"Mmm...."
Sinar matahari pagi yang cerah, menerobos masuk melalui sela-sela gorden. Alianora menyipitkan kedua matanya, mencoba beradaptasi dengan cahaya yang datang tiba-tiba.
Dia ingin bangun dari posisinya, namun rasa nyeri dan pegal di sekujur tubuh tiba-tiba muncul, membuatnya kaku untuk sesaat.
Alianora menghela napas berat.
Meski hal ini sudah dia lakukan berulang kali, tapi itu hanya sekedar berpindah lokasi bermil-mil. Kali ini, gerbang teleportasinya terletak dari dimensi satu ke dimensi lain, tidak heran kalau dia merasa agak pening.
Jika itu seorang manusia biasa yang mendapati rohnya disedot masuk ke ruang antar dimensi secepat kilat lalu kemudian tiba di dunia lain, mungkin dia akan jauh lebih tersiksa daripada sekedar pusing.
Untunglah dia seorang yang bukan manusia.
"Ah...dimana...?"
Setelah menggosok-gosok mata sebentar sampai semua nyawa terkumpul dengan benar, barulah Alianora menyadari kalau dia tengah berada dalam sebuah kamar tidur.
Kamar itu cukup luas tapi bisa dibilang ini masuk dalam kategori kamar terjelek di tiga alam.
Dalam hidupnya, dia baru pertama kali melihat kamar yang seburuk ini. Bahkan kamar penjara bawah tanah di dunia bawah saja masih lebih bersih.
Alianora tidak bisa berkata apa-apa.
Bukan karena tembok yang menguning atau wallpaper putih lapuk setengah sobek.
Saat ini, diatas lantai marmer putih, yang mungkin menjadi satu-satunya bagian yang bagus, Alianora telah dikelilingi oleh segala macam perabot yang berserakan seperti habis dilanda tsunami besar.
Alianora melihat satu-satunya tempat tidur di sana yang kumal sambil sedikit linglung. Hanya satu pertanyaan yang ada dalam benaknya, apa dia menjadi orang gila sekarang?
Dulu, setiap kali Alianora datang ke dunia manusia karena di panggil, dia selalu mendapatkan 'status samaran' yang bisa membuatnya membaur di tengah masyarakat. Pedagang, pemerintah, ksatria, orang kaya, dia sudah pernah memerani itu semua dan itu semata-mata mempermudah misinya.
Tidak pernah dia mendapat status se-ekstrim ini.
Alianora berdecak kesal. Ini akan sulit.
Ah sudahlah, karena sudah seperti ini, mari lihat siapa identitasku sekarang, pikir Alianora.
Alianora menarik badannya dengan puas tapi...
mungkin sedikit...sempit, aneh lagi...
Dia menggelengkan kepala, tidak terlalu menghiraukannya.
Toh sudah sejak ribuan tahun lalu dia terakhir kali hidup dalam tubuh mortal, pasti saat ini dia belum terbiasa.
Tiba-tiba pandangan matanya tanpa sengaja jatuh pada garis-garis merah tua, berbentuk sebuah pola rumit yang besar, tepat diatas lantai dimana dia duduk.
Meski tidak mencolok, namun bila ditempatkan pada lantai marmer putih, akan sulit bagi siapa saja untuk tidak melihat. Apalagi ditambah dengan bau amis yang dapat tercium disekitarnya.
Lingkaran sihir berdarah, siapa lagi yang lebih mengenal itu dari pada dia?
Alianora menatapnya sekilas, keseriusan telah kembali di matanya.
Seketika situasi berantakan disekitarnya terjawab sudah.
Lingkaran sihir ini adalah lingkaran sihir dari mantra Kontrak Jiwa. Mantra yang dia ciptakan sendiri, sekaligus mantra yang sekarang ini sedang mengikat jiwanya dengan jiwa seorang wanita muda yang menariknya dari dunia bawah, dan membawanya ke dunia manusia sekali lagi.
Kontrak Jiwa.
Satu dari tiga mantra terlarang yang dikutuk surga dan ditabukan di dunia manusia.
Dulu, saat dunia dalam masa kegelapannya, ras manusia yang terpecah menjadi beberapa ras kecil, saling berseteru satu sama lain. Tidak ada yang namanya kawan, semuanya adalah lawan, dan masing-masing dari mereka menginginkan apa yang dimiliki yang lain.
Api peperangan hampir tidak pernah padam.
Melihat kericuhan dunia saat itu, tiba-tiba sebuah sosok yang agung membelah langit, turun dari surga untuk meminjamkan tangannya pada mereka melalui sebuah ikatan kontrak.
