Bab.13

Eni yang sedang hamil di kabar kan hilang, Kuntilanak Nilam yang menjadi tuduhan oleh semua warga. Mereka semakin mencaci maki Nilam dan mengatakan bahwa wanita itu mati tidak di terima oleh bumi.

Keliling kampung mencari keberadaan nya Eni yang entah kemana, Bahkan mereka juga berkeliling sambil memukul panci karena itu di percaya bisa membuat mereka bisa melihat sosok yang di sembunyi kan mahluk halus.

"Sudah mati pun masih saja menyusah kan orang." Ketus Inem.

"Iya benar sekali, Kita harus memindah kan kuburan nya." Teriak Kang Wandi.

"Kenapa di pindah? Akan sama saja dia tetap gentayangan." Cetus Joko.

"Sebaik nya kita gali kuburan nya, Nilam. Dan kita bakar saja jasad nya." Bu Rita paling bersemangat.

Sontak saja mereka lupa dengan pencarian nya Eni, Sedang Bu Warti sudah menangis terus karena sang menantu tak kunjung di temukan. Mana keadaan nya tadi malam sedang pendarahan, Ia takut jika Eni sampai celaka.

"Sampean itu jadi mertua kok ndak becus sih, Buk! Anak saya hilang entah di mana sekarang." Bentak Bu Neneng.

"Kamu kalau ndak tau keadaan nya tidak usah menyalah kan saya, Dasar tidak tau diri." Bu Warti balas membentak.

"Halah cuma ngomong saja! Paling sekarang kamu senang kan karena Eni hilang." Sengit Bu Neneng.

"Orang kalau makanan nya tai kebo yang begini, Bisa nya cuma memfintah saja." Ketus Bu Warti.

Bu Ritamenoleh karena merasa tersindir dengan ucapan tetangga nya, Namun ia memilih diam. Lebih baik ia mengompori warga lain saja agar mau membongkar makam nya Nilam dan membakar jasad yang mungkin sekarang sudah mulai membusuk.

"Kalian tidak bisa langsung mengambil tindakan seperti ini, Belum tentu semua yang terjadi karena Nilam. Lagi pula beliau sudah meninggal, Jangan mengusik orang yang sudah menghadap tuhan nya." Cegah Habib Amir.

"Tapi saya yakin kalau ini memang ulah nya, Nilam." Kekeh Wandi.

"Apa yang membuat sampean yakin? Apa kah sampean melihat nya." Tanya Habib membuat mereka terdiam.

Memang tidak ada yang melihat kejadian itu, Bib. Tapi sekarang yang gentayangan kan hantu nya, Nilam." Bu Rita membuka suara.

"Nilam itu menantu Anda, Bu. Tidak bagus jika anda terus menjelek jelekan dia." Nasihat Habib.

Bu Rita mendengus kesal karena masih ada saja yang orang yang membela Nilam, Rencana nya gagal total untuk meminta warga membongkar makam nya Nilam dan membakar jasad itu.

Sraaak.

Rambut Bu Rita di tarik dari belakang oleh, Tisa. Gadis ini tak kuat menahan emosi nya karena mertua sang Kakak terus saja membuat keonaran.

"Aaggk sakit, Lepas kan aku gadis sialan." Pekik Bu Rita.

"Kau yang membuat Kak Nilam meninggal, Kau menyantet nya kan!" Bentak Tisa semakin keras menjambak.

"Tolong saya, Aaaggk sakit sekali." Bu Rita meminta tolong.

Inem sigap menarik Tisa agar melepas kan jambakan nya, Namun Tisa masih menggenggam erat rambut wanita yang berwarna putih kehitaman ini.

"Lepas kan adik ku! Sini hadapi aku." Risa malah datang juga dan memukul tangan Inem dengan kayu.

Tentu saja wanita ini menjerit keras karena kesakitan, Para warga hanya menonton saja seolah ini adalah pemandangan yang sangat seru. Hanya Habib yang kebingungan untuk memisah kan pertengkaran mereka yang semakin menjadi.

"Hentikan, Kalian tidak malu kah?" Teriak Habib.

Tisa dan juga Risa sama sekali tidak menggubris nya, Bu Rita yang sangat kewalahan menghadapi tenaga nya Tisa yang sangat kuat. Bahkan Tisa juga menendang nendang pinggang nya wanita yang seumuran dengan Emak nya ini.

"Lepas kan aku, Akan ku tuntut kau." Ancam Bu Rita.

"Kau pikir aku takut?! Rasakan ini mulut jahanam." Teriak Tisa membentur kan kepala lawan nya kebatu.

Untung Pak Malik segera keluar dari rumah dan memisah kan pertengkaran putri nya, Akan lebih parah jika tidak segera di cegah. Dan sekarang saja, Tisa bisa mendapat kan denda jika Bu Rita sungguh melapor kan nya pada polisi.

...****************...

Bu Rita dan Inem di rawat di puskesmas karena mereka menderita luka, Wajah Inem penuh dengan cakaran dari tangan nya Risa. Sementara itu kepala nya Bu Rita bocor dan di jahit sebanyak tujuh jahitan.

"Kau akan membayar nya, Dasar gadis binal." Geram Bu Rita.

Bahkan hari sudah mau menjelang malam pun, Menantu pilihan nya tak kunjung datang untuk menjenguk diri nya. Sebenar nya dari sini saja ia sudah merasakan bahwa Ratna tidak lah sebaik Nilam.

Namun mata hati wanita ini sudah terlanjur membenci darah daging nya Lela, Sehingga ia tidak peduli dengan kebaikan yang selalu Nilam berikan untuk nya.

Bu Rita hanya sendirian karena tidak ada yang mengunjungi nya, Inem masih ada suami atau Ibu nya yang datang untuk melihat. Walau pun Inem sedang di marahi dengan suami nya karena terlalu ikut campur urusan orang lain.

"Aku tidak mau tahu, Kalau sampai kedepan nya kamu masih tetap begini. Lebih baik kita pisah saja!" Ancam Edi suami nya Inem.

"Apa sih Mas? Kayak gitu saja kok sampai ngajak pisah." Rutuk Inem.

"Lihat lah kau yang tidak pernah sadar dengan kelakuan mu, Kau itu jahat Nem." Sergah Ibu mertua nya.

"Lebih baik kalian pulang saja, Di sini pun cuma memarahi aku." Bentak Inem.

Edi mengajak Ibu nya pulang agar Inem tidak semakin meraja lela kejahatan nya, Bukan nya Edi sebagai suami tidak menasehati. Namun memang Inem nya saja yang sangat keterlaluan.

Setelah suami dan Ibu nya pergi, Inem berbaring menyamping membelakangi pintu sambil memegang luka cakaran nya yang terasa pedih.

"Kenapa balik lagi? Aku ndak mau ngomong sama kamu." Bentak Inem ketika ada yang menyentuh pundak nya.

Saat Inem berbalik, Saat itu lah ia melihat sosok yang sangat menyeram kan sedang berdiri di hadapan nya. Nilam datang dengan lidah terjulur keluar, Rambut nya awut awutan dan perut nya yang bolong tembus punggung.

Tidak bisa mulut Inem mau berteriak karena sangking takut nya, Nilam naik keatas tubuh wanita ini dan mengeluar kan kuku nya yang hitam berbau busuk.

Craak, Craaak.

Wajah Inem menjadi sasaran kuntilanak yang sedang mengamuk ini, Bu Rita sebenar nya penasaran dengan Inem. Tapi mau bangkit ia malas karena tubuh nya yang terasa lemah.

Darah menyembur dari luka yang di cakar oleh kuntilanak, Bahkan cakaran ini sampai keleher nya. Nilam tertawa nyaring sehingga Bu Rita pun bisa mendengar nya.

"Hah? Suara tawa apa yang seperti itu." Kaget Bu Rita.

Suara nya sangat menggema jauh dari pendengaran, Tawa mengikik seperti kuda. Bu Rita berusaha bangun karena ketakutan, Di jendela kamar tenpat ia di rawat seperti ada orang yang sedang berdiri.

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

.next.

2024-04-02

2

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

lanjut

2024-03-20

0

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Sudah jatuh tertimpa tangga pula kamu Inem,wes lecet2 gara2 berantem akhir nya yo ditambah lagi sama si Nilam,dan sekalian saja sama Bu Rita biar tambah bonyok,orang kalau punya mulut gak bisa dijaga🙄🙄

2024-03-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!