chapter 5

"Helena, main petak umpet yuk!" ajak ibunya sambil tersenyum, meskipun dalam hatinya ia sudah curiga dengan suara dari bawah.

"Ibu, aku mau main petak umpet!" seru Helena dengan antusias, tidak menyadari kekhawatiran ibunya.

"Ibu akan menghitung dulu ya, kamu sembunyi di sini," kata ibunya sambil menunjuk ke belakang lemari, berusaha menyembunyikan kegelisahannya dari putrinya.

Helena langsung berlari ke belakang lemari dan bersembunyi dengan senang, tidak menyadari bahwa ibunya menyelinap keluar dari kamar dengan penuh kewaspadaan.

"ibu akan mencarimu, sayang," sahut ibunya sambil tersenyum dengan mencoba menyembunyikan kekhawatirannya.

Sang ratu tiba-tiba memanggil pembantu Helena untuk pergi keluar dari kamar. "Ada apa, Nyonya?" tanya pembantu itu kebingungan, melihat wajah yang gelisah dari sang ratu.

"Ada suara di bawah, mungkin itu Drakula," jawab Ratu Fifi dengan serius, mencoba membagikan tanggung jawab dan ketakutannya pada pembantunya.

"Paham, Nyonya. Saya sudah membawa peraknya," jawab pembantu itu, siap untuk melindungi mereka, meskipun tidak sepenuhnya yakin dengan ancaman yang dihadapi.

Mereka berdua segera turun ke bawah dan melihat Alfred dan yang mulia sedang bertarung melawan dua orang asing yang gila.

Suara langkah kaki membuat Helena berpikir, "Mungkin itu ibu yang mencariku!" gumamnya sambil memeluk erat bonekanya, tidak menyadari bahaya yang mengancam.

~Di tangga kerajaan~

“Apa yang terjadi, sayang?” tanya Ratu Fifi, terkejut melihat kekacauan di tangga, sementara sinar bulan penuh menerangi adegan pertarungan yang sedang berlangsung.

Pembantu itu segera menolong yang mulia, melompat dari tangga dengan gerakan yang lincah dan mencoba membunuh Meylin menggunakan perak, diiringi gemuruh angin malam yang berhembus keras.

Meylin dengan kecepatan yang mengagumkan menghindar dari serangan, sementara yang mulia menyerang dari sisi yang lain dengan penuh determinasi, sinar bulan memantulkan kilatan dari pedangnya yang bercahaya.

Cobra masih bertarung dengan sengit melawan Alfred, sementara Ratu Fifi hanya bisa menyaksikan dengan napas terengah-engah dari atas tangga, tatapan matanya memancarkan keteguhan di tengah kekacauan.

Tanpa ragu, Meylin melompat dengan lincah dan menyerang Ratu Fifi dengan syalnya yang tajam. Kekuatan serangannya membuat angin berputar liar di sekeliling mereka, dan desiran kain yang terbang menjadi latar belakang dramatis dalam pertarungan itu.

“Apakah, aku baru saja membunuh seseorang?” Meylin terkejut dengan apa yang telah dilakukannya, sementara langit malam dihiasi awan-awan yang bergerak cepat.

Tanpa berkata apa-apa, yang mulia mendekatinya dengan langkah yang tegas dan dengan cepat mencekiknya, sementara mata mereka bersinar penuh dengan intensitas pertarungan.

“K-kenapa tanganmu... di-aku akan... mati...” Meylin kesulitan bicara, suaranya hampir terputus karena cengkeraman yang kuat.

“Kau, kau pembunuh istriku, harus mati!” bentak yang mulia dengan marah yang memuncak, menyuarakan tekadnya dengan kekuatan yang menggetarkan.

Cobra dengan kecepatan kilat menyerang yang mulia, namun Alfred dengan gerakan yang elegan dan penuh keahlian menghalangi serangannya, menciptakan tarian mematikan di antara bayangan dan cahaya bulan yang memancar dari atas kepala mereka.

“Bukankah lawanmu adalah aku?” tanya Alfred dengan tenang, suaranya bergema di seluruh kerajaan, menggema seperti ajakan dari dunia yang lebih tinggi.

“Sial, dia juga perempuan. Apakah kalian tidak memiliki hati nurani sama sekali?” tanya Cobra, melihat ke arah Alfred yang begitu tenang, sementara keheningan malam menyelubungi pertarungan mereka.

“Tapi bagaimanapun juga, dia tetaplah pembunuh. Kau tahu itu, bukankah nyawa dibalas nyawa?” jawab Alfred dengan mantap, suaranya terdengar seperti sang penguasa yang menentukan takdir, sementara bintang-bintang di langit malam menyaksikan pertarungan mereka dengan diam yang penuh makna.

"Sial!" seru Cobra.

Meylin berusaha melepaskan diri dengan syalnya. Syal itu berhasil menutup mata yang mulia sehingga tangannya terlepas. Pemimpin Syon segera meraih syal itu, dan Meylin menendang ke arah wajah yang mulia, tapi kakinya ditangkap oleh sang raja.

“Kenapa ibu lama yah? Mungkin ibu masih mencariku, hehehe. Aku memang ahli dalam bersembunyi,” gumam Helena dalam hati kecilnya, masih bersembunyi di lemari.

“Kau sekarang tidak bisa menyerangku. Lihatlah, kakimu berhasil kutangkap,” sahut yang mulia dengan senyum kecil.

“Aku benar-benar minta maaf karena sudah membunuh istrimu. Aku tidak bermaksud,” kata Meylin dengan tatapan yang penuh penyesalan.

“Tatapan itu, aku yakin kau bohong, dasar perempuan munafik!” sahut sang raja dengan kesal.

“Yang Mulia, biarkan saya yang menghadapi gadis ini, karena kami sama-sama perempuan. Anda berdiri saja di depan singgasana,” usul pembantu Helena.

Raja menyetujuinya, dan sekarang pembantu wanita itu yang akan melawan Meylin.

“Baiklah, jangan terlalu keras, ya nak?” sahut pembantu Helena.

“Ah, tentu saja,” balas Meylin.

“Oh ya, Alfred, bagaimana dengan pria itu?” Alfred tidak menjawab sama sekali, membuat Raja mulai khawatir.

“Alfred!” serunya dengan nada khawatir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!