Jauh berjalan akhirnya keempat orang Vermittler termasuk seorang sang Vorgänger kecil yang sedang menyamar akhirnya telah tiba di depan sebuah bangunan. Bangunan yang indah dengan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh di pekarangannya, bangunan yang berhasil membuat Aaric merasa berdecak kagum, bangunan yang tidak lain merupakan tujuan dari perjalanan mereka sedari tadi yaitu rumah yang dihuni oleh keluarga Inx. Karl membuka pintu rumahnya dan tidak lupa untuk mempersilahkan Aaric masuk, dengan senyuman yang senantiasa mekar menghiasi wajahnya Aaric melangkah ke dalam rumah.
"Darelano segeralah pergi mandi dan bersihkan tubuhmu, Kau sudah seharian bermain di hutan. Kau harus selalu menjaga kebersihan tubuhmu agar Kau tidak sakit." Tutur Alviria. "Setelah nanti Darelano mandi, Kau bisa menggunakan kamar mandinya Aaric. Aku akan memberikanmu pakaian Darelano untuk Kau kenakan seusai mandi." Sambung Alviria lagi kepada Aaric yang sedari tadi terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Aaric hanya mengangguk iya sebagai balasan dari ucapan Alviria kepadanya, semuanya tampak sangat baru bagi Aaric kecil, dia bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya pada lingkungan yang baru itu. Aaric masih saja terdiam membeku di tempat, jika bukan karena Karl yang menyuruh Aaric kecil untuk duduk pada salah satu kursi yang berada didekatnya Aaric kecil mungkin akan selamanya berdiri mematung memperhatikan sekelilingnya.
"Aaric aku sudah selesai, sekarang Kau bisa menggunakan kamar mandinya." Tutur Darelano sembari keluar dari kamar mandi.
"Baiklah." Ucap Aaric dengan terbata-bata merasa tidak yakin akan apa yang harus dia lakukan.
Aaric merasa sangat kebingungan dengan kehidupan para Vermittler, biasanya Aaric hanya perlu menunggu turunnya hujan atau pergi ke sungai yang berada di dalam hutan agar dia bisa membersihkan dirinya. Tetapi tidak dengan para Vermittler, yang membuat Aaric merasa lebih bingung lagi ialah mengapa para Vermittler membersihkan diri mereka di dalam sebuah ruangan yang memiliki beberapa alat aneh yang belum pernah Aaric lihat sebelumnya.
Alviria yang melihat Aaric sedang terdiam kebingungan di depan pintu kamar mandi pun perlahan berjalan mendekatinya, dengan senyuman manis yang terlukis indah pada wajahnya Alviria menggenggam tangan kecil Aaric dan mengajaknya untuk masuk ke kamar mandi. Dengan suara lembutnya Alviria menjelaskan semua fungsi dari alat-alat yang berada di sana untuk mempermudah Aaric, dan tidak lupa Alviria meninggalkan pakaian bersih untuk Aaric gunakan nanti.
Usai membersihkan tubuhnya dia segera keluar dari kamar mandi, Aaric yang mendapati tidak ada satu orang pun di dalam rumah hanya bisa kebingungan. Meski sedikit merasa ragu, Aaric kecil melangkahkan kakinya menuju pintu luar mencari seseorang yang mungkin sedang berada di luar rumah karena mau bagaimanapun Aaric tidak tahu apa yang dapat dia lakukan seorang diri di dalam rumah.
Pada pekarangan rumah terlihat Karl dan Alviria yang sedang sibuk mengosongkan gerobak yang sebelumnya telah penuh berisikan beberapa tumbuhan herbal, mendapati kedua orang tuanya sedang bekerja, Darelano kecil juga segera berinisiatif untuk membantu pekerjaan orang tuanya meskipun hanya sedikit. Semua tumbuhan-tumbuhan herbal telah mereka pindahkan ke dalam beberapa polibag kecil dan akan segera mereka susun dengan rapi di dalam sebuah rumah kaca penyimpanan yang berada di samping rumah.
Meskipun merasa sedikit kebingungan dan dengan tatapan kosong Aaric kecil terus melangkahkan kakinya hingga dia berhenti tepat ketika dia melewati sebuah pintu yang menuju pekarangan, Darelano yang menyadari akan kehadiran Aaric segera memanggilnya sembari melambaikan tangannya. Lambaian tangan Darelano berhasil menyadarkan Aaric dari lamunannya. Aaric yang akhirnya telah mendapati keberadaan semua orang pun tersenyum, Aaric melangkahkan kakinya menuju lambaikan tangan berasal, Karl dan Alviria yang menyadari kedatangan Aaric pun ikut tersenyum cerah kepadanya.
"Pakaiannya cocok dikenakan Aaric, walaupun masih terlihat sedikit kebesaran." Alviria masih saja memperhatikan Aaric disela-sela pekerjaan yang dia lakukan. Aaric yang mendengarkan perkataan Alviria tersebut hanya dapat tersenyum bahagia karena merasa diperhatikan.
"Apa yang sedang kalian lakukan? Bolehkah aku juga ikut membantu?" Tutur Aaric kecil melihat orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka.
"Tentu saja, Kau bisa membantu dengan memindahkan beberapa polibag yang berukuran kecil seperti yang Darelano lakukan." Jelas Karl.
"Baiklah, aku akan melakukannya sebagaimana yang Darelano lakukan."
Aaric kecil melakukan sama persis sebagaimana Darelano, ketika Darelano mengambil sebuah polibag Aaric juga melakukan hal yang sama, apabila Darelano melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah kaca maka Aaric kecil juga akan mengikutinya dari belakang, hal yang sama terus saja berulang hingga berhasil membuat Karl dan Alviria tidak bisa lagi menahan tawa mereka. Aaric bagaikan bayangan Darelano yang terus saja mengikuti satu langkah di belakang Darelano, Aaric bertingkah selayaknya seseorang yang sedang melakukan pantomim dan menghasilkan pemandangan yang sangat menggemaskan.
Usai menyusun polibag-polibag di dalam rumah kaca, Karl segera masuk ke dalam rumah untuk membersihkan tubuhnya begitu juga dengan Alviria. Tubuh Karl dan Alviria tampak diselimuti oleh butir-butir keringat yang juga tercampur beberapa tanah saat mereka mengisi polibag dan menanam tumbuhan herbal sebelumnya.
"Hahaha.... hahahah....." suara tawa yang berasal dari dua anak laki-laki itu terus saja terdengar dari ruang keluarga. Selagi Karl dan Alviria bergiliran membersihkan tubuh mereka, Darelano dengan semangatnya mengeluarkan semua mainan mobil-mobilan yang dia miliki untuk mereka mainkan bersama. Darelano sangat menyukai mobil-mobilan, dia memiliki berbagai jenis mobil-mobilan sebagai koleksinya, mulai dari mobil-mobilan canggih yang dapat dimainkan menggunakan remote control hingga mobil kecil yang diukir dari sepotong kayu hasil buah tangan Karl.
Waktu terus berputar selagi kedua anak laki-laki tersebut menikmati permainan mobil-mobilan mereka, sang mentari yang telah menyelesaikan segala pekerjaannya pun akhirnya pergi meninggalkan bumi untuk hari itu, langit berubah menghitam dan hari sudah mulai gelap. Selagi Darelano dan Aaric bermain dengan mainan mereka, Alviria terlihat sibuk di dapur menyiapkan makan malam.
"Darelano, Aaric sudahlah bermainnya dan mari kita makan malam." Ajak Alviria pada kedua anak laki-laki yang sedang asiknya bermain. Mendengar panggilan Alviria, Darelano dan Aaric bergegas melangkahkan kaki-kaki mereka menuju dapur di mana suara itu berasal. Sesampainya mereka di dapur, seperti biasa Darelano segera duduk pada salah satu kursi menunggu makanannya disiapkan.
"Duduklah di sini Aaric, disampingku." Tutur Darelano kecil kepada Aaric yang sedari tadi hanya berdiri mematung menatap Alviria yang sedang menyiapkan piring di atas meja makan. Aaric kecil pun membalas Darelano dengan sebuah anggukan kecil dan segera duduk manis di kursi yang berada di samping Darelano.
"Bu di mana Ayah?" Tanya Darelano yang menyadari adanya kekosongan pada salah satu kursi.
"Hhmmm, mungkin dia sedang di tempat penyimpanan memeriksa sesuatu, Darelano sayang bisa tolong Kau panggilkan Ayahmu untuk Ibu." Pinta Alviria kepada anak semata wayangnya.
"Baiklah Bu." Darelano kecil segera turun dari kursi yang sedang dia duduki yang diikuti oleh Aaric kecil, kedua anak laki-laki tersebut bergerak secara bersamaan menuju luar rumah, Darelano dan Aaric terus melangkahkan kaki-kaki mereka ke arah sebuah bangunan di mana tempat mereka menyimpan semua tumbuhan herbal tadi sore.
Beberapa menit telah berlalu semenjak Darelano dan Aaric pergi meninggalkan Alviria sendirian, Darelano dan Aaric akhirnya kembali bersama Karl yang satu langkah di belakang mereka. Di dapur mereka mendapati semua makanan sudah tersedia di atas meja siap untuk disantap, dengan Alviria yang duduk manis menanti kedatangan mereka, tanpa berpikir panjang ketiga Vermittler tersebut segera duduk dan keluarga kecil Inx pun segera menyantap makan malam mereka dengan diselingi berbagai percakapan ringan di antara mereka.
"Jika kalian sudah selesai makan, segeralah masuk ke kamar dan tidur. Besok bukankah Kau harus ke sekolah Darelano?" Tutur Karl yang menyadari kedua anak kecil itu masih saja berbincang di hadapan piring mereka yang sedari tadi sudah kosong, meskipun Karl tidak terlalu yakin kalau keduanya akan segera tidur.
"Aaric Kau dapat menggunakan kamar tidur bersama dengan Darelano." Sambung Alviria lembut.
"Tentu saja." Ucap Darelano dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya.
Akhirnya Darelano dan Aaric meninggalkan dapur, Darelano pun terlihat menuntut Aaric melangkah kaki mereka menuju kamar tidurnya. Benar saja dengan apa yang Karl seperti dugaan sebelumnya, kedua anak itu tidaklah segera memejamkan mata mereka melainkan mereka masih saja asik berbincang-bincang hingga larut malam, sebelum akhirnya mereka terlelap dalam mimpi mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments