...🔥🔥🔥🔥...
"Dira. Keruangan saya sekarang juga!" Perintah Dika dari sambungan Telepon.
"Baik pak " Jawab Nadira singkat lalu mematikan sambungan telepon mereka secara sepihak. " Hais pasti dia ingin mengerjaiku lagi! Dasar bos tidak punya Ahlakk, hoby nya menyiksa bawahan. Awas saja jika dia berani mengerjaiku lagi kali ini, Aku pasti akan balas " Gumam Nadira dalam hati.
"Hei beraninya dia mematikan sambungan teleponnya lebih dulu? " Gerutu Dika sambil menatap ganggang telepon yang masih setia di pegangnya.
Tanpa menunggu lama, Nadira sudah masuk ke dalam ruangan kerja Radika dengan Hati yang dongkol.
"Ya tuan " Ucap Nadira setelah sudah sampai di depan meja kerja Dika dengan senyum yang di paksakan.
"Buatkan aku kopi " Ucap Radika memberi perintah
"Apa?" Ucap Nadira dengan suara meninggi.
"Hei Beraninya kau meninggalkan suaramu di hadapanku? Kau itu niat kerja tidak?" Bentar Radika tak terima.
"Ma...Maaf tuan, Tadi saya kaget !" Ucap Nadira dengan terbata, ia bahkan sampai menundukkan kepala karena malu.
"Pasti kau tidak membaca Dengan benar Berkas yang aku serahkan padamu, Tentang apa saja tugas seorang sekretaris di perusahaan ku?" Ucap Radika dengan tersenyum sinis
Glek
Nadira menelan ludahnya dengan sangat kasar. karena menyadari apa yang baru di katakan oleh Radika adalah hal yang benar. Ia merasa sangat pusing dan malas ketika ingin membaca berkas yang tadi sempat di serahkan asisten Abian padanya, hingga membuatnya malas untuk menyelesaikan membaca berkas itu.
"Hei kau dengar tidak? Apa selain ceroboh dan bodoh, kau itu juga jadi tuli?" Ejek Radika dengan tersenyum sinis. ia puas sekali sudah bisa membuat Nadira kesulitan di hari pertama bekerja.
"Maaf kak. tadi aku pusing membaca setiap poin yang ada di sana, Aku......." Belum sempat Nadira menyelesaikan ucapannya, Radika sudah memotong nya lebih dulu.
"Hei kau itu paham aturan tidak? " Bentak Radika dengan sedikit meninggikan suaranya. "Di saat jam kantor kau harus memanggilku dengan Panggilan Tuan. kau paham? Tuan. Bukanya kakak!" Tambah Dika lagi.
"Ba...Baiklah kak. Eh ralat, Baiklah Tuan " Jawab Nadira dengan Terbata, sembari mengoreksi ucapan nya.
"Sudah sana keluar, jangan Kau makan gaji buta ya di sini!" sindir Radika sembari membuka mab yang harus ia tanda tangani.
"Baik tuan " Ucap Nadira sopan, sembari membalikkan tubuhnya untuk melangkah keluar dan melanjutkan pekerjaannya.
"Tunggu dulu" Cegat Radika menghentikan Nadira yang akan keluar dari ruangannya.
"Ih apa lagi sih? Kenapa perasaanku selalu tidak enak jika berurusan dengan Mr. perfeksionis ini!" Gumam Nadira namun hanya dalam hati. mana berani ia menggerutu di hadapan Radika yang selalu saja menyulitkan dirinya. Dengan berat hati Nadira berbalik badan untuk menatap ke arah Radika yang nampak sedang tersenyum manis ke padanya.
Glek
"Kenapa perasaanku jadi tidak enak begini ya? " Batin Nadira bergumam.
"Foto copy semua berkas ini !" Perintah Radika dengan melemparkan sebuah mab tebal ke atas meja dengan tersenyum Licik.
Dengan berat hati Nadira kembali ke tempatnya semula, dimana ia berdiri tadi saat menghadap Radika. dengan perlahan ia mengambil mab yang tadi di sodorkan oleh Radika yang nampak begitu tebal menurutnya.
"Ini di fotocopy semua tuan? " Tanya Nadira dengan wajah lesu. Ia pikir ini pasti akan memakan waktu yang cukup lama, bahkan bisa menghabiskan waktunya seharian bekerja Pikirnya.
"Tentu saja " Jawab Radika singkat. sembari melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda
"Tapi tuan. Apa anda tidak salah menyuruh saya memfotokopi ini semua? bukankah ada OB yang bisa melakukannya?" Ucap Nadira memberanikan diri.
"Hei. Kau berani mengaturku ya? Terserah aku mau menyuruh siapa? Di sini akulah bosnya! dan kau tidak bisa membantah perintahku. Lagi pula dengan sikapmu seperti ini, aku yakin kau memang tidak membaca aturan yang sudah Abian berikan padamu selama menjadi sekretaris ku!" Cibir Radika dengan tersenyum smirk.
"Baiklah Tuan " Jawab Nadira tanpa mau memperpanjang urusan dengan Radika lagi. bahkan ia langsung pergi tanpa berpamitan dulu pada sang atasan.
"Tunggu Nadira !" Teriak Radika lagi
"Ya Tuhan apa lagi?" Ucap Nadira dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Hei kau berani meninggikan suaramu di depanku?" Bentak Radika sedikit emosi.
"Eh maaf Tuan. saya keceplosan" Jawab Nadira dengan menutup mulutnya menggunakan tangan
"Hais sudahlah. pergi sana, dan jangan lupa buatkan aku kopi!" Ucap Radika dengan mengibaskan tangannya ke arah Nadira sebagai isyarat menyuruhnya segera keluar dari ruangannya.
Tanpa pikir panjang Nadira langsung melangkahkan kakinya dengan tergesa keluar dari ruangan yang nampak seperti neraka baginya. " Hais. dasar kak Radika, pasti dia sengaja ingin mengerjaiku sejak tadi " Gerutu Nadira.
"Kau kenapa?" Sapa seorang pria yang sejak tadi berdiri di belakangnya dan nampak begitu penasaran dengan tingkah Nadira.
"Hais membuatku kaget saja " Sindir Nadira dengan mengelus dada. " Ya ampun kak, kau itu sedang apa? kenapa tiba-tiba muncul di belakangku seperti jailangkung saja ?" Sindir Nadira sewot.
pletak
Abian yang tak terima di Katai jailangkung langsung menyentil kening Nadira dengan sangat keras. hingga membuatnya mengaduh seketika.
"Auu" Teriak Nadira dengan memegangi keningnya yang terasa sakit.
"Itu hukuman bagi mu karena sudah mengataiku seperti jailangkung. Kau tidak lihat aku sudah tampan begini?" sembarangan saja bicara !" Gerutu Abian tak terima.
"Hais mana aku tau jika kakak yang mengagetkan aku? lagi pula aku ini sedang sangat jengkel karena bosmu yang tidak punya ahlakk itu sudah memberikan aku begitu banyak pekerjaan. padahal kan ini baru hari pertama ku bekerja di perusahaan Abram.corp ini. Tapi bagaimana bisa ia membebaniku dengan pekerjaan seperti ini!" Keluh Nadira dengan menunjukkan berkas yang sejak tadi ia pegang dengan wajah yang sangat masam.
Abian yang melihat berkas di tangan Nadira di buat mengerutkan keningnya. Ia ingat itu mab berisi berkas-berkas yang tadi ia berikan ke pada Radika, tapi berkas itu sudah ia fotocopy banyak tadi. lalu kenapa tuannya itu meminta Nadira melakukannya lagi? batin Abian bermonolog
"Kakak kenapa?" Tanya Nadira dengan expresi wajah bingung.
"Aku?" Tunjuk Abian pada dirinya sendiri.
"Tentu saja kakak, yang ada di tempat ini sejak tadi hanya kita berdua, dan mana mungkin kak Radika yang ......"Ucapan Nadira terputus karena mendengar deheman dari seseorang.
Ehem
Deheman itu membuyarkan fokus kedua orang berlainan jenis yang tadi sedang asik mengobrol di depan ruang kerja Radika. Ya, yang berdehem cukup keras adalah Radika. ia memutuskan untuk keluar ruangan setelah melihat Asisten Abian yang tiba-tiba saja muncul di dekat Nadira, dan tanpa ia duga. Abian berani menyentil kening wanita yang berstatus sebagai tunangan ya itu. karena tidak suka melihat kedekatan dua orang berlainan jenis itu, ia pun memutuskan keluar ruangan untuk menegur mereka. dan di sinilah mereka saat ini, dengan suasana yang sedikit tegang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments