Bab.6

Romo tak percaya pada pendengaran nya sekarang, Putri nya datang sambil menangis dan meminta santet yang amat mematikan. Selama ini keinginan Ratna selalu di turuti, Oleh sebab itu. Gadis ini menjadi besar kepala dan semakin ugal ugalan.

Jika tidak di turuti, Maka akan seperti ini. Menangis hingga berjam jam dan bahkan rela berguling di lantai. Kalau sudah begini, Maka Romo hanya bisa menurut saja dan berharap Ratna akan bisa bersikap dewasa.

Karena harapan nya hanya lah Ratna seorang, Mereka memang tidak bisa lagi punya keturunan. Oleh sebab itu lah Ratna selalu di manja kan sejak kecil dan semua yang ia mau selalu harus terpenuhi.

"Resiko nya akan sangat berat, Nak. Nilam sedang mengandung, Dendam nya akan sangat besar." Romo mencoba negosiasi dengan putri nya.

"Apa Romo takut? Apa kebahagian ku tidak penting lagi bagi, Romo!" Teriak Ratna.

"Bukan begitu, Nak. Romo bilang begini karena tidak mau kamu sampai celaka." Ujar Romo sabar.

"Dia tidak akan bisa menyakiti aku, Pokok nya aku mau di santet! Mas Bram itu masih belum bisa lupa sama dia." Kekeh Ratna.

Romo menghembus kan nafas kasar mendengar ucapan putri nya, Mau tak mau ia harus mengambil resiko. Entah bagai mana nanti kedepan nya pun dia tidak tahu.

"Besok akan Romo usaha kan." Putus Romo Yusuf akhir nya.

"Kenapa harus besok? Sekarang kita berangkat, Aku mendengar di kampung sebelah ada anak yang meninggal." Ucap Ratna.

"Kamu ingin santet itu? Romo tidak mau." Tolak Romo cepat.

"Aku mau santet yang cepat, Pokok nya kita berangkat sekarang." Ratna menarik tangan Romo nya.

Sepasang anak dan Ayah ini pergi menggunakan mobil, Bram sudah tidur dan tidak tahu bahwa istri nya pergi. Di tambah dengan ilmu sirep yang Romo berikan, Sehingga pria ini tidak mendengar apa pun lagi.

"Padahal banyak pria yang mencintai mu, Kenapa harus Bram, Nak? Tidak kah kamu kasihan dengan badan mu sendiri." Ujar Romo ketika dalam perjalanan.

"Aku tidak mau membahas masalah lain, Pokok nya kita dapat kan saja dulu mayat itu." Tukas Ratna.

Terdiam pria tua ini, Mereka tiba di area kuburan dan mulai berjalan mencari kuburan anak yang meninggal tadi. Kata nya itu adalah anak yatim piatu, Umur nya baru menginjak sembilan tahun.

"Ini, Romo." Ratna menunjuk kuburan yang tanah nya masih merah.

"Cepat lah, Jangan sampai ada yang melihat kita." Romo menggali kuburan itu.

Ratna juga ikut mencangkul agar pekerjaan ini cepat selesai, Di tengah malam mereka menggali kuburan untuk mendapat kan mayat itu. Romo cepat membuka papan penutup, Tampak kain kafan yang berwarna putih.

Di panggul nya mayat bocah yang kurus tersebut, Ratna lah yang menimbun kembali kuburan. Mereka membagi tugas agar cepat selesai.

Mayat anak yang bernama, Budi. Di taruh di bagian bagasi belakang. Romo kembali lagi kekuburan untuk melihat pekerjaan anak nya, Cepat mereka tutup dan menabur kan bunga. Agar tidak ada orang yang curiga bahwa mayat nya sudah di ambil.

Setelah mendapat kan mayat bocah ini, Romo dan Ratna segera masuk kedalam kamar yang biasa untuk di gunakan untuk ritual. Mayat Budi di gantung secara terbalik, Ratna sudah menyiap kan tujuh batang lidi kelapa yang di ikat menjadi satu.

