KAZEL Mencari Suamiku
Disebuah ruangan rumah sakit, terlihat nyonya Intan cahya baru selesai berbicara dengan suaminya.
" Baiklah ma, saya akan memberitahukan pak Didi, untuk segera datang kemari." Kata tuan Cahya nawawi. Pria lima puluh tahun ini lalu menelepon supir mereka.
" Jangan lupa mengingatkan pada bik Tini, untuk segera memasak makanan kesukaan putri kita pa." Sambung nyonya Intan lagi.
Dia membenahi selimut yang ada ditubuh Kazel Anjeli. Putri semata wayang mereka.
" Ma, kenapa saya ada dirumah sakit?" Tanya Kazel, menatap wajah mama dengan berbagai macam pertanyaan dibenaknya.
" Iya sayang, kamu tak sadarkan diri selama tiga tahun. Kamu mengalami koma yang panjang nak..." Jawab nyonya intan sambil tersenyum.
" Saya sakit apa ma? Dan, dimana mereka?" Kazel mencoba mengingat ingat sesuatu.
" Mereka siapa?" Tanya nyonya Intan seraya mengerutkan keningnya.
Obrolan itu terhenti, karena tiba tiba saja pak Didi telah hadir disitu.
" Mari pak kita berkemas dan segera pulang kerumah." Kata tuan Cahya nawawi.
" Baik tuan." Jawab pak Didi.
Dia adalah supir yang sudah lama bekerja didalam keluarga ini.
"Alhamdulillah nona Kazel sudah sembuh..." Sambungnya lalu melihat kewajah Kazel.
Kazel membalas dengan wajah datar. perempuan berusia dua puluh tahun ini belum mampu mengingat, siapa pak Didi tersebut. Memori otaknya terasa lamban untuk berpikir.
Lima belas menit kemudian, semua bersiap siap untuk meningalkan rumah sakit. Mereka masuk kedalam mobil. Kendaraan mewah itu pun menembus kejalan raya, menuju ketempat tinggal mereka.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, mobil berhenti disebuah rumah bertingkat dua. Kazel lantas dibaringkan diatas bed kamarnya.
" Kamu istirahat dulu ya sayang, jangan banyak bergerak...kalo perlu apa apa, bik Tini akan datang membantumu." Kata mama.
"Terima kasih ma." Jawab Kazel tersenyum.
Sewaktu sadar, kazel melihat orang pertama kali adalah mama. Lalu papa. terus ada pak Didi dan Bik Tini. Tapi kenapa bang Devan tak ada? Kemana pula anak saya, yang pastilah kini sudah sangat lucu dan telah berusia tiga tahun!
Masih banyak lagi pertanyaan yang ada didalam pikiran Kazel. Namun tak diungkapkannya. Kini ia mulai terpejam.
" Non muda bangun non..." Suara Bik Tini mengejutkan Kazel dari lelapnya.
" Iya bik, ada apa?" Tanya Kazel melihat kepada bik Tini, yang sedang meletakan makan siang buatnya.
" Nyonya berpesan agar non makan dulu. setelah itu minum obat." Kata bik Tini.
" Baik bik, terima kasih." Sahut kazel, bangkit dari pembaringan lalu duduk disisi ranjang.
Bik Tini kembali kedapur. tak berapa lama, nyonya Intan datang lagi bersama tuan Cahya.
" Ma, kenapa bang Devan tak menemui saya, apakah dia masih berada dikantor?" Tanya Kazel saat ia mulai makan.
" Devan telah pergi merantau kejakarta, dia juga membawa Bayu kesana."
" Siapa Bayu ma?" Tanya Kazel lagi. Dia baru mendengar nama baru ini didalam keluarga.
" Bayu itu anakmu, nak. Setelah melahirkan, kamu tak sadarkan diri. Devan pergi membawa Bayu saat kamu koma selama setahun." Jelas nyonya Intan seraya menarik nafas panjang, " Hingga kini Devan tidak pernah memberi kabar kepada kami." Lanjutnya lagi.
Oh begitu, mengapa bang Devan begitu tega, hingga tak mau menghubungi mama dan papa lagi. Apa sebenarnya yang terjadi padanya? Pikir Kazel dalam diamnya. Ia tak bertanya lagi. setelah menyelesaikan makan, ia kembali berbaring.
**********
Pagi harinya, kazel membuka jendela kamar. Ia duduk pada kursi yang ada. Dari situ ia bisa melihat pemandangan pada muka rumah, karena kamarnya terletak paling depan.
Sudah tiga pagi ini saya melihat pemulung itu bicara dengan bik Tini. Gelagat mereka terlihat mengendap endap. Seperti tak mau diketahui oleh orang lain.
Ada apa ya? Anehnya lagi, bila mama atau papa keluar, bibik dan pemulung itu berpura pura saling tak mengenali. Sekarang coba saya yang kesana, saya penasaran, siapa pemulung itu?
Kazel berpikir sendiri. Lalu tak lama kemudian, ia pun berjalan keluar rumah.
" Bik, siapa dia?" Tanya Kazel saat melihat pemulung tadi bergegas meninggalkan tempat itu.
" Dia hanya seorang pemulung non..." Jawab bik Tini ikut juga memandang. Pemulung itu kini berjalan bersama seorang perempuan tua.
" Apakah dia buta bik? Dan siapa kedua orang tua itu?
" Bapak tua yang mengendarai motor gerobak mereka adalah ayahnya, sedangkan wanita tua tersebut adalah ibunya." Jawab bik Tini sambil mulai menyirami tanaman. seakan akan mau menghindar...
Kazel masih menatap kepergian orang orang itu. Dari belakang, saya seperti mengenali pria buta itu. Tapi apa iya ya? Pikir kazel dalam hati. Dia terbayang lagi pada tubuh pria pemulung buta tadi. Sayangnya dia tak sempat melihat kewajah itu, karena mereka masuk kedalam gerobak motor, secara terburu buru.
" Non, sudah sarapan?" Tanya bik Tini mengejutkan Kazel dari lamunan.
" Belum bik." Jawab Kazel.
" Mari non kita masuk. Bibik akan buatkan non sarapan." Ajak bik Tini, Lalu keduanya masuk kembali menuju keruang makan.
**********
Setelah menyelesaikan sholat subuh, Kazel kembali duduk didepan jendela kamar. Dia akan mengintai kedatangan para pemulung. Setengah jam kemudian, terlihat motor pemulung berjalan didepan rumah. Namun kendaraan itu tak berhenti, malah terus melaju melewati rumahnya.
Hem, kenapa pemulung itu tak mampir? Bik Tini juga tak ada kelihatan disana? Ujar Kazel perlahan. Mungkin lantaran mereka tak melihat bik Tini, makanya tak singgah kemari. Kazel menunggu lagi. Namun hingga memasuki satu jam, kendaraan pemulung itu tak jua kelihatan. Begitu pula dengan bik Tini.
Kembali Kazel penasaran, ia mencari bik Tini kedapur. Tapi, wanita separuh baya itu juga tak ada disitu. Kazelpun segera mencari keseluruh ruangan, namun tak menemukannya. Ahirnya kazel pergi menjumpai pak Didi. Biasanya pak sopir tersebut, setiap pagi selalu berada digarasi, memanasi mesin mobil. Ternyata, pak Didi tak juga ada disana.
Hem, kemana orang orang ini? Apa pak Didi sedang mengantar bik Tini kepasar? Kata Kazel lagi bicara pada dirinya sendiri.
" Kazel, kamu kenapa berdiri disitu nak?" Mama tiba tiba ada dihadapannya. Wanita ini berdiri sambil menatap wajah putrinya dalam dalam.
" Saya mencari bik Tini dan pak Didi, ma." Jawab Kazel dengan tatapan bingung. " Kemana ya mereka? Kok keduanya tak ada dirumah?" Sambung Kazel lagi.
Mama menarik nafas, lalu menuntun Kazel dari garasi itu. Keduanya melangkah kedalam ruang tamu, Lalu duduk disofa panjang. " Bik Tini dan pak Didi sedang cuti." Kata nyonya intan sambil tersenyum.
" Hah, sejak kapan ma? Kenapa mereka tak pamit pada saya?"
" Mereka hanya menititip salam buatmu. Tadi subuh keduanya berangkat mudik kekampung." Jawab nyonya Intan lagi.
Heran, kok bik Tini dan pak Didi pergi secara mendadak? Bukankah kemarin mereka masih bekerja seperti biasa. Mereka juga tak mengatakan rencana kepulangan ini pada saya? Pikir Kazel sendiri. Ini sesuatu hal yang aneh...
Selanjutnya ia pamit dari hadapan mama. Dia kembali duduk dihadapan jendela kamarnya. Besok pagi, saya harus membuntuti pemulung buta itu! Tekadnya dalam hati. "Karya ini merupakan jalur karya kreatif"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Zio Aza
Aku jadi pnasaran sperti Kazel.../Smile/
2024-04-20
0
Romy.
jdi pnasaran tor...
2024-03-23
0
wes boi
pnasaran tor...
2024-03-16
0