"Tap.... tap..." hanya suara tapakan kaki yang berasal dari tiga orang Vermittler yang terus terdengar, tidak ada satupun dari mereka yang mencoba untuk memulai sebuah percakapan, semuanya telah tenggelam di dalam pikiran mereka masing-masing.
"Bolehkan kita mengajak Aaric untuk tinggal bersama kita?" Ucap Darelano memecah keheningan di antara para Vermittler.
"Aaric pasti merasa sangat kesepian tinggal seorang diri di hutan, jika Ayah dan Ibu mengizinkannya aku akan merasa sangat bahagia dan kalian tidak perlu memberikanku hadiah apa pun untuk ulang tahunku. Aku hanya ingin kalian memberikan izin agar Aaric tinggal bersama kita sebagai hadiah ulang tahunku." Jelas Darelano.
"Bolehkah? Setidaknya sampai hari ulang tahunku nanti." Sambung Darelano mencoba untuk meyakinkan kedua orang tuanya, Karl dan Alviria hanya dapat terdiam memikirkan keinginan dari Darelano anak semata wayang mereka.
"Ibu tidak ada masalah tetapi, Kau harus bertanya pada Ayahmu terlebih dahulu." Ucap Alviria meminta pendapat dari Karl suaminya.
"Jika Ayah mengizinkan aku akan segera kembali ke hutan dan mengajak Aaric pulang bersama kita." Tegas Darelano dengan senyuman manis yang terpancar cerah ditujukan kepada Karl, berharap Karl memberikan jawaban yang dia inginkan.
"Ummmm ya, Ayah rasa Kau boleh mengajak Aaric ke rumah kita jika itu keinginanmu Darelano." Jawab Karl setelah berpikir keras. "Tapi pastikan Aaric merubah wujudnya menjadi seperti seorang Vermittler terlebih dahulu sebelum dia pergi meninggalkan hutan." Belum sempat Karl menyelesaikan perkataannya Darelano sudah terlebih dahulu berteriak kegirangan dan berlari menuju hutan.
"Tentu saja." Teriak Darelano memastikan kedua orang tuanya mendengar jawaban darinya.
Dengan cepat Darelano melangkahkan kakinya kembali masuk ke kawasan hutan, tidak henti-hentinya Darelano memperhatikan keadaan sekelilingnya agar lekas menemukan sahabatnya Aaric sang Vorgänger kecil. Darelano juga tidak henti-henti memanggil nama Aaric hingga suara teriakannya menjadi satu-satunya suara yang menggema di dalam hutan, semua dia lakukan dengan maksud Aaric mendengarkan dirinya dan dia dapat segera menyampaikan kabar gembira yang dia miliki.
"Kenapa Kau kembali seorang diri?" Tanya Aaric sang Vorgänger kecil.
"Aku kembali untuk menjemputmu Aaric." Jawab Darelano dengan wajah yang masih saja tersenyum lebar.
"Aku tidak mengerti dengan apa yang dirimu maksud Darelano." Ucap Aaric sang Vorgänger kecil.
"Aku kembali untuk mengajakmu ikut bersamaku ke Nordost, ke rumahku." Tutur Darelano dengan suaranya yang lembut dan secara perlahan agar Aaric sang Vorgänger kecil dapat memahami maksud dari perkataannya.
"Kenapa? Apakah hari acara ulang tahunmu sudah berubah menjadi hari ini atau besok?" Tanya Aaric yang masih belum benar-benar memahami apa yang telah terjadi.
"Tidak hari ulang tahunku tidak berubah, tetapi aku meminta pada orang tuaku untuk memperolehkan Kau tinggal bersama kami sampai hari ulang tahunku tiba, sebagai hadiah yang mereka berikan kepadaku." Jelas Darelano.
Ajakan yang diutarakan Darelano berhasil membuat Aaric sang Vorgänger kecil terdiam, dia terus saja memutar otaknya memikirkan apa yang sebaiknya dia lakukan. Mau bagaimanpun pada satu sisi Aaric memang ingin sekali berkunjung ke Nordost tepatnya ke rumah Darelano tinggal, tetapi di sisi lain Aaric tidak pernah sekalipun melangkahkan kakinya keluar dari hutan the Hell, hutan yang selalu melindunginya atau bisa disebut rumahnya.
"Ayolah Aaric mengapa Kau hanya terdiam dan tidak mengatakan sepatah kata pun? Bukankah sekarang Kau harusnya merasa senang? Apa lagi yang Kau pikirkan?" Tutur Darelano yang masih saja mencoba untuk membujuk Aaric sang Vorgänger kecil.
"Entahlah, hanya saja aku tidak pernah keluar dari hutan ini sebelumnya."
"Ikutlah bersamaku. Sebentar lagi adalah hari ulang tahunku, bukankah Kau juga harus memberikan hadiah untuk ku Aaric." Ucap Darelano yang tidak bosan-bosannya mengajak Aaric sahabatnya. Aaric masih saja terdiam mendengarkan Darelano, sulit bagi Aaric sang Vorgänger kecil memutuskan untuk pertama kalinya Aaric dipertemukan pada dilema yang sangat besar dalam hidupnya.
"Hadiah yang aku inginkan darimu adalah Kau ikut sekarang bersamaku pulang ke rumah, hanya itu yang aku inginkan karena Kau adalah teman terbaikku Aaric. Dan sekarang kedua orang tuaku masih menunggu kita untuk pulang ke rumah bersama." Sambung Darelano lagi yang terdengar sedikit memaksa, meskipun begitu itu semua dilakukan Darelano agar Aaric bersedia untuk ikut bersamanya kembali ke Nordost.
"Baiklah, aku akan ikut bersamamu Darelano."
"Ya, itu sungguh sebuah keputusan yang sangat bagus Aaric. Sebelumnya Kau harus merubah wujudmu seperti sebelumnya menjadi seorang Vermittler." Pinta Darelano.
Berat rasanya kaki Aaric melangkah keluar dari hutan the Hell itu, tepat ketika Aaric akan melangsungkan keluar dari hutan dia merubah wujudnya secara perlahan. Rambut Aaric yang semula berwarna putih perlahan berubah menghitam, telinga lancipnya pun menghilang, begitu pula dengan kuku-kukunya pun berubah selayaknya para Vermittler biasa, identitas Aaric sang Vorgänger telah berganti menjadi Aaric yang seorang Vermittler
...---><---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Download
Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Comments