Kediaman Perdana Mentri Kang saat ini tengah disibukkan dengan kedua putri mereka. Kang Ji Ah dan Kang Ji Hye, kedua gadis itu tengah sibuk mempersiapkan pakaian dan juga perhiasan yang akan mereka bawa ke istana. Padahal waktu keberangkatan ke istana masih 2 minggu lagi, namun apa yang mereka lakukan sekarang sudah seperti akan berangkat esok hari saja.
" Bu, semua baju di sini sudah tidak bagus. Aku harus membeli yang baru, jika tidak maka aku hanya akan jadi bahan cemoohan para nona yang lain," ucap Ji Ah. Dia agaknya merasa tidak puas dengan pakaian yang ada di lemarinya.
Jika menilik lebih lanjut lagi, padahal pakaian yang saat ini sudah dikeluarkan dari lemari dan berserakan di lantai kamar itu masih tergolong baru. Usia baju-baju tersebut pun masih dalam hitungan minggu.
" Apa yang kamu katakan benar Ji Ah, sebagai putri perdana mentri kamu harus memperlihatkan wibawa dan keanggunan mu. Baiklah besok kita akan membeli baju yang bagus," tukas So Jung. Rupanya ibu Ji Ah tersebut mendukung keinginan putrinya untuk membeli baju baru. Ji Ah tentu saja tersenyum senang, ini pasti akan jadi hal yang memuaskan karena ia akan tampil menjadi wanita paling cantik di istana nanti. Setidaknya itulah isi kepala Ji Ah.
Brak!
" Jika Eonie mendapatkan pakaian baru maka aku juga harus!" teriak Ji Hye sambil membuka paksa pintu kamar milik Ji Ah.
Eskpresi wajah Ji Ah langsung kesal. Dia tentu malas harus berhadapan dengan Ji Hye, terlebih secara terang-terangan adiknya itu menunjukkan aura persaingan. Ji Ah berdecak, ia tentu tidak ingin adiknya itu tampil secantik dirinya.
" Cih, ikut-ikutan," gumam Ji Ah.
" Oh tentu, aku jelas harus ikut. Yang membawa nama Perdana Mentri kan bukan hanya Eonie, tapi aku juga. Ingat ya, kita sama-sama putri di kediaman ini," sahut Ji Hye, dia tidak mau kalah juga. Selama ini Ji Ah selalu mendapatkan apa yang dia inginkan karena digadang sebagai calon putri mahkota terkuat, dan Ji Hye tidak suka itu.
So Jung menghela nafasnya dengan kasar. Selalu, jika keduanya bertemu pasti hanya akan berakhir dengan keributan. " Sudah, diam. Jika ayah kalian mendengar, dia akan murka," seru So Jung.
Ya, bagaimanapun dia takut jika suaminya itu marah. Dia pasti akan kesulitan jika Perdana Metri murka, terlebih saat ini So Jung lihat suaminya itu sedang banyak hal yang dipikirkan.
Tapi sungguh ironi sekali, yang terlintas dipikiran So Jung kali ini hanyalah suami dan kedua putrinya, ia melupakan satu hal penting lainnya. Ji Eun, putri bungsunya itu tidak ia hiraukan. Padahal ia terakhir bertemu Ji Eun sudah beberapa hari yang lalu. Mungkin kalau Ji Eun mati, dia bahkan tidak akan ingat memiliki putri yang ketiga.
Saat ini So Jung benar-benar sedang berusaha mempersiapkan kedua putri nya untuk masuk istana. Ia tidak sedikitpun teringat oleh Ji Eun. Meskipun demikian, itu tidak jadi masalah bagi Ji Eun. Gadis yang tidak pernah dianggap ada di kediaman itu tidak lagi peduli akan hal tersebut. Lagi pula Kang Ji Eun yang asli memanglah sudah tidak ada.
Gadis terebut saat ini malah sedang menikmati makan malam sederhana nya di 'rumah' yang disebut kandang oleh Putra Mahkota Han So. Ya, Ji Eun pulang dari barak tadi menyempatkan diri untuk membeli beberapa bahan makanan, dan saat ini dia sedang menyantapnya sambil menikmati langit malam yang indah.
" Beuuuuh, ini sungguh hidup yang menyenangkan. Hmmm, bagaimana kabar Si Jin ya? ( Si Jin muncul di chapter depan ya, dia adalah salah satu pekerja di rumah Ji Eun) Aish, mengapa memikirkan orang lain. Saat ini lebih baik kau memikirkan dirimu sendiri Ji Eun. Besok sudah mulai harus menyiapkan hal yang akan dibawa ke istana."
Kebetulan besok adalah hari libur Ji Eun, jadi dia akan pergi ke pusat kota untuk membeli beberapa pakaian yang akan ia gunakan saat memasuki istana.
Ada satu hal yang menarik, Ji Eun mendaftarkan dirinya dengan nama Ji Eun tanpa menggunakan nama Kang di depan namanya. Meskipun begitu ia yakin kedua kakaknya pasti akan tahu nanti. Ji Eun memang sengaja dia ingin memberi kejutan kepada Ji Ah. Orang yang sangat ingin melihat Ji Eun celaka itu akan ia beri kejutan yang menyenangkan. Dan Ji Eun sudah memutuskan untuk tidak kembali ke rumah sampai ia masuk istana nanti.
" Hmmm, kira-kira bagaimana reaksi kakak pertama ku itu ya? Aku yakin dia akan sangat ' bahagia' ketika melihatku. Euuugh, aku sungguh tidak sabar melihat ekspresi wajahnya. Ya ya ya, pertempuran sebenarnya akan dimulai. Meskipun sebenarnya aku sangat malas harus bersaing dengan para wanita itu. Adu mulut, adu intrik, haisssh aku lebih suka adu jotos."
Ji Eun terus bergumam sendiri sambil membereskan wadah makannya. Ia berharap Kang Ji Eun akan muncul seperti kemarin malam. Tapi, sepertinya hak tersebut tidaklah terjadi. Dia sudah mengoceh sendiri dari tadi tapi tidak ada tanda-tanda Kang Ji Eun akan datang.
" Hoaaaam, sebaiknya aku tidur besok aku harus pergi lebih pagi."
Sraak
Sraaak
Baru saja Ji Eun merebahkan tubuhnya, ia harus bangkit lagi ketika mendengar ada sesuatu di sekitar rumahnya itu. Ji Eun terdiam, secara perlahan ia mengambil pedangnya yang selalu ia letakkan di sampingnya.
Sraaak
Kleeek kleeek
Ji Eun menahan napas saat melihat pintu rumahnya bergerak. Instingnya muncul, ia yakin yang mendekat itu adalah manusia dan bukannya hewan seperti perkiraannya sebelumnya.
Ia pun turun dari dipan sederhana miliknya dan berjalan perlahan menuju ke arah pintu. Posisi pedang tepat berada di depan tubuhnya, siap untuk menebas orang yang akan muncul.
" Siapa yang datang, orang dikediaman jelas tidak tahu aku di sini. Apakah itu adalah orang yang sedang nyasar atau bandit yang ingin mampir," batin Ji Eun. Dia kini berada di samping pintu. Jika orang itu memang akan masuk maka Ji Eun akan langsung menebasnya dengan pedang.
Kleek klek
Ngeeek
" Hiaaaat!"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
kodo itu indah
ibu yang.............🥴
2025-02-07
1
Nanik Kusno
Sopo maneeehhh kui ...???
2024-12-08
1
Shinta Dewiana
hayuuu...siapa yg datang...putra mahkota kah
2024-07-16
4