Sepanjang jalan menuju ke ruangan Han So, Ji Eun terus memikirkan banyak praduga. Dari bisik-bisik para prajurit, belum pernah ada yang dipanggil ke ruangan pribadi putra mahkota jika bukan komandan.
" Apa kamu takut?" tanya Komandan Ahn Chen.
Ji Eun tidak bisa membuka mulutnya ia hanya mengangguk lalu menggeleng. Ji Eun sendiri tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Waktu bertemu di danau dan di hutan, Putra Mahkota Han So bukanlah orang yang seperti di rumorkan ataupun seperti ingatan pemilik tubuh asli. Walaupun dia memang selalu bersikap dingin tapi dia bukanlah orang yang kejam.
" Sampaikan kepada Yang Mulia bahwa Prajurit Ji Kang sudah di sini?" perintah Ahn Chen kepada ajudan yang berjaga di depan ruangan Han So.
Seorang ajudan sekaligus ksatria pelindung Han So masuk dan memberitahu apa yang diminta oleh Komandan Ahn Chen.
" Silakan masuk, tapi hanya Prajurit Ji Kang saja yang diperbolehkan," ucap sang ajudan.
" Masuklah Ji Kang."
Ji Eun masuk sendirian. Dadanya bergemuruh saat melihat Han So yang duduk dengan wajah serius. Aura milik Han So sangat berbeda dari pada waktu sebelumnya ia bertemu. Wajahnya begitu tegas, tubuhnya terlihat tegap dan gagah meskipun duduk di balik meja.
" Aaah kau sudah datang. Duduklah."
" Salam kepada matahari kecil kerajaan Mae. Semoga Yang Mulia Putra Mahkota panjang umur dan selalu mendapat keberkahan dari Dewa."
" Tck, tidak perlu memberi salam resmi. Cepat duduklah. Bukankah kamu lelah karena habis di hukum?"
Currrr
Ji Eun sungguh bingung dengan apa yang dilakukan putra mahkota. Han So menyuruhnya datang ke ruangan hanya agar dia istirahat. Dan sekarang bahakan pria itu menuangkan teh untuknya. Ji Eun sampai bergidik, terlebih saat teringat dengan kata-kata para prajurit yang membicarakan bagaimana kejamnya sang putra mahkota.
" Nah, minumlah. Apa kamu sudah makan? Mengapa kamu bisa terlambat? Apa tidurmu tidak nyaman? Apa kubilang, itu tidak layak dikatakan rumah. Bahkan gubuk pun tidak, itu tuh kandang. Haish, dengan kandang kuda milikku pun masih bagus kandang kuda ku."
Han So terus mengomel. Tapi setelah itu dia terdiam saat merasa bahwa sedari tadi Ji Eun memerhatikannya. Han So sendiri bingung, bagaimana dia bisa berkata panjang lebar tersebut kepada orang lain. Selama ini hanya kepada keluarganya lah ia bisa berbicara banyak.
" Jangan gede rasa, aku hanya khawatir kau tidak akan bisa melaksanakan tugasmu sebagai prajurit. Sebaiknya kau menuruti ucapanku untuk tinggal di barak. Itu akan memudahkan kamu dan pastinya kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali," imbuh Han So. Dia berbicara dengan nada rendah yang santai sambil meminum teh yang belum lama ia tuang.
Sedangkan Ji Eun, sedari tadi dia hanya bisa diam. Tentu saja bukan karena apa-apa, tapi dia memilih cari aman. Bukankah memotong ucapan anggota keluarga kerajaan bisa mendapat hukuman? Setidaknya itu lah isi kepala Ji Eun. Hal tersebut ia ketahui karena ia sering melihat drama di televisi sekaligus komik kesukaannya di handphone.
" Mengapa diam saja!"
" Eeeh maaf Yang Mulia. Saya hanya sedang memerhatikan ucapan Anda. Tapi sekali lagi saya mohon maaf karena tidak bisa tinggal di barak. Saya jamin kejadian ini tidak akan terulang kembali. Oh iya, Yang Mulia, bisakah saya mengajukan cuti? Sekitar 2 minggu lagi saya harus pergi ke luar ibu kota. Saya hendak mengunjungi kakek saya."
Han So mengusap wajahnya kasar. Baru saja mulutnya menutup setelah meminta Ji Eun untuk tinggal di barak. Prajurit di depannya itu jelas menolak keras, dan sekarang malah mengajukan cuti. Tapi anehnya Han So tidak merasa marah. Padahal dalam hidupnya tidak pernah menerima penolakan dalam bentuk apapun.
" Haaah,terserah kau lah. Sana pergi, mengganggu waktuku saja."
" Waaah terima kasih Yang Mulia. Saya pamit undur diri."
Ji Eun bersorak. Izin sudah didapat, ia sebenarnya tidak ada rencana meminta izin seperti tadi. Hal tersebut tiba-tiba saja muncul di kepalanya saat teringat soal pemilihan putri mahkota. Ji Eun keluar dari ruangan Han So dengan wajah yang riang.
" Siapa sangka semuanya terlihat begitu mudah. Apakah ini adalah tanda bahwa tujuanku akan tercapai? Tapi, jika aku berhasil maka aku akan jadi istri pria itu. Hiiih, membayangkan saja sudah membuatku merinding. Sepertinya dia masuk dalam kategori pria tsunder. Aaah gampang, kalau aku yang menang ya tinggal kabur aja. Kembali menjadi prajurit Ji Kang . Tidak akan ada yang mengenaliku juga."
Ji Eun melenggang dengan hati yang ringan. Gadis itu memang ikut sayembara bukan untuk menempati posisi sebagai istri Han So. Dia hanya melakukan apa yang diminta oleh Kang Ji Eun-- sebagai pemilik tubuh asli. Tanpa ia sadari akan banyak hal yang terjadi di luar keinginannya itu. Bukan hanya mengenai Han So tapi juga Han Baek yang setelah bertemu dengannya menjadi kepikiran terus.
Saat ini Han Baek sedang berada di ruang bacanya bersama sang adik, Han Yoon. Namun, dia tidak seperti biasanya. Baek dari tadi hanya diam dan tidak sekalipun menanggapi ucapan Yoon.
" Hyungnim, ada apa? Dari tadi Hyung tidak mendengarkan ceritaku ya?" tanya Yoon. Dia sudah tidak dalam mood yang baik karena diacuhkan.
" Hhhh, maaf. Aku sedang banyak pikiran," jawab Baek singkat.
Yoon langsung terkejut, seorang Baek yang hidupnya santai tiba-tiba memiliki banyak pikiran? Itu adalah hal yang di luar kebiasaan.
" Woaaah rame nih, emangnya Hyung sedang berpikir apa?" Yoon terlihat penasaran. Dia yang awalnya kehilangan mood nya tiba-tiba menjadi antusias.
" Tadi pagi aku bertemu seorang gadis. Dia ikut mendaftar menjadi calon istri kakak pertama. Tapi, aku merasa pernah melihat gadis itu. Wajahnya tidak asing."
Mendengar ucapan Baek, Yoon langsung mengerutkan kedua alisnya. Ia juga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Selama ini Baek memang terkenal ramah terhadap siapapun. Banyak pula yang mengidolakan Baek, ia cukup populer di kalangan para gadis. Tapi tidak pernah sekalipun Baek tertarik dengan para gadis itu.
" Apakah mungkin itu putri-putri pejabat dan bangsawan yang sering masuk dalam acara di istana? Atau mungkin temannya Areum?" tebak Yoon.
" Tidak, dia bukan putri-putri itu. Dan juga bukan teman Areum. Kau juga tahu kan, adik bungsu kita itu lebih suka berteman dengan tanaman herbal ketimbang orang. Waktunya dia habiskan di apotik istana bersama Paman Jae Hwan."
Yoon mengangguk cepat, apa yang dikatakan oleh kakak keduanya itu memang benar adanya. Adik bungus perempuan satu-satunya itu tidak suka ikut dalam pergaulan bangsawan. Dia lebih sering bersama Lee Jae Hwan--tabib hebat milik kerajaan Mae sekaligus kakak dari Ratu Gyeo Wool.
" Aah sudah tidak perlu dipikirkan. Aku yakin akan bisa bertemu lagi dnegan gadis itu," tukad Baek cepat. Ia memang penasaran tapi sata ini tidak ada gunanya terus mengingat. Baek yakin akan bisa kembali bertemu dengan wanita yang membuatnya sangat penasaran itu.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
kodo itu indah
😂😂
2025-02-07
1
Shinta Dewiana
makin menarik
2024-07-16
5
Bagus Prakoso
bungsu ya?
2024-04-04
2