BRAAAAKK!
Semua orang terkesiap dan memandang seseorang yang duduk dekat jendela. Telinga Elzin panas mendengar kata-kata kebohongan dan fitnah yang dilontarkan Aqila terhadap Sheva. Elzin mengembalikan wajahnya. Elzin berdiri mengangkat wajahnya. Semua yang menyadari dia adalah Bos mereka menunduk dan diam termasuk Aqila. Aqila takut, gemetar, cemas, gugup, kebohongannya sebentar lagi terungkap.
"Apa benar yang kamu katakan, Sheva menarik simpati Bos Elzin dengan kehidupannya yang pahit?" Elzin berjalan menuju Aqila.
Aqila tidak berani menjawab. Dia hanya menunduk. Mulutnya terkunci rapat, tubuhnya bergetar, keringat dingin mulai bercucuran.
"Kalian semua, apa benar yang dikatakan gadis itu bahwa Sheva mencari simpati Bos Elzin dengan kisah pahit hidupnya? Yang tidak menjawab dalam hitungan detik kalian dipecat!" Elzin tegas.
"Hmmm, benar Bos Elzin. Aqila sendiri yang bilang begitu." Jawab seseorang.
"Iya Bos Elzin. Saya juga dengar langsung dari Aqila."
"Iya."
"Jadi nama kamu Aqila. Dari departemen mana?" tanya Elzin.
"A--- ad--- administrasi Bos." Jawab Aqila.
"Siapa yang bilang ke kamu Sheva begitu?" Elzin semakin dekat dengan Aqila.
"Hmmm, saya sendiri merasa begitu Bos. Karena dia hanya karyawan baru, tapi sangat diperhatikan oleh Bos." Jawab Aqila.
"Oh jadi ini semua hanya pendapatmu sendiri?" Elzin menatap tajam ke arah Aqila.
Aqila mengangguk.
"Kalian semua dengar? Itu hanya pendapat dia sendiri dan kalian percaya? Apa selama ini saya membeda-bedakan kalian? Dan kamu, karena perbuatan kamu, Sheva dibenci, dimusuhi dan dikucilkan." Elzin berbalik meninggalkan kantin.
Setelah kepergian Elzin semua diam, tidak ada yang berani membuka suara. Hanya dentingan sendok dan garpu yang berbunyi. Aqila semakin membenci Sheva, semua kejadian hari ini dia anggap terjadi karena Sheva, lagi-lagi Sheva, semua karena Sheva. Entah mengapa Aqila sangat membenci Sheva.
Di dalam kesunyian Sheva berdiri. Dengan berani Sheva melangkah maju dan berhenti di tengah-tengah kantin. Semua orang menatap ke arahnya. Sheva menarik kuat nafasnya dan perlahan menghembuskan.
"Saya Sheva, saya karyawan baru di departemen administrasi. Saya sudah menikah dan saat ini saya sedang hamil anak dari saya dan suami saya. Suami saya sedang bekerja di luar negeri. Dan saya sama sekali tidak pernah meminta simpati kepada Bos Elzin. Siapalah saya ini. Saya hanya orang biasa. Dan maafkan saya jika saya menyebabkan Anda semua salah paham. Saya mohon tolong jangan sebarkan fitnah tentang saya. Permisi." Sheva dengan sopan membungkukkan badannya. Sheva kembali mengerjakan pekerjaannya yang tidak habis-habisnya.
Notifikasi ponsel Aqila berbunyi. Aqila mencek kotak masuk di media sosialnya. Ada pesan dari seseorang menawarkan uang yang banyak untuk informasi gadis di foto yang berada di belakang Aqila. Aqila penasaran siapa orang itu. Aqila bertanya berapa yang akan dia dapatkan jika memberikan informasi tentang Sheva. Orang itu menjawab 50 juta. Dan jika Aqila berbohong dan memberikan informasi palsu orang itu akan memasukkan Aqila ke dalam jeruji besi. Waktu yang diberikan untuk Aqila hanya 4 jam.
Aqila tergiur dengan imbalan uang 50 juta. Aqila segera kembali ke ruangannya. Dengan wajah penuh penyesalan dan di depan semua karyawan administrasi, Aqila menghampiri Sheva dan meminta maaf. Aqila mengakui dia salah menilai Sheva. Sheva dengan berbesar hati memaafkan Aqila. Dan semua karyawan di ruang administrasi juga meminta maaf kepada Sheva karena mereka sudah termakan bualan Aqila.
Sebagai permintaan maaf, Aqila akan mengirimkan hadiah untuk Sheva. Aqila meminta alamat rumah Sheva. Sheva dengan halus menolak, karena Sheva tulus memaafkan Aqila. Tapi karena terus dipaksa akhirnya Sheva memberikan alamatnya. Aqila memberikan sebuah tas untuk Sheva yang akan segera sampai ke alamat Sheva.
Setelah berhasil mendapatkan informasi dari Sheva. Aqila mengirimkannya via inbox media sosialnya. Aqila memberikan CV, alamat kantor Sheva bekerja dan juga alamat rumah kontrakannya. Semua informasi lengkap. Orang itu ingin mencek terlebih dahulu apakah informasi yang Aqila berikan itu benar atau tidak. Orang itu meminta Aqila menunggu 2 jam dari sekarang.
Aqila semakin penasaran siapa sebenarnya Sheva sampai ada orang yang berani membayarnya demi mendapatkan informasi Sheva. Aqila tidak perduli, mungkin saja orang itu mencari Sheva untuk menagih hutang dan Sheva melarikan diri darinya. Sampai-sampai suami Sheva bekerja di luar negeri untuk melunasi hutangnya. Aqila tidak mau tahu, dia tidak sabar menunggu transferan uang dari orang asing.
Waktu kantor telah berakhir. Satu persatu karyawan meninggalkan Perusahaan. Sheva memberanikan diri naik ke lantai atas ruangan Bos Elzin.
TOK! TOK!
"Masuk." Suara Elzin dari dalam.
"Permisi Pak Elzin." Sheva masuk ke dalam ruangan.
"Iya ada apa?" Elzin menutup laptopnya.
"Hmmm, biasa Pak. Saya mau bayar kontrakan." Jawab Sheva.
"Sheva sudah aku bilang, jika hanya kita berdua panggil Elzin." Elzin mempersilakan Sheva untuk duduk.
"Ini uang kontrakan untuk bulan ini. Terima kasih banyak Elzin untuk hari ini di kantin." Sheva menyerahkan amplop putih berisikan uang di dalamnya.
"Sheva, kenapa kamu mendiamkan mereka? Kamu berhak untuk bicara. Jangan lemah. Lawan mereka," kata Elzin.
"Iya. Maaf aku permisi dulu." Sheva bangkit dari tempat duduknya.
"Tunggu biar aku antar."
"Hmmm...jangan, semakin membuktikan aku memanfaatkan mu di kantor. Aku bisa pulang sendiri. Permisi." Sheva menunduk hormat dan melangkah keluar dari ruangan Elzin.
Elzin mengingat Aqila, aura kebenciannya terhadap Sheva sangat kuat. Elzin tersenyum merencanakan sesuatu untuk Aqila.
Sheva berjalan menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari kantor tempatnya bekerja. Sheva mampir sebentar ke sebuah minimarket membeli beberapa kebutuhan. Setelah cukup Sheva kembali ke rumah kontrakannya.
"Permisi, paket." Seorang kurir berhenti di depan rumah Sheva.
"Iya untuk siapa?" tanya Sheva.
"Untuk Ibu Sheva, dari Aqila." Jawab Kurir.
"Oh itu saya, terima kasih." Sheva mengambil paket dan masuk ke dalam rumah.
Sheva segera membuka paket yang dikirim Aqila untuknya. Sebuah tas cantik, selama ini dia tidak mempunyai tas. Pakaian saja dia punya sedikit. Sheva berhemat untuk menabung lahiran buah hatinya. Tiba-tiba perut Sheva terasa nyeri, Sheva berjalan ke arah dapur memakan sesuatu untuk menahan sakit di perut. Setelah makan pun perut Sheva masih terasa sakit.
"Sayang Mama, ada apa dengan mu hari ini? Perut Mama sakit Nak." Sheva mengelus-elus perutnya.
TOK! TOK!
Terdengar ketukan pintu dari arah depan. Sheva masih dalam menahan sakit di area perutnya, sambil memegang perut perlahan dia menuju pintu depan.
TOK! TOK!
"Iya, tunggu sebentar," sahut Sheva.
KREEEEEK!
Sheva membuka pintu, matanya berkunang-kunang, sakit di perutnya tak tertahankan. Samar-samar terlihat orang dari depan pintu. Sheva menggelengkan kepalanya untuk memperjelas penglihatan. Pandangan Sheva menghitam. Orang itu menangkap tubuh Sheva yang ambruk.
"SHEVA!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Queen
makan az Aqilanya kan org jahat
2024-02-23
1
Queen
Waawwwww
2024-02-23
1