Bab 8

"Talita"

Plak.. Plak.. Plak..

Suara tam paran yang kuat terdengar renyah di telinga Jaka. Ia lihat da rah keluar dari sudut bibir Talita. Ia tidak menangis atau pun membantah lagi setelah di tampar.

Mata nya menyiratkan kepedihan yang mendalam. Ia tatap kedua mata Ibu nya yang dulu sering ia peluk.

"Apakah Ibu senang?" Hanya itu pertanyaan yang keluar dari bibir nya.

"Sayang, telpon polisi. Kita harus melaporkan pencuri ini." Ucap Nina tanpa melihat ke arah Talita.

Tidak ada bantahan, Talita terus melihat Ibu nya dengan kedua mata nya. Ia terus melihat gerak gerik mereka berdua. Nina bahkan tidak ingin di peluk oleh Jaka saat ini.

Polisi datang tidak lama setelah Jaka menghubungi mereka. Talita langsung di laporkan Ibu nya karena tuduhan pencurian. Ia sama sekali tidak menunduk. Dari kamar hingga keluar dari rumah itu, ia terus menatap ke arah Ibu nya dengan mata yang sayu.

Naina pun tidak mengatakan sepatah kata. Ia hanya bungkam. Entah pada siapa ia harus kecewa saat ini. Melihat kondisi Talita yang sudah berantakan. Namun, suaminya memiliki bukti lain yang lebih akurat.

Ah, seandainya saja dulu ia tidak melepas Cctv yang ada di rumah itu, ia pasti akan dengan mudah tahu siapa pelaku sebenarnya. Saat akan di masukkan ke mobil polisi, Naina tiba-tiba bertanya.

"Apa yang kau cari di dalam rumahku?"

Polisi yang membawa Talita akhirnya ikut berhenti saat Talita menoleh ke arah Ibu nya.

"Mungkinkah ada seorang Anak yang mencuri di rumah Ibu nya sendiri? Dan Ibu nya langsung percaya saat Ayah tiri nya berbohong."

"Jawab saja pertanyaan ku anak si alan!"

"Anak si alan ini yang telah keluar dari rahim mu, bu. Dan sekarang anak si alan ini juga kau buang."

"Jangan buang-buang waktu. Aku hanya bertanya apa yang kau inginkan."

"Aku hanya ingin mengambil kembali apa yang telah menjadi milik ku dan adik-adik ku."

"Maksud mu, rumah ini?"

"Iya, bukankah rumah ini milik kami? Ayah yang memberikan nya dulu."

"Tidak, rumah ini bukan milik kalian lagi."

"Trus, apa milik Ibu? Hah! Sudah ku duga."

"Bukan, tapi rumah ini telah di beli oleh Ayah tiri mu. Dan sekarang rumah ini dan surat kepemilikan, atas nama nya. Bukan kalian lagi."

Lemas sudah persendian Talita. Kini ia terlihat sangat lemah. Kaki nya bahkan tidak bisa di gerakkan lagi. Ia sempat melihat wajah Jaka yang tersenyum sambil menatap ke arah nya. Jaka seperti menji lat sesuatu di bibir nya. Dan Jaka juga menatap Talita dengan wajah mesum nya.

"Bawa ia ke penjara, dan berikan sedikit pelajaran yang berharga. Agar anak ini tidak nakal lagi." Ucap Jaka pada seorang anggota kepolisian.

Talita langsung di bawa oleh mobil polisi. Pikiran nya saat ini sedang tidak pada tempatnya. Harus nya ia tidak gegabah. Bagaimana nasib nya saat ini. Apalagi adik-adik nya ia titipkan di kandang harimau.

Talita bahkan lupa membawa ponsel nya saat ini. Saat ia pergi tadi, tas berisi ponsel berada di rumah Ayah kandungnya. Semoga saja Tania sudah mengerti memakai nya. Begitu lah pikiran nya saat ini.

Namun entah mengapa, ia berfikir akan kabur untuk saat ini. Pikirannya terus berputar-putar saat memikirkan keadaan adik-adik nya.

Namun lagi-lagi ia sadar tidak boleh melakukan hal itu. Jika ia kabur, maka ia akan menjadi buronan. Sampai kapan pun hidup nya tidak akan tenang.

Setelah sampai di kantor polisi, Talita langsung di periksa. Polisi yang memeriksa pun semakin bingung. Baru kali ini ada Ibu kandung yang melaporkan anak nya.

"Aku hanya ingin mengambil hak kami pak polisi. Mereka dengan enak nya sambil tertawa dan bahagia tinggal di rumah kami."

"Apa benar ia Ibu kandung mu?"

"Ibu kandung serasa Ibu angkat. Bahkan Ibu angkat bisa lebih baik."

"Mengapa tidak di umpamakan dengan Ibu Tiri?"

"Untuk apa? Ibu Tiri juga bahkan lebih ja hat. Hanya karena datang ingin melihat Ayah, dia langsung berpikir kami minta uang. Belum lagi mata nya yang sering melotot."

Akhirnya, Talita hanya menjadikan polisi itu teman curhat nya. Ia bercerita tentang kehidupannya yang sudah tidak seperti dulu. Dan ajaib nya lagi, pak polisi itu pun mendengarkan cerita Talita dengan semangat.

" Aduh, kok saya jadi curhat begini ya pak." Ucap Talita sambil menghapus air mata nya.

"Tidak apa, mungkin saja kamu butuh teman curhat."

"Terima kasih pak."

"Jadi kamu sudah tidak sekolah lagi?"

"Kalau saya sekolah, adik-adik siapa yang jaga? Ibu? Dia sudah punya suami baru dan anak tiri nya. Ayah? Juga begitu. Kami ini sudah di Buang."

Talita pun terkekeh saat mengatakan hal itu. Di balik tawa nya itu, air mata kemudian lolos kembali tanpa aba-aba.

Akhirnya tanpa harus mendekam di dalam penjara, Talita bisa keluar karena polisi itu menjamin nya. Selama ia bertugas, baru kali ini mendapatkan pen jahat yang bisa menggetarkan hati nya yang sudah lama beku.

"Terima kasih banyak pak."

"Panggil saya Bang Rian. Saya belum setua itu untuk di panggil dengan sebutan pak."

"Terserah deh. Yang penting saya mengucapkan banyak terima kasih. Saya tidak tahu bagaimana nasib saya jika harus tidur di dalam penjara malam ini."

"Habis ini kamu mau kemana? Biar saya antar."

"Saya akan menjemput adik-adik pak dirumah kontrakan ayah kandung saya."

"Bolehkah saya antar? Saya ingin berkenalan dengan Ibu tiri mu." Ucap Rian sambil bercanda.

"Tapi, apa bapak, eh bang Rian tidak bekerja? Nanti yang nangkap penjahat nya siapa?"

"Tenang saja, saya sudah minta izin."

Talita tampak berpikir sejenak. Ia tidak mungkin berjalan kaki pergi ke tempat Ayah nya. Entah mengapa ia bisa begitu lupa sehingga meninggalkan tas dan juga ponsel nya.

"Tenang saja, saya sudah minta izin."

"Baiklah kalau begitu."

Talita terus berjalan ke arah parkir. Ia langsung berdiri di samping mobil polisi yang ada disana. Namun, lagi-lagi ia salah karena Rian tidak menaiki mobil polisi tersebut.

"Ngapain kamu di situ?"

"Loh, bukan nya kita akan naik mobil ini?" Tunjuk Tania ke arah mobil polisi yang sedang terparkir.

"Kamu mau di anggap pen jahat nanti pas sampai di rumah Ayah mu?"

Dengan cepat Talita menggeleng dan langsung masuk ke dalam mobil yang di kendarai oleh Rian.

"Kok duduknya di belakang? Memang nya Abang ini supir kamu?"

"Hmm, anu bang. Bukan begitu. Nanti nggak enak dilihat orang."

"Orang? Orang yang mana?"

"Baiklah kalau begitu. Talita akan pindah ke depan."

Mobil pun melaju meninggalkan tempat parkiran. Talita menuju rumah Ayah kandungnya di temani oleh seorang anggota kepolisian yang tidak memakai seragam polisi. Talita tidak ingin mengambil pusing soal masalah itu. Setidaknya ia bisa selamat sekarang.

Di tempat lain, Jaka begitu marah kepada orang suruhan nya. Padahal nanti malam ia akan datang menjemput Talita dan membawa nya bersama.

Namun, semua berkata lain. Talita telah di jamin oleh seorang anggota polisi yang memiliki pangkat lebih tinggi dari mereka.

Siapa sebenarnya Rian? Jika pangkat nya lebih tinggi, apa yang ia lakukan disana? Dan, mengapa ia ingin menolong Talita?

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mirna Wati

Mirna Wati

dari bacanya aja Air mata saya mengalir terus,apalagi kalau ngerasain jadi talita berat banget ujiannya

2024-04-22

0

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

mg " pengayom masyarakat" menjadi pelindung Talita dan adek2nya, Thor bawang e banyak bgt c 🥺🥺

2024-04-13

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

dengan harapan Rian bisa menjadi pelindung Talita

2024-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!