Sosok itu adalah Dewi Alianora, sang dewi perang yang disembah oleh darah.
Sayangnya, syarat yang diperlukan untuk memanggil sosok dewi yang agung itu tidaklah ringan.
Bayarannya adalah inti jiwa, salah satu bagian tersuci dan terbersih yang ada pada semua makhluk.
Sebagai gantinya, Dewi Alianora akan hadir dan memenuhi apapun yang diinginkan oleh sang kontraktor.
Semakin tinggi permintaannya, maka akan semakin banyak inti jiwa yang harus diberikan.
Ditengah dunia yang dipenuhi peperangan tiada habisnya, permintaan apa lagi yang bisa diharapkan dari manusia selain untuk menghabisi musuh-musuh mereka?
Jangankan membunuh satu orang, bahkan mengorbankan ratusan inti jiwa untuk menaklukan dunia pernah dilakukan oleh seorang manusia biasa.
Namun ketika Dewi Alianora jatuh tertidur dalam dunia bawah, masa kegelapan dunia juga sudah mulai sirna.
Mantra ini bersama dengan dua mantra ciptaannya yang lain, dimasukan dalam kategori mantra terlarang, yang kemudian semua catatannya dihilangkan.
Sejak saat itu, mantra Kontrak Jiwa hilang untuk selamanya.
Tapi tentu saja, Alianora tidak mengetahui semua ini.
Alianora berpikir keras.
Harusnya dia tidak muncul disini. Demi mengelabuhi batasan dunia, dia bisa muncul disembarang tempat, kecuali di sini.
Tapi kenapa?
Lalu dimana kontraktornya sekarang?
Alianora terkekeh pelan, mengarahkan pandangan kebencian ke arah langit biru dibalik jendela.
Apa ini ulah para kakek tua bangka yang bau diatas sana?
Hm...tidak.
Kemungkinannya memang ada tapi sangat kecil. Batasan dunia manusia tidak akan mengizinkan mereka bertindak sesuka hati.
Malah bisa jadi sekarang, para tetua peot diatas sana masih belum sadar akan kehadirannya di sini, sejak tidak ada tanda-tanda apapun.
Dalam kebingungannya Alianora menggerakan pandangannya ke rongsokan sampah disekelilingnya.
Tiba-tiba dia teringat akan wajah lugu kontraktornnya yang sekarang entah dimana.
Di satu sisi, Alianora menganggumi wanita itu, bisa memiliki tekad yang sangat kuat tapi secara bersamaan Alianora juga menertawakannya.
Tolong selamatkan keluarganya dia bilang?
Apakah dia tidak salah orang?
Alianora adalah Dewi Perang, sejak kapan dia beralih profesi jadi pahlawan?
Menyerahkan kehidupannya untuk permintaan konyol ini....
Tidakkah dia menyesal?
Alianora menggelengkan kepala sambil mendengus, hendak beranjak dari lantai.
Namun kakinya tanpa sengaja menginjak sebuah buku tua yang tergeletak terbuka dan hampir membuatnya jungkir balik.
Untungnya dia masih bisa menyeimbangkan tubuhnya pada saat-saat terakhir, kalau tidak maka dia akan mengutuk siapapun penulisnya dan juga keturunannya.
Setelah mengatur napas dengan benar, Alianora menatap sinis ke arah buku itu seolah dia ingin menelannya bulat-bulat.
Pada halaman kecoklatannya yang hampir sobek tadi, terdapat sebuah pola lingkaran sihir rumit lengkap dengan beberapa paragraf kalimat dibawahnya.
Alianora mengernyit. Keseriusannya kembali.
Dia meraih buku itu dan melihatnya baik-baik.
Sebuah lingkaran sihir Kontrak Jiwa dan penjelasannya tertera di sana.
Alianora cukup mengerti tapi dia masih merasa aneh dan melihat sampul buku itu.
Sampul kulit coklat yang agak kusam dengan sebuah judul tertulis besar diatasnya.
Itu membuat Alianora sedikit terkejut.
Alianora sangat paham karaktersitik para tetua surga itu dengan baik. Dari semua hal yang mungkin mereka lakukan, tidak mungkin mereka membiarkan mantra Kontrak Jiwa masuk kedalam daftar 'Kumpulan Sihir-Sihir Pemula Edisi 13' ini.
Aneh, sungguh aneh.
Semuanya seperti...sudah diatur.
Pengorbanan kontraktornya...Kedatangannya...
Pandangan Alianora menerawang, "Seseorang di luar sana...menginginkan kedatanganku?"
Siapa...
Sssttt....
Alianora melirik pada garis cahaya ungu gelap mendesir samar pada sampul buku itu.
Jejak mana.
Alianora menyipitkan mata, hendak meneliti jejak mana itu tapi saat jari-jarinya menyentuh permukaan buku, matanya tiba-tiba menangkap suatu hal yang ganjil.
Huh?
Dia terbelalak dengan wajah pucat seketika, tak percaya dengan apa yang baru saja dia sadari.
Apa mungkin dia berhalusinasi?
Pikirannya belum sepenuhnya sadar sehabis siuman, jadi entah bagaimana dia sampai bisa melihat hal yang bukan-bukan.
Alianora menampar pipinya, mengucek matanya, dan mencubiti lengannya, namun alih-alih menghilangkan halusinasi, dia malah semakin menyadari bahwa ada sesuatu yang benar-benar tidak beres.
Tangannya....
Kenapa tangannya...kecil?
Semakin panik, Alianora menengok kaki-kakinya, meraba-raba perutnya, lengannya, dan wajahnya.
Semuanya, semuanya aneh!
"Kenapa...semuanya kecil!?"
Bahkan suaranya juga terdengar tinggi dan lembut. Apa-apaan ini?!
Apa...terjadi kesalahan? Tidak, itu tidak mungkin, dia sudah ribuan kali melalukan ini dan tidak pernah terjadi kesalahan.
Atau....
!!!
Dalam hitungan detik, Alianora sudah berlari menuju cermin besar berukuran satu badan yang terletak disamping meja rias.
Dia melihat pantulan refleksinya dan seketika terkejut sampai kehilangan kata-kata.
Bagaimana sesuatu yang tidak masuk akal begini adalah kenyataan?!
Saat ini, di dalam cermin, terpampang wajah seorang anak kecil yang tidak lebih dari 10 tahun, sedang menatap balik kearahnya dengan mata melotot dan mulut menganga.
Rambut perak kebiruan yang terpangkas sebahu itu kusut, namun bila terpapar sinar matahari, maka kilatan perak bercampur emas akan membuatnya bercahaya dan kelihatan lembut seperti sutra.
Kulit wajah seputih salju, lembut dan lentur, serta mata perak biru bagai permata yang besar dan bulat, memantulkan cahaya matahari yang membuatnya terlihat lebih berkilauan, mau dilihat dari sisi manapun, anak yang mirip boneka bayi ini, jelas bukanlah dirinya!
Seingatnya pada waktu dia tinggal di dunia manusia, tubuh mortalnya selalu memiliki kemiripan 30-50% dengan penampilan aslinya, dan sudah pasti berwujud orang dewasa. Dia tidak pernah mendapatkan tubuh yang berbeda seperti apa yang dia lihat sekarang.
Alianora menepuk pipi dan juga menggerakkan kepala ke samping, dan anak dalam cermin itu juga melakukan hal yang sama, bahkan juga meniru ekspresinya yang terlihat bodoh.
Apa yang sebenarnya terjadi?!
Sambil menggaruk kepalanya, Alianora terduduk di lantai, tidak tahu harus bilang apa.
Apa ini juga sudah diatur...?
"Hahaha...!"
Dengan posisi dahinya yang menyentuh cermin, Alianora tertawa pahit.
"Haa...apa kau bercanda", katanya sambil menatap cermin dengan wajah gelap.
Dia tidak tahu. Entah itu buku sihir aneh dengan mantra sihir ciptaannya, wanita lugu yang menjadi kontraktornya, serta tubuh yang tiba-tiba berwujud anak kecil ini.
Benar-benar diluar dugaan.
Dia tidak menyangka bahwa kejadian seperti ini akan terjadi, dan ini pertama kali baginya untuk menemukan hal yang tidak berada dalam kendalinya sama sekali.
Sembari terus menatap dirinya di cermin, Alianora tersenyum lebar.
Membuatnya, seorang dewi terkuat sepanjang sejarah, terkejut...? Haa...apa yang harus dia lakukan?
"Heh, aku tidak menyangka kalau aku akan mengatakan ini tapi...haha...ini sungguh menarik!"
GUBRAK!
Tiba-tiba pintu kamarnya dibanting dengan kasar menampilkan seorang wanita muda dengan menggunakan seragam pelayan.
Alianora: ??
Alianora yang sedang dalam mood bagus, merasa sedikit jengkel. Siapa yang begitu tidak sopan terhadap dirinya, Dewi Alianora?
Mereka sungguh ingin cari mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Amelia
❤️❤️❤️❤️❤️👍👍👍
2024-03-08
0