Keesokan harinya, halaman istana sungguh ramai. Satu persatu gadis muda mendatangi istana untuk mendaftarkan diri sebagai kandidat putri mahkota.
Keadaan ini tak ubahnya seperti undian, dari sekian banyak gadi di negara Mae hanya akan ada satu yang terpilih. Meskipun mereka sadar bahwa kesempatannya sangatlah kecil, namun mereka tetap bersemangat akan hal tersebut.
Keramaian juga terjadi di ruang rapat istana. Saat ini para pejabat sedang mengajukan protes mengenai keputusan sang raja. Mereka bersikukuh meminta Raja Hyeon untuk mencabut titah tersebut.
" Kami mohon Yang Mulia mempertimbangkan kembali."
Sekitar setengah anggota rapat mengucapkan hal tersebut secara serempak. Mereka membungkuk dalam.
" Tck, merepotkan. Apa yang aku putuskan tidak bisa lagi aku ambil. Sudahlah ikuti saja itu. Apa jangan-jangan kalian takut, putri kalian tidak sanggup mengikuti sayembara ini? Jangan anggap remeh keluarga kerajaan, kami akan membuat sayembara ini dengan sungguh-sungguh. Bahkan ujian yang diberikan akan langsung disusun oleh Ratu Gyeo Wool. Nah yang perlu kalian perhatikan adalah kemampuan putri kalian, bukannya sayembara itu sendiri. Rapat pagi ini aku sudahi."
Semua pejabat saling pandang. Rencana mereka mengajukan protes sudah gagal. Dan jika yang dikatakan bahwa Ratu Gyeo Wool akan turun tangan dalam seleksi, maka hal itu pasti tidak akan mudah. Mereka cukup tahu kemampuan ratu. Jika standar yang dipakai adlah kemampuan ratu, maka putri-putri mereka akan berjuang dengan sangat keras untuk mendapat posisi terebut.
" Sial, ini pasti tidak akan mudah. Tunggu, apakah nanti Ratu akan memasukkan ilmu bela diri dalam seleksinya? Jika benar ini sungguh akan merepotkan."
Lagi, seseorang bergumam pelan. Tangannya mengepal erat karena mengingat semua perkataan raja di ruang rapat. Ia langsung pulang dengan terburu. Banyak hal yang harus ia bicarakan dan rencanakan untuk bisa menjadikan putrinya sebagai putri mahkota.
Tap! Tap! Tap!
Braaak
" Ayah, ada apa ayah begitu terburu-buru?"
Seorang gadis cantik keluar dari dalam kediaman menyambut pria tersebut.
" Apakah kamu sudah mendaftar?"
" Sudah Ayah."
Mentri Dalam Negri Choi Gu Hwa, mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Pandangannya kemudian beralih kepada putri semata wayangnya Choi Hana. Putrinya itu termasuk cantik, tapi Hana adalah gadis yang lemah lembut.
" Kapan katanya panggilan dari istana kepada para semua kandidat?"
" Kata pihak istana sekitar 2 minggu lagi, Yah"
Choi Gu Hwa kembali merenung sejenak. Dia masih terdiam hingga beberapa saat. Hana yang tidak tahu apa yang dipikirkan sang ayah dan juga tidak berani bertanya akhirnya memilih untuk bangkit.
" Tunggu, duduklah. Kita harus membuat rencana agar kau bisa menempati posisi tertinggi," sergah Gu Hwa. Mau tidak mau dia Hana kembali duduk. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala gadis berusia 17 tahun itu. Tapi kembali, dia tidak berani mengajukannya kepada sang ayah.
" Kau sudah menguasai banyak ketrampilan. Hanya tinggal satu saja yang belum yakni pelatihan beladiri. Mulai besok kamu akan berlatih dengan ksatria yang akan ku pilih."
" Apa? Mengapa saya harus belajar beladiri ayah. Untuk apa?"
" Tck, jangan membantah. Lakukan saja apa yang jadi perintahku," kata Chai Gu Hwan dengan nata yang menatap tajam.
" Baik ayah," jawan Hana. Pada akhirnya gadis itu hanya bisa menuruti perintah sang ayah. Sudah sejak dari lama Mentri Cho Gu Hwa memilik obsesi terhadap kerajaan. sejak kelahiran Hana dia sudah bertekad untuk menjadikan putri satu-satunya itu menjadi ratu.
" Aku yakin pasti hanya aku yang mengetahui hal ini. Dan aku yakin bahwa putriku akan bisa menjadi ratu masa depan."
