Pemandangan yang sangat menyenangkan terlihat di halaman istana putri. Tempat itu sekarang sudah seperti dapur umum. Perlu diketahui bahwa mereka bukanlah memasak, melainkan meracik dan memilih makanan untuk dihidangkan.
Dua golongan seperti tengah kebingungan. Jika golongan orang biasa bingung memilih makanan seperti apa yang disukai oleh ratu dan putri, maka golongan bangsawan bingung bagaimana cara menyajikannya. Tapi ada beberapa dari nona bangsawan yang terlihat lincah dalam melakukan pekerjaan tersebut, mereka pasti terbiasa melakukan hal mandiri meskipun seorang bangsawan. Dan salah satunya adalah Choi Hana.
Ya, Hana terlihat begitu terampil. Dia juga sangat anggun dalam bergerak. Hal tersebut dimanfaatkan oleh nona bangsawan yang lain untuk menirunya, tak terkecuali Ji Ah dan Ji Hye. Tapi bukan Jo Ah kalau tidak berkata buruk.
" Cih, sok sekali. Aku yakin dia memang terbiasa melakukan pekerjaan pelayan. Lihat saja dia sangat cekatan. Bahkan tidak perlu berpikir saat melakukannya,"cibir Ji Ah. Dalam hatinya saat ini, Ji Ah sangat kesal karena telah kalah satu langkah dari Hana.
" Anda benar Nona Ji Ah, pasti dia memang terbiasa melakukannya sehingga sudah tidak tampak canggung. Waaah lihat dia bahkan sudah selesai. Dan satu nona lagi juga sudah selesai. Eeeeiih, siapa nona itu? Dari mana nona itu berasal?" ucap salah seorang gadis bangsawan.
Sebenarnya orang yang dibicarakan itu adalah Ji Eun, tapi Ji Ah yang sedang fokus dengan apa yang tengah ia kerjakan membuatnya tidak mengindahkan kata-kata tersebut. Dalam pikirannya saat ini hanya bagaimana bisa segera selesai agar tidak gugur.
" Waktu sudah habis, silakan hidangkan makanan yang sudah diracik ke aula perjamuan!"
sekitar 30 menit, ternyata waktu yang diberikan hanya sebanyak itu. Merek yang belum selesai sangat terkejut mendengar seruan dari Kasim Nan. Jelas sekali mereka tidak menyangka bahwa waktu akan bergulir secepat itu dengan tidak terasa.
Di dalam aula perjamuan Ratu Gyeo Wool dan Putri Areum sekarang sedang menilai siapa saja yang lolos dan gugur. Sedangkan di luar, para peserta tampak sedang menunggu dengan harap-harap cemas, kecuali dua orang yakni Ji Eun dan Hana. Wajah keduanya begitu santai dan bisa dibilang tidak berekspresi.
" Hai nona, perkenalkan saya Choi Hana, Anda berasal dari keluarga mana? Sepertinya saya belum pernah melihat Nona di kegiatan kelas atas?"
Hana ternyata memulai percakapan terlebih dulu. Ia tertarik kepada Ji Eun karena merasa Ji Eun tidak berambisi dalam sayembara ini.
" Aaah halo Nona Choi, nama saya Ji Eun. Saya bukan dari kalangan atas, saya hanya gadis biasa kok. Senang berkenalan dnegan Anda." Ji Eun menjawab dengan senyuman, ia bahkan membungkuk untuk mengucapkan salam kepada Hana. Sesaat Hana terpukau dengan gerak-gerik Ji Eun. Ia melihat Ji Eun dnegan seksama, dan sebuah kesimpulan yang diambil Hana bahwa tidak mungkin Ji Eun berasal dari rakyat biasa.
Awalnya Ji Eun enggan menanggapi Hana, dia merasa tidak perlu berteman dengan siapapun di tempat itu. Namun, ketika melihat wajah Hana yang manis dan ramah serta lembut, ia pun menjadi akrab.
Waaah, dia sungguh sangat cantik dan menggemaskan. Aura female lead begitu kuat, hahaha apakah ini adalah tokoh utama perempuan? kurasa dia sangat cocok berdampingan dengan pria itu, batin Ji Eun.
Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya terhadap Hana. Gadis itu memang baik. Sebagai pembunuh bayaran, dia punya insting yang kuat terhadap lawan bicaranya. Dan Ji Eun merasa bahwa Hana sungguh gadis yang baik dan tulus tanpa memiliki intrik.
Tap! Tap! Tap!
" Bu, apa ini! mengapa banyak sekali makanan di jaengban (nampan)? ada yang rapi, dan banyak juga yang berantakan?"
Ratu Gyeo Wool langsung menoleh ke sumber suara. Ia tersenyum ketika melihat sang putra yang berjalan ke arahnya, rupanya Han So masuk melalui pintu samping, dimana para peserta sayembara tidak akan bisa melihatnya.
" Aaah, inilah tes pertama Oppa, mereka diminta menyajikan makanan. Naah karena Oppa di sini, ayo sekalian bantu menilai."
" Huuh, merepotkan."
Han So membuang nafasnya, Areum cemberut, sedangkan Ratu Gyeo Wool hanya terkekeh geli. Ia tahu bahwa putra pertamanya itu akan bicara seperti itu. Tapi dia senang pasalnya Han So memenuhi permintaan Areum. Meskipun terlihat acuh tapi Han So memang lebih sayang kepada Areum ketimbang kedua adik lelakinya. Dan sebenarnya Areum memang kesayangan para kakaknya.
" Itu ... lalu itu, dan itu. Aah iya itu."
Han So menunjuk beberapa nomor yang menurutnya sajian hidangan yang baim, seorang kasim mengikuti Han So dan mencacat nomor yang Han So tunjuk.
" Aaah, ini menarik. Dia sepertinya tahu persis selera ibu," Kata Han So sedikit lebih keras. Ratu lalu mendekat, dan dia melemparkan senyuman. Jaengban yang ditunjuk Han So, tentu dia tahu siapa pemiliknya.
" Sudah Ibu duga, gadis itu memang menarik. Baiklah sudah diputuskan, siapa yang gugur dan siapa yang bisa melanjutkan ke babak selanjutnya. Semua hasil disatukan dan Kasim Nan, bersiap untuk pengumuman."
Kasim Nan langsung bersiap, dia menerima kertas-kertas hasil penilaian dari ratu, putri dan putra mahkota. Ia langsung pergi ke luar. Sedangkan Han So, dia saat ini sedang mengerutkan keningnya karena masih penasaran dengan ucapan sang ibu tentang gadis yang dibilang menarik.
" Bu, tunggu! Apakah ada seseorang yang begitu menarik perhatian ibu, mengapa sepertinya ibu sudah menargetkan seseorang?" tanya Han So. Dia sedikit khawatir sebenarnya akan hal tersebut. Karena jika sang ibu benar memiliki kandidat kuat, maka pasti ia akan mengejarnya sampai akhir.
" Ho ho ho, apakah kamu begitu penasaran? Jika iya, keluarlah nanti akan ibu tunjukkan," ledek Ratu Gyeo Wool. Ia suka melihat ekspresi wajah putranya yang penasaran.
" Terimakasih ibunda sudah repot-repot, maafkan ananda yang masih banyak pekerjaan. Hormat kepada Ibunda Ratu semoga Ibunda selalu sehat dan bahagia. Ananda mohon pamit."
Ratu Gyeo Wool kontan tertawa saat mendengar ucapan Han So yang mendadak sangat resmi. Ia tahu putranya itu sedang berkata sarkas yang menandakan dia sangat enggan melihat para peserta sayembara.
" Waah Oppa langsung kabur Ibu," ucap Areum. Dia juga tak kalah gelinya melihat tingkah sang kakak pertama.
" Ha ha ha, biarkan saja. Nanti juga dia akan datang dengan sendirinya datang untuk melihat. Kita kan masih punya banyak acara yang menarik, bukan begitu sayang?"
" Ya, Ibu benar."
Ibu dan anak itu saling melempar senyum. Bukan senyum sembarang senyum, tapi senyuman keduanya itu sungguh memiliki arti yang mendalam. Areum bahkan sangat tidak sabar untuk sayembara babak kedua yang akan dilakukan lusa.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Nanik Kusno
Eh....Ji Eun.... tokoh utama wanitanya kamu.....ngapain tunjuk ke Hana.... meskipun dia baik, lembut dan anggun....tapi keluarganya yang resek....
2024-12-08
0
Shinta Dewiana
choi hana emang baik dan lembut tapi sayang ayahnya terlalu ber ambisi..
2024-07-16
3
S Property
keluarga dayang choi mmg terkutuk dari dulu .... sellau jahat dan perfect
2024-07-08
1