Bab.17

Semilir angin malam menemani Emak Lela yang yang sedang merenung karena ingat Nilam, Andai saja ajal tidak menjemput begitu cepat. Mungkin saja saat ini rumah mereka di warnai dengan suara tangis bayi mungil.

Padahal perlengkapan bayi juga sudah lengkap karena, Nilam hanya tinggal menunggu hari saja untuk melahir kan. Namun takdir berkata lain dan wanita itu harus segera menghadap pencipta nya saat ini juga.

Bayang bayang saat Nilam menangis karena di pulang kan oleh Bram, Membuat dada Mak Lela semakin sesak dan membenci menantu nya yang kini sudag bahagia dengan wanita lain. Tentu nua dengan pilihan orang tua Bram sendiri.

"Tidak mungkin lah Bram ingat anak ku yang sudah tiada, Pasti dia sedang bersenang senang dengan istri baru nya." Batin Mak Lela getir.

Risa melihat Emak nya yang menangis karena ingat sang Kakak, Berbeda dengan Tisa yang sangat berani mengambil keputusan dan bisa di bilang gegabah. Risa lebih kalem dan bisa berpikir jernih.

Gadis ini masuk kembali kedalam rumah karena tak kuasa melihat Emak nya menangis, Dia sendiri pun masih kerap berduka jika ingat sang Kakak yang meninggal nya setragis itu.

"Andai saja memang ada hantu yang bisa membunuh orang, Mungkin kau bisa membalas mereka Kak." Lirih Risa begitu pedih.

Ketika melewati kamar nya Nilam, Risa mematung tidak percaya dengan penglihatan nya. Di tepi ranjang ada wanita yang sedang duduk menimang bayi nya, Suara wanita itu pun sangat Risa kenali.

"Kita tunggu Ayah datang ya, Sayang." Kuntilanak yang seperti bayangan itu mengajak bayi nya bicara.

Risa berjalan mendekati untuk melihat dan memastikan bahwa ini memang Kakak nya, Dalam hati masih berharap bahwa Nilam tidak meninggal dan ada keajaiban yang bisa menghidup kan Kakak nya kembali.

"Kakak?"

"Ini Kakak, Risa. Mas Bram pasti akan datang kan? Kakak menunggu nya." Nilam berkata lirih.

Tubuh Risa menegang ketika melihat bayi dalam gendongan Kakak nya yang berupa tengkorak saja, Namun bayi itu menggeliat kesana kemari seperti mencari ASI.

"Hah?!"

Nilam menghilang dari pandangan nya, Risa merosot kelantai sambil menangis pedih. Sudah meninggal pun masih menunggu kedatangan suami nya, Mungkin kah Nilam menunggu janji yang Bram buat untuk nya.

"Entah janji apa yang dia katakan kepada mu, Kak! Sehingga kau terus menunggu nya, Sungguh beruntung nya kau Mas Bram. Lihat lah Kakak ku yang malang ini, Dia masih menunggu mu di sini...Raga nya pasti sebentar lagi akan hancur di makan tanah, Namun cinta nya masih tetap berdenyut tiada henti." Isak Risa sambil memukuli dada nya yang terasa sesak.

"Kau bahagia dengan nya, Namun Kakak ku menderita dan dia tetap menunggu kedatangan mu." Risa menyandar kan kepala di tempat tadi Nilam berada.

Mungkin saja Nilam ingin suami nya datang kerumah ini atau kekuburan nya, Namun mana lah mungkin Bram mau mendatangi kuburan Nilam untuk meminta maaf.

Sedang kan saat Nilam meninggal saja dia tidak hadir, Bram memang sepenuh nya sudah melupa kan Nilam. Padahal dulu ia begitu mencintai Nilam, Begitu pun sebalik.

Bram lupa karena sudah mendapat kan cinta dari istri baru nya, Tergila gila bahkan sangat takut jika di tinggal kan oleh Ratna yang menurut nya sangat cantik dan menawan.

...****************...

Makmur pagi hari di temukan dalam keadaan pingsan dan ada luka bekas gigitan di leher nya, Susah payah mereka menggotong karena tubuh pria ini yang sangat berat.

Tidak mungkin pula di bawa kerumah nya, Mereka hanya membawa kepos ronda dan berusaha menyadar kan nya. Tak lama kemudian, Pria ini pun bangun dan langsung berteriak kencang ketakutan.

"Ada sundel bolong...Tolongin aku." Teriak Makmur memeluk Maulana kencang.

"Dih apaan sih? Kamu jangan jangan homo ya." Maulana melepas kan pelukan teman nya.

"Sundel bolong, Tangan ku menembus perut nya tadi." Cerita Makmur sambil celingak celinguk.

"Mimpi saja kau itu! Kau pergi kesana mau cari lhont3 kan, Jangan bohong kau." Tuduh Arsa.

"Awal nya memang begitu, Tapi aku malah ketemu kuntilanak nya Nilam." Seru Makmur dengan suara kencang.

Kebetulan Risa yang akan pergi bekerja lewat dan mendengar nama Kakak nya di sebut, Pikiran nua yang kacau pun malah bertambah. Karena para warga juga menggosip Kakak nya yang sudah tiada.

"Kau jaga mulut mu itu ya, Makmur! Tidak semua hantu itu adalah Kakak ku." Seru Risa pedih dan mata nya merah.

"Eeh Risa! Tapi memang tadi malam itu adalah Nilam." Makmur berusaha menjelas kan.

"Sabar, Risa. Mungkin saja Makmur salah lihat." Maulana berusaha membujuk gadis pujaan nya.

Risa menghentak kan kaki nya kesal dan segera pergi dari sana, Warga kampung seenak nya saja membicarakan Nilam yang sudah tidak ada. Tanpa memikir kan perasaan keluarga yang bersangkutan.

Maulana segera menghidup kan motor nya mengejar Risa, Melupa kan teman nya yang sedang kesakitan dan ketakutan. Lebih baik ia bicara dengan gadis nya saja.

"Ayo bareng Mas saja." Ajak Maulana menghentikan motor nya di depan Risa.

"Tidak usah, Mas. Aku jalan kaki saja." Tolak Risa cepat.

"Jangan nolak terus dong, Ris. Ayo lah sekali kali saja." Paksa Maulana.

"Ndak Mas, Aku ndak enak sama Arumi." Ucap Risa.

"Ngapain malah bahas dia, Mas kan tidak ada hubungan sama Arumi." Maulana jadi kesal karena teringat dengan gadis centil itu.

Risa kekeh menolak ajakan nya Maulana, Karena ia malas bertengkar dengan Arumi yang mulut nya sepedas cabe setan. Lebih tentram berjalan sendiri dan tidak ada yang mengajak nya bertengkar.

Namun cuaca malah tidak bersahabat, Hujan seketika turun dengan lebat nya mengguyur bumi. Risa berlari menuju tempat untuk berteduh, Maulana juga menyusul nya dan mereka berteduh di sana.

"Mas cari lah tempat lain." Usir Risa.

"Ndak mau, Nanti basah." Tolak Maulana sambil terus tersenyum.

Risa menarik nafas panjang melepas kan semua beban nya, Pikiran sudah runyam begini. Jangan sampai si biang kerok datang dan mengajak nya bertengkar.

"Mas ndak punya hubungan sama Arumi, Ris. Jadi tolong jangan menghindar hanya karena dia." Pinta Maulana.

"Orang ketiga yang cinta nya di abai kan itu dahsyat, Mas. Kakak ku sudah menjadi korban nya." Lirih Risa.

"Maksud kamu, Mbak Nilam?" Tanya Maulana.

Hanya anggukan yang gadis ini berikan, Itu pun sambil membuang muka karena sangat malas bicara dengan lawan jenis nya ini. Risa malas bila harus bertengkar hanya masalah pria, Sedang kan pria di kampung nya ini masih banyak. Tidak perlu sampai harus rebutan.

Terpopuler

Comments

Andini Andana

Andini Andana

bener Risa, misalkan stok pria baik di kampung itu sudah habis masih ada kampung sebelah, trus sebelahnya lagi, ingat! Indonesia itu bukan daun kelor ! /Determined/

2024-02-18

2

A B U

A B U

next,

2024-04-02

1

Gint

Gint

GK perlu rebutan

2024-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!