...🔥🔥🔥🔥🔥...
"Oke Deal" Ucap Radika Dan Dio secara bersamaan dengan berjabat tangan.
"Thank bro senang bekerja sama denganmu! Ucap Radika dengan tersenyum senang, Akhirnya ia bisa membuktikan pada sang Ayah jika ia bisa sukses memenangkan Tender besar sendiri tanpa campur tangan sang Ayah. Walaupun sebenarnya ia mendapatkan Tender ini dengan cara merayu sang sahabat agar mau membantunya agar sang ayah segera mempercayainya sebagai pemimpin Perusahaan dan sudah benar-benar siap menggantikan ayahnya. Tanpa menaruh curiga sedikitpun Dio langsung menyetujui Berkas kesepakatan kerja antara Perusahaan miliknya dan juga Perusahaan milik Radika setelah membaca berkas yang tadi di berikan Abian padanya. Walaupun di belakang itu Dio juga memiliki Tujuan lain menerima berkas kerja sama itu, karena sebenarnya ia juga ingin lebih sering bertemu Nadira.
Setelah lama mengobrol Nadira tiba-tiba saja masuk dengan membawakan dua cangkir teh untuk Dio dan juga Abian. Setelah menaruh teh buatannya di atas meja Nadira dengan tersenyum mempersilahkan keduanya untuk meminum teh buatnya dan berharap kedua pria tampan itu menyukai teh buatannya.
"Silahkan di minum kak!" Ucap Dira sembari tersenyum malu-malu.
Radika sampai mengeram tertahan karena melihat sikap Nadira yang menurutnya begitu berlebihan ketika berada di dekat Dio maupun Abian. apalagi ia begitu di buat kesal karena Nadira hanya membuatkan teh untuk Abian dan Juga Dio tanpa membuatkan juga untuk dirinya.
" Hei teh untukku mana?" Ucap Radika dengan tatapan sinis.
"Tuan kan sudah minum kopi. jadi saya hanya membuatkan teh untuk dua orang saja!" Jawab Nadira dengan menyengir kuda.
"Dasar Sekretaris tidak berguna. Bisa-bisanya kau malah mengabaikan Atasanmu sendiri, sebenarnya atasanmu itu aku atau mereka?" Bentak Radika tidak terima.
"Ya Tuan Radika lah!" Jawab Nadira Takut-takut.
"Jika kau tau kalau atasanmu itu aku, Lalu kenapa kau tidak membuatkan aku juga hah?" Ucap Radika dengan suara meninggi.
"Maaf Tuan, Baiklah akan saya buatkan!" Ucap Nadira sembari beranjak dari tempatnya berdiri.
"Dira tunggu." Ucap Dio dengan mencekal tangan Nadira yang ingin beranjak dari sana. Dan perbuatan dio itu sukses membuat Radika mengepalkan kedua tangannya karena tiba-tiba saja merasa tidak terima jika ada pria lain yang begitu perhatian kepada Nadira.
"Ehem" Dehem Dika membuat Dio melepaskan genggaman tangannya dari lengan Nadira. " Sudah sana keluar, buatkan aku Teh manis seperti milik mereka!" Ucap Dika tidak mau di bantah.
"Baik Tuan".
Nadira keluar dari ruangan Dika dengan perasaan yang sangat dongkol dan ingin sekali marah-marah bahkan koprol jika tidak ingat kalau saat ini dirinya sedang berada di kantor. " Ya Tuhan ingin sekali aku mencakar wajah tampannya itu jika saja tidak ingat kalau ini ada di kantor dan aku memang sedang bekerja!" Gerutu Dira dalam hati.
Setelah Dira keluar dari ruang kerja Radika, Dio mulai mengeluarkan suaranya untuk protes pada sahabatnya itu mengenai perlakuannya kepada Nadira.
"Bro kenapa sih Lo galak banget sama Dira? Dia kan hanya menjalankan pekerjaannya! lagi pula memang benarkan apa yang tadi di katakan nya jika Lo sudah di buatkan kopi oleh Abian? lalu salahnya di mana?" Ucap Dio penuh rasa penasaran.
"CK. Lo gak tau gimana cerobohnya dia di hari pertamanya bekerja! dia sudah beberapa kali membuat kesalahan dan gue harus sabar mengajarinya!" Ucap Dika memberi alasan.
