"Emang lo mau kemana?" jawab Mutiara di balik layar handphone seraya menyisir rambutnya.
"Gue ada urusan keluarga nih. Besok sepupu gue mau nikah, ya nggak mungkin kan gue nggak ikut acaranya," jelas Lili.
Pagi ini, Lili menelepon Mutiara untuk memberitahu bahwa dia tidak bisa masuk kelas hari ini.
"Banyak gaya lo! Emang kalau lo nggak hadir nikahannya jadi batal gitu? Emang lo sepenting itu di acara nikahan sepupu lo?" cerewet Mutiara.
"Yaelah nih anak! Iya gue tahu, kehadiran gue nggak akan ngaruh sama itu acara. Malahan jadi beban sih, karena kerjaan gue makan mulu. Tapi coba deh lo mikir, sepupu gue nikah nih, masa gue malah masuk sekolah sih. Ya... hitung-hitung, kehadiran gue itu sebagai bentuk cara menghagai dan menghormati sepupu gue, lo paham kan?" tutur Lili.
"Iya gue paham sih! Cuma kasihan di gue sih, nggak ada teman di sekolah. Lo tahu kan, gue paling malas gabung sama yang lain," sela Mutiara dengan lesu.
"Gue tahu maksud lo! Cuma ya, mau gimana lagi, masa iya gue mangkir dari acara keluarga besar. Bisa-bisa gue dikeluarin dari Kartu Keluarga dong," balas Lili.
"Iya.... gue paham! Oke deh, have fun ya, Li!" sahut Kiara dengan pelan.
"Lemes banget tuh hidup kayak belum makan seminggu. Lagian lo lebay banget sih, baru juga ditinggal dua hari, udah merengek gini, gimana kalau ditinggal selamanya? Bisa morat marit, jungkir balik nggak jelas tuh hidup lo!" canda Lili.
"Nggak lucu! Udah deh, mending sana lo siap-siap, dandan yang cantik manatau ada cowok ganteng naksir sama lo, kan lumayan!" ujar Mutiara.
"Mata lo lumayan! Lo pikir ini acara biro jodoh... woi ini acara nikahan, gimana sih!" kesal Lili.
"Yaelah... ya kan bisa sekalian! Aduh udah deh... tuh otak lo nggak bakalan paham. Makanya jangan baca buku aja kerjaan lo. Sesekali keluar, melihat dunia yang luas ini, berinteraksi dengan orang lain," suruh Mutiara.
"Emang otak lo dipakai... nggak kan! Udah deh, nggak usah ceramah. Sana buruan berangkat sekolah, entar kalau lo telat yang ada lo malah nyalahin gue lagi," sindir Lili.
"Yeee... udah ya! Bye, Lili!" balas Mutiara langsung mengakhiri panggilan tersebut.
Jam berwarna putih yang bertengger di dinding ruangan kelas menunjukkan pukul 08:00 WIB, pelajaran hari ini pun dimulai. Bu Siti yang mengajar mata pelajaran Sejarah, mulai menulis di papan tulis. Beliau menjelaskan sejarah evolusi manusia.
"Penelitian menunjukkan bahwa pertama kali manusia berevolusi di Afrika. Sebagian besar evolusi manusia terjadi di benua tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan fosil manusia purba yang hidup sekitar 6 sampai 2 juta tahun lalu, dimana seluruhnya berasal dari Afrika," jelas Bu Siti dengan serius.
"Evolusi manusia merupakan proses perubahan yang sangat panjang yang menyebabkan manusia berasal dari nenek moyang yang mirip dengan kera," tambah Bu Siti.
"Maaf, Bu.... izin bertanya!" ucap Dio tiba-tiba seraya mengangkat tangan kanan.
Mutiara yang sedang mengkhayal tiba-tiba tersentak dengan suara Dio.
"Dia mau ngapain ya?" tanya Mutiara dalam hati.
"Ya... kamu anak baru, ada apa?" kata Bu Siti.
"Terima kasih Bu, atas kesempatan yang diberikan. Menurut teori Charles Darwin, manusia modren merupakan revolusi dari sejenis mahluk yang mirip dengan kera, seperti yang Ibu jelaskan barusan. Tetapi dalam pemahaman secara agama, manusia berasal dari debu tanah yang dibentuk dan diberikan nafas oleh Sang Pencipta. Mungkin di luar sana masih banyak teori-teori yang menjelaskan tentang kemunculan dan asal usul manusia di muka bumi ini. Lalu yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana caranya kita memahami asal usul manusia dalam serba-serbi teori yang bermunculan di era saat ini, Bu?" tanya Dio dengan suara lantang nan tegas.
"Gila... keren banget nih cowok! Duh... dia yang ngomong tapi malah gue yang melting," ujar Mutiara dalam hati seraya menggigit bibir bawahnya.
Sementara cowok-cowok nakal yang duduk di barisan belakang langsung berisik dengan berbagai suara kecil dan bisik-bisik yang menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap Dio.
"Belagu banget sih, kalau mau cari muka tuh sono di pinggir jalan!" seru Frans dengan kencang.
"Tau tuh si gendut... mana sepuluh menit lagi mau istirahat lagi. Awas aja kalau sampe waktu istirahat ini kesita cuma gara-gara pertanyaan si tolol itu!" jawab Ahmad.
"Maklum, Bro! Dia lagi butuh muka baru, soalnya mukanya dia kan jelek, hitam, trus berlemak lagi!" tambah seseorang.
Gelak tawa riuh cowok-cowok nakal itu memenuhi seisi ruangan hingga menimbukan kebisingan.
Plak!
Suara dentaman penggaris kayu dengan panjang setengah meter itu membuat seisi ruangan langsung diam tak berkutik.
"Kalian semua... cowok-cowok yang duduk di barisan belakang, sini maju semuanya!" geram Bu Siti dengan raut wajah emosi meluap-luap.
Segerombolan cowok-cowok nakal itu mulai maju dengan ekspresi wajah takut seraya menundukkan kepala.
"Saya... sebagai guru yang mengajar di kelas ini sangat malu... benar-benar sangat malu. Kalian mau naik kelas 3 tapi kualitas siswa yang saya ajari masih sangat di bawah standar. Saya nggak pernah memaksa kalian semua memiliki nilai tinggi dan memiliki sejumlah prestasi yang sangat banyak. Tidak... bagi saya nilai dan prestasi itu sia-sia jika tidak dibarengi dengan etika yang baik. Kalian nggak malu, ada siswa baru yang melihat kebodohan kalian ini? Kalian benar-benar tidak punya etika dan moral, kalian percuma belajar selama ini!" gertak Bu Siti.
"Saya heran dengan kalian. Memangnya apa yang kalian banggakan? Fisik... kekayaan... atau pertemanan kalian ini! Ayo jawab!" sentak Bu Siti sembari menatap tajam satu persatu cowok-cowok nakal tersebut.
Segerombolan cowok-cowok nakal itu tampak diam tak berani berkutik sembari menundukkan kepala. Nyali mereka seketika langsung ciut dengan emosi Bu Siti yang meluap-luap ditambah dengan tatapannya yang tajam bak elang hendak menerkam mangsa.
"Ayo jawab.... mana nyali kalian! Giliran di depan sini kalian langsung diam, ciut, planga-plongo kayak ayam penyakitan!" sindir Bu Siti.
"Gara-gara kalian waktu belajar mengajar di kelas ini jadi kebuang sia-sia. Mulai saat ini saya nggak mau denkkkkkkalgar lagi adanya perundungan di kelas ini," jelas Bu Siti.
"Dan untuk kalian semua... kalian di hukum menghormat bendera sampai jam pelajaran satu hari ini selesai. Saya tidak menerima komplain atau segala macam protes, karna ini bukan kali pertama kalian melakukan kesalahan yang sama," sergah Bu Siti saat segerombolan laki-laki itu hendak protes dengan hukuman yang diberikan Bu Siti.
Kelompok laki-laki nakal itu keluar dari dalam kelas dengan raut wajah campur aduk, kesal, sedih, marah bahkan ada yang melayangkan tatapan tajam ke arah Dio.
"Baiklah... pelajaran hari ini akan Ibu lanjut dengan menjawab pertanyaan dari..." ucapan Bu Siti langsung terputus dengan bunyi bel istirahat.
"Sayang sekali.... ini waktunya istirahat! Maaf karena jawaban atas pertanyaan kamu di tunda dulu. Saya pastikan itu terjawab minggu depan," ucap Bu Siti pada Dio.
"Baiklah anak-anak, pelajaran hari ini sampai di sini dulu. Jangan lupa mengerjakan proyek tugas kelompoknya, karena dua minggu lagi setiap kelompok akan maju mempresentasikan hasil tugas kelompoknya. Selamat siang dan selamat istirahat," sahut Bu Siti seraya memasukkan buku paket sejarah ke dalam tasnya.
"Baik, Bu.... selamat siang!" jawab serentak seisi kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments