Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi Ji Eun. Dia yang hendak akan berangkat bertugas pagi itu harus mendapatkan sarapan yang tidak terduga. Goo So Jung-- ibu Ji Eun itu tanpa sebab yang jelas sudah mendaratkan telapak tangannya di pipi Ji Eun.
Ohh, ini ibu pemilik tubuh asli, face nya seperti ibu tiri. Tapi dia ibu kandung Kang.
" Sekarang berani ya kamu memelototi ibumu? Apa kamu tidak tahu apa kesalahanmu sehingga aku menampar mu?" Teriakan So Jung melengking membuat telinga Ji En berdengung. Selama ini dia tidak pernah mendapat omelan wanita yang bernama ibu, karena di kehidupan sebelumnya dia sudah yatim piatu sejak kecil.
" Maaf ibu, Ji Eun tidak tahu apa yang salah. Mohon ibu memberitahu Ji Eun."
Plak!
Bukannya mendapat jawaban tapi malah pipi Ji Eun kembali ditampar. Nafas Ji eun memburu. Dia ingin sekali menghabisi nyawa orang yang berada di depannya itu, tapi ia tentu harus menahannya. Tangan Ji Eun yang mengepak erat langsung ia lepaskan. Ia juga mengatur nafasnya agar tidak terlampau kesal.
" Siapa yang memperbolehkan kamu menggunakan nama itu. Kau harus ingat, di kediaman perdana mentri ini kami tidak memiliki putri ketiga. Kami hanya memiliki putra ketiga dan namanya adalah Ji Kang. Namamu Ji Kang bukannya Ji Eun. Kang Jie Eun tidak lagi ada, yang ada hanyalah Ji Kang."
Ji Eun hanya bisa mengangguk, ia tidak mungkin melakukan perlawanan secara terang-terangan. Dia harus bersikap layaknya putri bodoh yang dipaksa menjadi seorang pria seperti ingatan yang ia dapat dari pemilik tubuh asli.
" Ji Kang tidak akan lupa identitas yang ibunda berikan, tapi mohon petunjuk, mengapa ibu begitu marah dengan Ji Kang pagi ini."
" Huh, kamu kemarin di tolong oleh Putra Mahkota Han So saat tenggelam di danau kan, apa kamu mau menunjukkan identitas aslimu lalu menggodanya? Ingat, Putra Mahkota hanya pantas dengan kakak pertamamu, Kang Ji Ah. Ji Ah adalah wanita yang terampil dalam ilmu sastra, dia juga pandai dalam bidang kaligrafi dan musik. Bukan seperti mu, anak pembawa sial!"
Ji Eun didorong ibunya agar segera pergi dari rumah. Padahal dia belum sarapan. Setelah memaki dan menghinanya, Goo So Jung masuk kembali ke dalam rumah. Ia mengubah ekspresi wajahnya dari marah ke ramah.
" Kemana Ji Eun, apa dia tidak ikut kita sarapan?" tanya Perdana Mentri Kang.
" Tidak suamiku, katanya hari ini ada acara berburu bersama para pangeran. Jadi dia buru-buru pergi katanya agar tidak terlambat karena harus menyiapkan persenjataan. Bukankah Anda juga akan hadir. Aah iya, bisakah Anda membawa Ji Ah bersama?"
Perdana Mentri Kang hanya ber ooh ria. Dia tentu tahu putrinya itu bukan anak laki-laki, tapi Su Jung selalu mengatakan kepadanya bagus seperti itu terus agar rumah mereka tidak tertimpa kesialan. Semakin sering Ji Eun berada di rumah maka semakin bagus juga untuk keadaan rumah.
" Aku tidak bisa membawa Ji Ah sekarang, lain kali saja."
So Jung amat kesal dengan ucapan sang suami. Pun dengan Ji Ah, putri tertua Perdana Mentri Kang itu hanya bisa menunduk dalam. Padahal ia ingin sekali hadir di acara berburu karena di sana dia bisa melihat Putra Mahkota.
Di sisi lain, Ji Eun terus berjalan menuju tempat dimana para prajurit berkumpul. Ia mendesahkan nafasnya kasar. Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi kemarin. Mengapa si pemilik tubuh asli bisa tercebur ke dalam danau, dan aap yang ia lakukan fdi istana.
" Ughhh," Ji Eun mengerang. Kepalanya kembali sakit. Dan peristiwa itu terlintas di kepalanya. Ia melihat ada seseorang yang memintanya ke istana, dan ia disuruh menunggu di tepi danau. Tapi tiba-tiba tubuhnya di dorong dan ia berakhir terjatuh ke dalam air.
" Ternyata seperti itu kejadiannya, tapi siapa ya orang yang ingin mencelakakan Ji Eun?"
Kruuucuuuk
Perut Ji Eun berbunyi, apalagi dia tidak sarapan tadi karena malah menerima omelan. Melewati sebuah kawasan pertokoan, perutnya semakin terasa lapar saat mencium aroma masakan.
" Pantas saja tubuh ini begitu kurus. Rupanya si ibu tidak pernah memberinya makan. Aku baru ingat kemarin malam pun tidak ada yang mengantarkan makan malam ke kamarku. Aaargh, lapaaaar!"
Ji Eun melihat ke kanan dan kiri, ia mencari tahu apakah ada makanan yang bisa untuk mengisi perutnya. Sebuah warung mie ada di sana. Ji Eun berjalan mendekat, ia lalu merogoh bajunya, tapi sungguh sial karena dia sama sekali tidak punya uang.
" Hei, mau makan? Apakah tidak punya uang? Ayo makan, aku akan mentraktir mu."
Seseorang merangkul bahunya, awalnya ia ingin mengibaskan tangan orang itu, tapi dia baru ingat bahwa saat ini sedang berperan sebagai seorang pria. Ia melihat orang yang mengajaknya makan itu dari atas ke bawah. Satu hal yang ia simpulkan, orang itu bukanlah orang biasa. Dengan arti kata, orang itu bukanlah seorang rakyat biasa ataupun prajurit.
" Nih, makanlah. Dilihat dari pakaianmu, kamu adalah seorang prajurit. Betul tidak?"
" Anda benar tuan, saya seorang prajurit."
" Aaah pas sekali, hari ini kita akan berburu. Jadilah satu tim dengan ku ya?"
Ji Eun menegakkan kepalanya lalu melihat pria yang ada di depannya dengan seksama. Dia memutar otaknya mencoba mencari ingatan dari tubuh pemilik asli terhadap pria tersebut.
" Anda, Yang mulia maaf, saya tidak mengenali Anda. Anda adalah pangeran kedua, pangeran Han Baek?" ucap Ji Eun terbata. Ia hendak bangkit dan memberi hormat, tapi oleh Han Baek tangan Ji Eun ditarik agar segera duduk kembali.
" Stttt, jangan keras-keras. Iya itu aku. Mengapa kamu bisa tahu. Aku sedang menyamar."
Ji Eun rasanya ingin berteriak sekencang mungkin saat ini. Penyamaran apa, pangeran Baek hanya menambahkan sebuah tahi lalat di sudut mata kananya. Ia lalu menepuk keningnya pelan ternyata orang jaman dulu hanya dengan begitu saja sudah menjadi seperti orang lain. Dan terbukti tidak ada yang mengenali pangeran Baek.
" Baiklah Tuan, karena Tuan sudah mentraktir saya makan maka saya pastinya harus berbalas budi. Saya akan jadi anggota tim Tuan dalam berburu nanti."
🍀🍀🍀
Sesudah makan pagi itu, mereka berdua datang ke tempat dimana akan dimulai perburuan. Ketiga pangeran sudah menunggang kudanya masing-masing. Ji Eun memandang takjub, apa yang biasanya ia lihat di drama televisi itu kini bisa dia lihat secara live atau langsung.
Woaah, ini andaikan aku membawa ponselku maka akan sangat bagus karena bisa diabadikan.
" Perburuan, dimulai!!"
Semua pangeran mulai memacu kuda mereka dan beberapa prajurit mengikuti di belakangnya. Ji Eun menjadi yang terakhir. Ia menggelengkan kepalanya cepat. Tubuh orang ini sangat lemah baru berlari sebentar saja dia sudah begitu kelelahan.
" Aku harus banyak makan makanan bergizi. Aku juga harus mulai melatih tubuh ini. Jika tidak mungkin aku akan mati cepat."
Sluuup
Sebuah panah melesat hampir mengenai dirinya. Untung Ji Eun bisa menghindar. Dan detik selanjutnya sebuah sabetan pedang bisa ia dengar, tapi nahas ia terlambat menghindar sehingga lengannya tersayat meskipun tidak dalam. Ji Eun lalu menarik pedang dari sisi kiri tubuhnya dan mulai menghadang serangan pedang yang kedua
Trang, trang, trang
Kedua pedang itu beradu. Orang yang melawan Ji Eun sedikit terkejut, ia tidak menyangka Ji Eun bisa membalas serangannya. Saat orang itu lengah, Ji Eun berhasil memojokkan orang tersebut hingga tersudut di pohon besar.
" Siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku," teriak Ji Eun sambil menatap tajam ke arah pria itu.
" Cih, aku tidak akan memberitahumu?"
" Bagus, maka aku pun juga tidak akan mengampuni mu," ucap Ji Eun dengan seringai mengerikan.
Sreeet
Arghhhh!!!!
Satu tangan bagian kiri langsung berhasil ditebas oleh Ji Eun dengan pedang. Orang itu sungguh ketakutan. Lagi-lagi dia tidak menyangka bahwa Ji Eun akan melakukan hal seperti itu.
" Masih tidak mau mengatakan?"
" Aku, aku akan katakan. Orang yang menyuruhku adalah ... ."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
٭ 𝕰𝖑𝖑𝖊 ٭ ᵉᶠ ᭄
ibu kandung serasa ibu tiri, sungguh miris sekali.
pasti juga ini suruhan kakak dan ibunya untuk bunuh ji eun 😒
2025-02-07
0
kodo itu indah
orang dalam tentunya 🤔😄
2025-02-06
1
kodo itu indah
😂🙈
2025-02-06
1