Keyakinan yang sangat luar biasa dimiliki oleh Choi Gu Hwa. Bahkan dia sudah memiliki banyak rencana jika Hana menempati posisi sebagai putri mahkota dan juga kemudian menjadi ratu.
Di sisi lain, Ji Eun sedikit terkejut saat melihat pengumuman yang ditempel di alun-alun kota. Semua yang dia dengar dari jiwa pemilik tubuh asli sungguh benar adanya.
" Woaaah, aku merasa Sang Raja pasti adalah orang yang menyenangkan. Ini secara tidak langsung mengejar anaknya untuk menikah. Ha ha ha, aku bisa membayangkan betapa frustasinya Putra Mahkota mengahadapi ini semua. Aah iya, aku juga harus segera ikut mendaftar. Tapi sebelumnya aku harus membeli pakaian terlebih dulu."
Ji Eun melenggang menuju ke are pasar yang ada di sebelah pusat kota. Ia beruntung karena di sana apa yang ia cari sudah tersedia semua. dari pakaian, sepatu, bahkan alat merias diri.
Ji Eun sedikit kebingungan saat menggunakan pakaian dan alat make up. Semua sungguh berbeda dari jamannya.
" Seharusnya aku melihat tutorial di youtube waktu masih di kehidupan dulu. Sehingga aku tidak bingung. Tapi terserahlah, kan hanya untuk mendaftar. Aku harus bisa membuat orang-orang yang mengenalku menjadi tidak mengenaliku."
Ji Eun melakukan semuanya sebisa mungkin. Dirasa sudah pas, ia langsung berjalan menuju ke istana. Di halaman, ternyata masih sangat ramai para gadis yang melamar. Menurut pengelihatan Ji eun, di sana banyak terdapat gadis dari berbagai golongan. Hal tersebut bisa ia pastikan melalui pakaian yang dipakai oleh para gadis tersebut.
" Hmmm, tidak di dunia modern dan dunia sekarang, ternyata kekayaan seseorang bisa dilihat dari cara berpenampilan. Haaah, aku yakin pasti nanti di dalam sana juga tidak akan mudah."
Bruuk!
" Heh, dasar gadis kampung. Minggir, kamu menghalangi jalan nona kami."
Ji Eun mengerutkan alisnya saat ada seseorang yang mendorong tubuhnya. Jika ia lihat secara seksama, tampaknya orang yang mendorongnya itu adalah seorang pelayan.
" Waah Nona, sepertinya gadis kampung ini benar-benar tuli dan bisu. Heh,aku bilang minggir. Kamu menghalangi jalan kami."
Ji Eun bergeming, dia sangat enggan meladeni orang-orang model begitu. Di kehidupan sebelumnya dia sudah cukup hapal siapa mereka.
tanpa menjawab dan juga melihat, Ji Eun memilih segera pergi menuju tempat pendaftaran. Dia tidak mau memperburuk situasi. Terlebih banyak orang yang melihat.
" Nona, tuliskan alamat Nona. Itu kami butuhkan untuk mengirim surat resmi pemanggilan masuk ke istana."
Ji Eun terdiam sejenak. Dia kembali berpikir untuk hal tersebut. Tidak mungkin dia menggunakan kediaman Perdana Mentri Kang, itu akan membuatnya ketahuan.
" Aah baiklah, ke sini saja."
Penjaga bagian pendaftaran itu terkejut saat membaca alamat yang dituliskan oleh Ji Eun. Tapi si penjaga tidak bertanya, karena itu bukanlah urusan dia. Bagi nya yang terpenting pada pendaftaran memenuhi syarat pendaftaran.
Ji Eun buru-buru pergi dari tempat itu, dia tidak mau berurusan dnegan nona bangsawan yang datang bersama pelayannya tai. Bisa Ji Eun rasakan bahwa pelayan tadi masih berusaha mencari masalah dengannya. Maka dari itu dia berjalan cepat keluar dari halaman istana.
" Huuuh, hampir saja. Padahal aku masih ingin menikmati istana yang selama ini aku tonton di drama. Sialan, kalau tidak banyak orang sudah aku hancurkan mulutnya itu."
Pluk!
" Aku sepertinya mengenalmu, tapi dimana ya?"
Deg!
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
kodo itu indah
👍👍
2025-02-07
1
Nanik Kusno
Lanjuuut Kak
2024-12-08
1
🌸 Airyein 🌸
Tau tuh. Kalau puteri kelen berkualitas mah gaperlu ketar ketir keles. Owhh pasti putri kelen skill nya ga seberapa nah 🙃
2024-05-17
5