Bab.9

Pak Malik yang mengazani putri nya di dalam liang lahat, Air mata nya bercucuran sangking tam kuat nya menahan kepedihan hati ini. Dan juga, Pak Malik merasa bahwa diri nya lah yang menyebab kan tragedi.

Emak tidak ikut di acar penguburan, Karena orang tua itu tidak kuat menyaksi kan putri nya tertimbun tanah. Nilam di kubur kan bersama anak nya yang juga sudah meninggal.

Rencana nya malam ini mereka akan berjaga di kuburan, Atas usulan dari Pak RT. Karena mereka takut ada yang membongkar kuburan wanita yang meninggal bersama bayi nya.

Desa ini masih kental dengan ilmu atau pun sejenis nya, Kelingking bayi yang meninggal di dalam kandungan. Di percaya bisa membuat orang kebal dan juga bisa di gunakan untuk pesugihan.

Ketika orang sedang tidak menperhatikan kedalam liang lahat, Pak Malik sengaja tidak membuka tali pocong yang paling atas. Serta membisik kan ketelinga nya Nilam.

"Balas kan sakit hati mu pada orang orang yang menyakiti mu, Nak. Bapak akan mendukung mu." Bisik Pak Malik.

Setelah itu ia naik dan mereka mulai menimbun jasad nya Nilam, Air mata para adik nya terus mengalir deras karena merasa Allah sangat tak adil kepada Kakak mereka.

"Yang sabar, Ris. Nilam pasti masuk surga karena sedang mengandung." Hibur Sari.

"Masa? Kan dia tukang selingkuh." Bu Rita yang ikut melihat pun malah menyahut.

"Jangan mencela Nilam terus, Bu. Tidak baik membicara kan kesalahan orang yang sudah meninggal." Sergah Sari.

"Wong fakta kok, Mana mungkin lah tukang selingkuh masuk surga! Mati nya saja kena azab Allah." Sinis Bu Rita.

"Tidak baik bicara seperti itu, Bu. Apa lagi masih di kuburan nya beliau." Ustad Fikri membuka suara.

Karena sudah di tegur oleh anak nya orang berpengaruh, Bu Rita langsung diam dan bergegas pulang. Tak lupa mulut nya ngedumel tanpa suara.

Inem dan Eni pun bergegas pulang, Mereka lebih tertarik untuk bergosip saja. Lagi pula jika mereka dekat dengan Bu Rita, Pasti ada sedikit tips atau pun makanan yang di berikan.

Sedang kan di pemakaman sudah selesai, Risa masih enggan pulang dan memeluk kencang batu nisan Kakak nya. Beda dengan Tisa yang hanya mematung karena hati nya penuh dendam.

Dendam kepada Bram, Mata gadis ini menyaksi kan sendiri bahwa Abang ipar nya tengah memeluk Ratna yang kala itu belum menikah. Tisa menyalah kah karena Bram menikah lagi dan abai kepada Nilam.

"Bangkit lah, Kak. Aku ingin kau membalas mereka semua." Batin Tisa.

Seandai nya saja ada dukun yang memang sangat ampuh, Ingin sekali rasa nya Tisa menyantet Bram dan Ratna. Sedang kan yang terkenal bisa menyantet adalah Romo nya wanita itu.

Akhir nya mereka pulang semua dari area kuburan, Risa berjalan terseok seok karena tubuh nya sangat lemas. Untung Sari membawa motor sehingga bisa membonceng gadis ini.

"Ayo pulang, Nak." Ajak Pak Malik kepada Tisa.

"Apa Bapak punya rasa bersalah? Bapak yang menyebab kan semua ini." Tisa berteriak keras.

"Iya, Nak. Bapak memang yang bersalah." Angguk Pak Malik.

"Pengakuan Bapak tidak bisa memperbaiki nya, Aku mau Bapak cari dukun dan santet mereka." Bentak Tisa.

"Astagfirullah, Tisa. Tidak baik bicara seperti itu." Tegur Ustad Fikri.

"Diam! Aku tidak mau bicara dengan kalian." Tisa berlari meninggal kan kuburan.

Pak Malik semakin merasa bersalah dengan kematian putri nya, Tisa memang agak keras watak nya. Apa lagi ia merasa benar dan ada orang yang sangat kejam.

Yang mereka takut kan adalah, Tisa akan gelap mata dan menyakiti mereka semua. Gadis yang sangat nekad dan mudah emosi, Ustad Fikri pun mengejar nya karena takut terjadi hal buruk.

"Tisaa...

"Pergi kau, Aku tidak ingin bicara." Tisa menghentak kan kaki nya di batu pinggir sungai.

"Jangan terbawa emosi, Coba lah untuk istigfar." Pinta Fikri.

"Apa? Allah saja tidak adil kepada Kakak ku, Padahal dia selalu sholat dan tidak pernah menyakiti orang." Isak Tisa berurai air mata.

Fikri menghembus kan nafas panjang mendengar ucapan Tisa yang menyalah kan pencipta mereka, Tampak nya kesedihan membuat hati gadis ini menjadi sangat keras.

...****************...

Keluarga Pak Malik mengada kan acara tahlilan, Setelah itu mereka akan menjaga makam nya Nilam. Tidak banyak yang datang karena mereka percaya dengan ucapan Bu Rita bahwa Nilam adalah tukang selingkuh.

Semakin berduka lah keluarga ini karena para warga juga ikut membenci Nilam, Padahal mereka tidak tahu fakta yang sebenar nya. Hanya langsung percaya saja pada ucapan orang kaya.

"Aku simpan di belakang ya, Mak." Sari memberes kan piring kue yang sama sekali tidak di sentuh.

Mak Lela hanya mengangguk pelan, Pandangan nya kosong mengarah pada luar rumah. Air mata masih membanjiri pipi tua ini, Risa pun sama hal nya.

Hanya Tisa yang terlihat kuat dan tegar, Mata nya berselimut dendam yang sangat besar. Gadis ini sungguh tidak bisa menerima.

Sementara itu, Sari menata piring kue di meja belakang dan akan memasukan kedalam kulkas. Mendadak ia merasa kan tengkuk nya terasa sangat dingin.

Sari mengusap tengkuk dan juga lengan nya agar perasaan itu hilang, Namun malah ketambahan dengan bau yang amat menyengat. Bau amis bercampur seperti bau bayi baru lahir, Atau lebih tepat nya adalah bau plasenta.

"Apa ini Ya Allah?" Sari menatap kanan kiri karena mulai takut.

Yah, Tepat di depan pintu kamar Nilam. Ada secarik kain putih yang berlumuran dengan darah. Sari mengira bahwa mungkin saja tadi mereka lupa menyimpan nya, Bisa saja itu kain yang terkena ketika Nilam sedang akan meninggal.

Namun kain itu perlahan bergerak, Bayangan nya secepat kilat berdiri menghampiri Sari yang masih berdiri mematung ketakutan.

"Sakit sekali rasa nya...Perut ku meledak." Rintih Nilam dengan kepala bergerak patah.

Dan sekejab mata pula, Nilam menghilang dari pandangan Sari. Hanya menyisa kan bau anyir yang memual kan perut, Sari terduduk lemas di kursi sambil berpegangan pada meja.

"Aarrkhkhh!"

Sari kembali kaget ketika melihat piring kue sudah penuh dengan cacing berwarna merah kehitaman, Bergerak kesana kemari dan menggeliat keluar dari piring.

"Kenapa, Nduk?" Mak Bariyah menghampiri keponakan nya.

"Cacing, Ada cacing di piring itu." Teriak Sari.

"Cacing opo? Lah wong itu lemper sama bolu." Tukas Mak Bariyah.

Sari melihat lagi piring yang tadi memang penuh dengan cacing, Ternyata memang tidak ada apa apa. Sudah bersih dan satu pun tidak ada cacing dalam piring itu.

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

,next

2024-04-02

1

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Emang fitnah itu lebih kejam,Ya Allah kasihan keluarga Nilam,Apalahi Nilam yang sudah meninggal masih saja di Fitnah terus😌😌

2024-03-11

1

Gint

Gint

Agak sembrono y hantu nya😁

2024-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!