Asap kemenyan membumbung tinggi menerpa tubuh, Budi. Romo berkomat kamit membaca kan mantra nya yang ia hapal, Ratna memegang mangkuk yang terbuat dari besi.

"Budi yang malang...Oh Budi ku sayang..Malang nya nasib mu nak, Hidup tak punya Ibu dan Ayah."

Romo terus melantun kan nyanyian itu berulang kali, Sembari menyabet kan sapu lidi ketubuh nya Budi. Berulang kali tembang itu ia nyanyi kan, Ratna masih menunggu sesuatu yang akan keluar dari tubuh bocah malang ini.

Hingga tetes cairan berwarna kuning kehijauan keluar dari tubuh Budi, Dari ujung kaki hinga di kepala. Cairan itu lah yang Ratna tampung untuk di berikan kepada Nilam.

Santet ini tidak ada obat penawar nya, Kerja pun sangat cepat. Hanya dalam hitungan jam saja, Siapa pun yang sampai terminum cairan ini walau sedikit. Maka dia pasti akan mati.

...****************...

"Emak mau ngupah nanam padi dulu ya, Kamu jalan keliling rumah saja." Pesan Mak Lela.

"Iya Mak, Nanti aku masak." Sahut Nilam serak.

Serak karena semalaman terus menangis karena di tinggal menikah dengan suami nya, Semua penghuni rumah sedang bekerja. Kedua adik kembar nya pun kerja, Mereka bekerja di tempat yang berbeda. Tisa kerja di pabrik sepatu, Dan Risa bekerja di pabrik kayu.

"Ndak usah jauh jauh, Lam. Dan jangan mendatangi rumah mereka." Peringat Mak Lela.

Nilam hanya mengangguk kan kepala nya saja, Saat ini ia memang sangat ingin berbicara empat mata dengan sang suami. Wanita ini ingin kejelasan dari Bram, Kenapa sampai menikah dengan Ratna dan tanpa meminta izin dari nya.

Baru saja Nilam akan masuk kedalam rumah karena ingin mengunci pintu belakang, Tiba tiba saja dia kedatangan mertua nya dengan gaya yang sangat angkuh.

"Masuk, Bu." Nilam mengajak mertua nya masuk kedalam rumah.

"Tidak perlu, Aku sungkan mau masuk kedalam rumah orang miskin! Kedatangan ku cuma ingin bilang, Bram sedang mengurus surat cerai." Sergah Bu Rita.

"Kenapa Ibu memaksa Mas Bram seperti itu? Aku tahu kalau Ibu lah yang menyuruh mas Bram menikahi Ratna." Nilam berkata pedih.

"Ndak ada saya menyuruh, Bram memang mencintai Ratna dari dulu! Kau pasti lah menggunakan pelet sehingga anak ku malah menikahi mu." Tuduh Bu Rita dengan suara keras.

Para tetangga berkumpul karena penasaran dengan kejadian ini, Seolah tontonan yang sangat seru untuk di lihat. Apa lagi Bu Rita sampai menyeret pelet.

"Aku tidak pernah melakukan hal kotor seperti itu, Bu. Kami memang mencintai satu sama lain." Ujar Nilam membela diri.

"Kalian percaya ndak kalau dia ini pantas di cintai? Bram itu banyak loh yang mau, Kan aneh kalau dia malah milih wanita miskin dan jalang." Seru Bu Rita.

"Iya ya, Pasti lah Nilam pakai pelet." Inem menambah panas nya suasana.

"Bram kan ganteng dan juga kaya, Pasti lah dia ingin menguasai harta nya." Cetus Eni pula.

Bertambah panas lah hati Bu Rita mendengar semua itu, Dengan tega nya ia menjambak rambut Nilam dan menghentak kan pada dinding rumah.

"Aarrkh."

Nilam menggeram kesakitan, Bu Rita langsung pergi meninggal kan Nilam yang menangis. Dari belakang juga sudah keluar wanita cantik dengan senyum yang amat puas.

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

next

2024-04-01

1

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kok onok mertua kayak gitu

2024-03-19

0

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Awas saja kalian tunggu pembalasan dari Nilam😏😏

2024-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!