Hari demi hari terus terlewati, hubungan Aaric dan Darelano menjadi semakin dekat dan akrab, bahkan Karl juga sudah terlihat menerima kehadiran Aaric tanpa adanya rasa khawatir sedikit pun yang terlintas dipikirannya. Bahkan tidak jarang, Darelano menyempatkan dirinya sepulang sekolah untuk pergi ke hutan seorang diri hanya untuk bermain atau sekedar berbincang-bincang dengan sahabatnya Aaric sang Vorgänger kecil.
Kegelapan malam perlahan sirna bersamaan dengan hadirnya sang mentari yang menyinari langit Nordost, hari demi hari yang telah berlalu membawa mereka kembali pada minggu yang merupakan jadwal bagi Keluarga Inx untuk kembali ke hutan mencari tumbuhan herbal. Saa seperti hari-hari biasanya, suara kicauan dari burung-burung yang berada di balik jendela kamar Darelano berhasil membangunkannya dari tidur.
Darelano melangkahkan kakinya menuju dapur menemui kedua orang tuanya Karl dan Alviria yang sedang sibuk melakukan berbagai aktivitas mereka sendiri. Perhatian Darelano teralihkan segera teralihkan pada beberapa wadah bekal makanan yang sudah tersusun rapi di pinggir meja, kehadiran bekal-bekal yang telah siap membuat Darelano tidak kuasa memendam rasa gembiranya dan senyum manis tipis pun terlukis jelas pada wajah tampannya.
"Aku sangat suka hari minggu." Ucap Darelano berhasil memecahkan kesunyian di pagi hari.
"Karena hari minggu sekolah libur bukan?" Sambung Karl yang sedang duduk di salah satu kursi menunggu sarapannya datang.
"Iya Ayah benar aku memang suka hari libur tetapi, bukan karena itu aku menyukai hari minggu, aku memiliki alasan lainnya lagi." Tutur Darelano kecil sembari tersenyum tipis, yang berhasil membuat Karl mengernyitkan dahinya. "Aku menyukai hari minggu karena kita akan pergi ke hutan mencari tumbuhan herbal dan aku bisa bermain bersama Aaric sepanjang hari." Jelas Darelano.
"Tidak Ibu sangka ternyata Darelano kecilku sangat menyukai Aaric." Tutur Alviria sembari memberikan sepiring penuh makanan di hadapan Darelano putra semata wayangnya itu.
"Tentu saja, aku sudah menganggap Aaric sebagai adikku sendiri. Jika Chaddrick memiliki seorang adik perempuan bernama Calia, maka aku memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Aaric." Jelas Darelano sembari melahap sarapan paginya.
"Kalau begitu jangan hanya berbicara dan cepatlah habiskan sarapanmu Darelano agar kita dapat segera pergi ke hutan." Ucap Karl. Darelano yang mendengar perkataan Ayahnya itu segera menyuapkan suapan besar ke mulutnya, tingkat Darelano sangat menggemaskan hingga senyuman manis pun bermekaran pada wajah Karl dan Alviria karena tingkah anak semata wayang mereka.
Mendengar perkataan dari ayahnya, Darelano kecil pun segera melahap besar sandwich miliknya dan dengan mulut yang masih penuh berisikan sandwich Darelano segera meneguk segelas susu yang berada di dekatnya. Karl yang mendapati putranya tampak terburu-buru menghabiskan sarapannya pun terlihat tersenyum lembut, tingkah Darelano selalu tampak menggemaskan di matanya apapun yang Darelano lakukan.
"Karl, jangan menggoda Darelano seperti itu, dia akan mengalami masalah pencernaan nanti." Tegur Alviria yang khawatir dengan kesehatan putra semata wayangnya.
"Darelano sayang, tenang saja. kami akan selalu sabar menunggumu hingga selesai, Kau tidak perlu terburu-buru menghabiskan semuanya. Kunyahlah dengan perlahan hingga halus atau Kau akan sakit perut nantinya." Titah Alviria dengan sebuah senyuman yang selalu terlihat menghiasi wajah cantiknya.
Darelano pun tersenyum seraya dia memperlambat gerakan mulutnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Ibunya, dalam diam Darelano menghabiskan sarapannya sembari dirinya memikirkan sebuah permainan yang nantinya akan dia mainkan bersama Aaric.
...---><---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments