Kamu harus tinggal bersama nenek dan kakek mu di luar negeri"

"Apa??!!"

"Tidak ada penolakan Mona. Jika kamu mau menolak, papa akan masukan kamu ke penjara"

Mona menggeleng "Mamah Mona engga mau tinggal sama kakek dan nenek" Rengek Mona kepada mamanya.

"Itu sudah hukuman yang paling ringan untuk kamu, Mona. Ini semua salah kamu, coba saja kalau kamu tidak berbuat nekat, papah mu juga tidak akan menghukummu seperti ini" Ketus sang mama.

"Tapi mah... "

"Bagaimana Mona, apakah kamu akan menerima?" Tanya sang papa.

"Baik pah, jika itu keputusan papah, akan mona terima. Mona akan tinggal bersama kakek dan nenek" Kata mona lirih.

Papah menganggukkan kepalanya "Bagus, sekarang cepat bereskan semua keperluan kamu, besok pagi kamu harus sudah berangkat" Titah tuan Fello.

"Baik pah" Kata Mona dengan tetap menundukkan kepalanya.

Mona pun bergegas kembali ke kamarnya untuk menyiapkan semua keperluan untuk tinggal bersama kakek dan neneknya. Mona masih menangis meratapi kesalahannya yang sangat fatal.

***

Masih dalam keadaan sedih, papa Intan mendekat ke arah sang istri dan memeluk tubuhnya untuk menenangkan sang istri, karena ia tahu istrinya sedang bersedih karena keputusan yang telah ia buat untuk anak bungsunya itu.

"Paah... " Panggil mama Intan lirih.

Seakan tau bahwa sang istri menolak keputusan yang sudah di berikan kepada Mona, papah Intan kembali mengeluarkan suaranya sambil mengusap lembut punggung sang istri "Ini keputusan terbaik yang harus kita ambil untuk Mona, mah. Papa juga sebenarnya engga tega sama keputusan ini, tapi ini adalah pilihan terbaik, dari pada papah harus menjebloskan putri papah sendiri ke penjara. Mamah harus kuat, kita masih bisa menengok Mona ke tempat mama dan papah mertua" jelas papa Intan sambil mengusap-ngusap punggung mama intan yang masih terisak.

"Apa engga ada jalan lain pah? Mama merasa tidak sanggup harus melepas Mona ke tempat orang tuaku"

"Engga ada mah, ini jalan satu-satunya untuk mona dan juga Intan. Apa mama tadi tidak mendengar apa kata dokter? Untuk sementara Mona harus kita kirim ke rumah mama dan papah mertua terlebih dahulu, sampai keadaan Intan yang benar-benar membaik baru Mona akan kita pindahkan lagi kesini"

"Baiklah jika memang tidak ada pilihan lain, mama akan menuruti semua apa yang papa katakan"

"Terimakasih mah, mamah sudah mau mendukung keputusan yang papah ambil. Papah juga butuh dukungan mamah untuk saat ini"

"Mamah minta maaf ya pah. Mama akan selalu mendukung apapun keputusan papah "

"Papah maafkan"

"Terimakasih pah" sambil tersenyum dan membalas pelukan suami nya.

***

Di rumah sakit

"Ash.." Jerit Intan.

"Apa yang sakit?" Tanya Rifal panik.

"Kepala ku kenapa berat sekali"

"Kamu jangan banyak bergerak dulu. Kamu berbaring aja, kalau kamu butuh sesuatu bilang aja sama aku"

Intan hanya mengangguk, ia melihat sekelilingnya seperti sedang mencari seseorang. Rifal yang mengerti tentang itu pun langsung membuka suaranya "Mama, papah dan Mona sudah pulang sejak tadi kamu pingsan" Kata Rifal.

Hiks... Hiks... Hiks... (isakkan intan)

"Kamu kenapa, apa ada yang sakit? Katakan padaku, yang mana yang sakit?" tanya Rifal kembali panik.

Intan menggeleng "Aku engga ngerasain sakit apapun, Fal. Aku cuma engga nyangka aja sama apa yang udah adik aku lakuin sama aku. Teganya dia sama aku" Lirih Intan.

Rifal mengusap lembut tangan Intan yang bebas dari infus "Udah yaa... Jangan kamu pikirin lagi, mungkin adik kamu lagi khilaf, maka dari itu dia bisa lakuin hal yang engga wajar sama kamu"

"Tapi apa salah aku sama dia?"

"Udah udah jangan terlalu kamu pikirin, kamu istirahat lagi aja ya, tubuh kamu masih lemah, Ntan"

"Tapi... " Ucap Intan terpotong karena jari telunjuk Rifal sudah berada di bibir manis milik intan.

Rifal menggelengkan kepalanya "Udah ya kamu jangan berpikir macam-macam, sekarang kamu istirahat, aku akan menemani mu disini"

"Kamu engga kerja, Fal?"

"Udah ada Faisal yang menghandle perusahaanku"

"Aku engga mau ngerepotin kamu"

"Aku engga merasa di repotkan oleh mu, Intan"

"Baik kalau begitu, terimakasih ya"

"Iya ntan sama-sama. Yaudah lebih baik sekarang kamu istirahat lagi ya"

"Iya Fal"

Intan kembali memejamkan matanya lagi, Rifal kembali ke sofa yang berada di ruang rawat Intan ketika Intan sudah pulas dari tidurnya, ia mulai membuka kembali laptop yang tadi sempat ia matikan untuk kembali menyelesaikan pekerjaan yang tadi di kirim oleh asisten nya melalui e-mail.

***

Al yang sudah keluar karena jam pelajaran telah usai merasa sedikit terkejut karena ia mendapati Miko yang sedang menunggu di depan pintu kelasnya. Al yang sudah tahu mengenai Miko dari cerita Intan, ia pun berusaha untuk menampakkan wajah yang biasa saja, karena ia tidak mau berurusan dengan Miko. Tapi miko yang melihat Al keluar dari kelasnya langsung menghalanginya.

"Kak Al tunggu dulu"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!