RAPUH
Cahaya redup membimbing langkah Sheva di keheningan malam. Desir angin menusuk hangat di langit malam yang muram. Tepian laut yang berbisik dengan keras. Meski dalam kesakitan, dia menunjukkan kekuatan yang rapuh. Ada sebuah suara yang terus berbisik di telinganya.
"Tinggalkan dunia, kamu hanya sampah, dirimu tidak berharga, tidak ada gunanya kamu hidup, kamu harus mati. Kamu harus mati!" suara itu terus memprovokasi.
"Stop, hentikan! Kamu yang di sana, tolong berhenti!" teriakan seorang pria di belakangnya tidak membuat Sheva menghentikan langkahnya.
Sheva terus mengikuti gemuruh bisikan yang memenuhi relung hatinya yang kosong. Sheva terus berjalan di atas tebing yang menjulang dan mengapit jalan ke arah pantai sehingga terlihat seperti jurang.
"Kamu berhenti!" Pria itu berlari melompat dan meraih tangan Sheva.
Tubuh Sheva terhempas karang, keningnya terbentur benda keras, darah segar mengucur deras. Pandangannya menghitam, dengan senyum terukir dalam hati Sheva berkata selamat tinggal dunia.
...** Beberapa tahun yang lalu **...
Sheva seorang gadis 19 tahun tidak pernah merasakan kebahagiaan di dalam hidupnya. Semenjak kecil dia hidup bersama dengan ayah yang tidak pernah menyayanginya. Sheva hanya mendapatkan kasih sayang dari saudara ayahnya yaitu om Riza suami tante Puspa. Sheva sering bertanya apa yang menyebabkan ayahnya begitu membencinya.
Di umurnya yang beranjak remaja, tante Puspa menceritakan awal mula keretakan rumah tangga ayah dan bundanya. Ayah Dafa sangat mencintai bunda Nida. Kehidupan mereka sangat harmonis, bisnis Dafa juga terus berkembang, begitu juga dengan Nida yang bekerja di salah satu perusahaan kariernya begitu cemerlang. Mereka juga bahagia dengan kelahiran Sheva.
Setelah Sheva berumur 2 tahun, Dafa dan Nida bercerai. Perceraian dipicu karena Dafa menuduh Nida selingkuh dan Sheva adalah anak hasil dari perselingkuhan. Nida bersikeras membawa Sheva bersamanya, tapi Dafa menolak dengan keras. Nida akhirnya pergi meninggalkan Sheva bersama Dafa. Semenjak perceraian, Sheva tidak diperhatikan Dafa.
Setelah satu tahun perceraian Dafa menikah dengan sahabat Nida yang bernama Ola. Dari hasil pernikahan Dafa dan Ola lahirlah seorang anak perempuan yang bernama Radin. Ola juga membawa anaknya dari pernikahan sebelumnya yang bernama Fadi.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun juga berganti. Ola dan Dafa menjalani kehidupan mereka bersama Radin dan Fadi. Sedangkan Sheva tinggal bersama tante Puspa dan om Riza. Tidak ada yang mengetahui Sheva adalah anak kandung dari Dafa karena selama ini hanya Radin yang dianggap Dafa anak kandungnya.
Dafa juga tidak pernah memberikan nafkah untuk Sheva. Sheva dari jauh selalu melihat ayahnya mengantar Radin ke sekolah. Ada rasa rindu, iri melihat ayahnya begitu menyayangi dan memanjakan Radin.
Radin terlahir dalam kondisi lemah, tubuhnya selalu sakit-sakitan. Radin selalu membutuhkan transfusi darah. Dafa ke sana kemari mencari pendonor darah. Sampailah suatu hari di saat Dafa di dalam keputusasaan, Dafa teringat akan Sheva. Ternyata hanya darah Sheva yang memberi kehidupan kepada Radin. Setiap beberapa bulan Sheva datang untuk memberikan darahnya untuk Radin.
Sheva sangat senang karena Dafa memerlukan bantuannya walaupun setiap bantuannya selalu dibalas dengan bayaran uang. Sheva hanya ingin mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Sheva hanya ingin mendengar kata 'Nak' dari mulut ayahnya. Sheva juga mengharapkan senyuman yang tulus dari seorang ayah bukan senyuman sinis seolah Sheva musuh terbesar dalam hidupnya.
Dafa sebenarnya tahu Sheva adalah anak kandungnya, tapi karena gengsi yang terlanjur meninggi Dafa sama seperti sebelumnya memperlakukan Sheva seperti orang asing yang hanya dipanggil di saat diperlukan.
Dan demi keuntungan bisnis, Dafa rela mengumpankan Sheva ke seorang hidung belang. Pertama kali dalam hidupnya Dafa mengundang Sheva makan di sebuah restoran hotel mewah di kota mereka. Sheva sangat bahagia karena usahanya selama ini berhasil. Ayahnya mulai membuka hatinya untuk Sheva. Dafa merayakan hari ulang tahun Sheva yang ke 19.
"Sheva selamat ulang tahun. Maaf Ayah baru bisa merayakan ulang tahunmu. Semoga kamu menyukainya." Dafa memberikan senyuman terindahnya malam ini.
"Terima kasih Ayah. Cukup ucapan dan doa dari Ayah, Sheva sudah bahagia." Ucap Sheva matanya memancarkan kebahagiaan yang selama ini dia harapkan.
"Maafkan Ayah karena selama ini kurang perhatian sama kamu. Dan ini hadiah dari Ayah." Dafa memberikan kartu hitam kepada Sheva.
"Cardlock? Apa aku akan menginap di hotel ini?" tanya Sheva.
"Hadiahnya ada di dalam kamarmu. Selamat ulang tahun." Dafa mengangkat gelas minuman.
"Terima kasih." Mata Sheva berbinar-binar Sheva juga mengangkat gelas dan meminumnya.
"Beristirahatlah. Ayah permisi, masih ada yang harus Ayah kerjakan." Dafa meninggalkan Sheva dengan senyuman menyeringai.
Sheva masuk ke dalam lift menuju kamarnya. Tiba-tiba Sheva merasa dunia terasa berputar. Susah payah Sheva menahan tubuhnya yang nyaris kehilangan keseimbangan. Dengan sedikit merangkak Sheva keluar dari lift. Sheva berpegangan pada dinding hotel. Tanpa sengaja tangannya membuka pintu kamar yang tidak terkunci.
Dengan mata yang berkunang-kunang Sheva masuk ke dalam kamar itu.
"Siapa kamu?" seorang pria berpakaian kimono memandangi Sheva dengan tatapan tajam.
"Kenapa kamu ada di kamarku?" Sheva dengan langkah lunglai terduduk di atas tempat tidur.
"Siapa yang mengirimmu ke sini?" pria itu sedikit berjongkok menatap Sheva.
Sheva mengambil cardlock dan menunjukkannya kepada pria itu. Pria itu mengerti rupanya gadis yang ada didepannya ini salah kamar. Tapi pria itu tidak langsung percaya. Bisa saja ini adalah taktik darinya. Dan pria itu menyadari sesuatu, gadis ini sedang 'ingin'. Apakah ada seseorang yang ingin memanfaatkan gadis ini pikirnya.
"Hai gadis keluar dari sini!" pria itu menarik tangan Sheva.
Sheva merasakan sesuatu yang menjalar di tubuhnya ketika disentuh pria itu. Sheva semakin mendekatkan dirinya kepada pria itu. Pria itu memperhatikan Sheva dari atas sampai ke bawah. Dari pakaiannya gadis ini tidak terlihat seperti gadis panggilan, katanya dalam hati.
"Hei gadis, kamu sendiri yang datang padaku. Aku akan menolongmu." Bisiknya.
Sheva sudah tidak bisa mengendalikan dirinya. Sheva dengan beraninya memeluk tubuh pria asing yang ada di depannya. Pria itu perlahan melumat lembut bibir ranum Sheva. Membakar tubuh mereka dengan gairah yang menyala-nyala. Sheva menggeliat tidak menentu di bawah tubuh pria asing itu.
Pria itu membuka semua penutup tubuh Sheva. Dan dia sendiri pun tidak mengenakan sehelai benangpun. Tubuhnya terlihat kekar, berotot dan berkulit putih bersih.
Pria itu kembali mencium bibir Sheva, jemarinya juga aktif bergerilya di daerah-daerah bagian sensitif Sheva. Sheva merasakan basah di bagian terbawahnya. Pria itu terus meninggalkan jejak kenikmatan di tubuh Sheva. Dan sesuatu yang keras dan lembut masuk ke dalam goa cinta Sheva. Keluar masuk dengan lembut dan berakhir dengan gerakan cepat yang membuat Sheva mengerang kenikmatan.
AAAGGHHH!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ismaya
Semangat kak karya baru nyaa 🤗
2024-02-14
1
manusia hidup
mampir lagi. semangat /Good/
2024-02-11
1
Queen
karya baru lagi. penasaran. lanjut 💪💪💪
2024-02-11
2