"Uhuk" Suara Asisten Abian memecah ketenangan antara Dio dan juga Radika tadi. Bahkan Dio dan Juga Radika tengah menatap ke arah Abian dengan tatapan Aneh. Merasa di tatap Abian sampai menyengir Kuda karena bingung harus bersikap seperti apa?.
"Maaf silahkan lanjutkan lagi obrolannya!" Ucap Abian untuk mengurangi rasa malunya. " enak aja, Tadi Tuan Radika bilang apa? Dia yang mengajari Nadira? Mimpi apa dia? bukanya sejak tadi aku yang di bikin repot harus mengajari Nadira ini itu? dasar Atasan tidak punya ahlakk, bisa-bisanya ia mengakui hasil kerjaku?" Gerutu Abian tidak terima.
"Ngomong-ngomong bagaimana bisa Nadira bekerja di sini menjadi sekretaris mu bro?" Tanya Dio dengan penuh rasa penasaran yang cukup tinggi, karena sejak tadi dia mengumpulkan keberanian untuk bertanya hal ini pada Radika sejak tadi.
"Byurr" Gantian Radika yang menyemburkan Minumannya setelah mendengar pertanyaan dari Dio. " Kau tadi bertanya apa?" Ucap Radika setelah menetralisir kegugupannya.
"CK. menyebalkan sekali, Padahal kau tau betul jika aku tidak suka mengulang lagi perkataanku. tapi karena aku begitu penasaran kenapa Nadira bisa menjadi asisten mu jadi aku akan mengulang lagi pertanyaanku. Bagaimana bisa Nadira bisa menjadi sekretaris mu?"
"Untuk apa kau menanyakan pertanyaan itu? Ucap Radika mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja aku ingin tau karena sebenarnya aku begitu penasaran dengan Nadira!" Ucap Dio jujur.
Radika merespon ucapan sahabatnya itu dengan mengreyitkan keningnya. " Penasaran? kenapa kau begitu penasaran?.
"Tentu saja aku penasaran karena aku menyukai Nadira. "
Prang .....
Nampan yang di pegang Nadira tiba-tiba saja terjatuh kala nadira mendengar pernyataan yang di ucapkan Oleh Dio tadi kepadanya.
"Dira" Ucap ketiga pria itu bersamaan. tentu saja Dio,Radika dan juga Abian.
"Ma ..Maaf aku tadi hanya kaget, Aku akan bersihkan ini!" Ucap Dira sembari mengubah posisinya berjongkok untuk membersihkan pecahan gelas yang berserakan di sana. " Auu" Teriak Nadira kala tangannya tergores oleh pecahan gelas kaca yang tadi sempat ia pegang. dengan sigap Dio beserta Radika berlari ke arah Nadira dengan tujuan yang sama yaitu membantu Nadira untuk mengobati lukanya. Namun karena bersamaan ketika sampai di depan Nadira mereka saling menatap dalam diam.
Deg
Jantung Dio dan Radika sama-sama berdetak tak karuan kala sampai di depan Nadira.
"Kenapa Dika nampak panik seperti itu?" Batin Dio curiga.
"Kenapa dio menatapku seperti itu? apa dia curiga kepadaku?" Gumam Radika dalam hati.
Tidak mau membuat Dio semakin curiga, Radika memutuskan untuk berdiri terlibat dahulu dan tidak jadi menolong Nadira karena tidak ingin sahabatnya itu mengetahui hubungannya dengan nadira. dengan terpaksa dika membiarkan Dio lah yang menolong Nadira mengobati luka di tangannya akibat goresan Pecahan gelas kaca tadi.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Dio sembari memegang tangan Nadira yang mengeluarkan darah, bahkan saat ini Dio memasukkan jari Nadira ke dalam mulutnya guna menghentikan pendarahan di tangannya.
Sementara Radika kembali di buat mengepalkan kedua tangannya dengan mata terpejam karena tidak ingin melihatnya pemandangan yang ada di depannya. " Sial kenapa aku jadi seperti ini?". Gumam Dika sembari memilih keluar dari ruangannya untuk menetralisir rasa sesak Yang ada di dalam hatinya saat ini.
semua yang terjadi saat ini tak lepas dari pengamatan asisten Abian yang sejak tadi melihat tingkah laku aneh dari Atasannya itu. " Apa tuan Radika sudah mulai ada rasa dengan Nona Nadira? Aku harus melaporkanya ke pada Tuan Kenzo setelah ini!" Gumam Abian dalam hati.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments