Pangeran Han So atau biasa dipanggil putra mahkota terlihat tengah menembakkan anak panah di halaman belakang istana bersama kedua adiknya pangeran Han Baek dan Han Yoon. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan nilai tertinggi. Sebenarnya bukan keinginan ketiganya, itu semua hanya murni kemauan sang pangeran pertama.
" Sebenarnya apa yang terjadi hari itu," gumam Han So. Ditengah-tengah ia menembakkan panahnya, ia memikirkan hal lain. Ia tidak mengerti mengapa ada seorang prajurit yang tercebur ke dalam danau. Saat itu Han So sedang berjalan-jalan disekitar itu. Dia berlari ke arah danau karena mendengar ada teriakan minta tolong.
" Ingat taruhan kalian. Jika kalian kalah maka kalian harus membelaku di depan ayahanda jika beliau menginginkan aku menikah secepatnya," ucap Han So. ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran itu.
Sang Putra Mahkota terlihat memperingatkan Baek dan Yoon. Kedua adiknya itu hanya bisa menelan saliva nya dengan susah payah. Mereka menggerutu pelan saat sang kakak mengatakan hal tersebut.
" Bagaimana bisa menang, dia memang ahli dalam menggunakan berbagai banyak senjata. Mirip ibunda," gumam Han Yoon.
" Kau benar Yoon, hyung hanya mau menjadikan kita tameng saja. Padahal kita tidak ada keinginan mengajaknya bertaruh," timpal Han Baek. Mereka terlihat kesal, namun tetap tidak bisa berbuat apa-apa.
Baek dan Yoon membuang nafasnya kasar. Mereka sudah tahu bahwa mereka akan kalah. Kemampuan sang kakak tentu tidak perlu diragukan. Han So sering ikut terjun ke medan perang bersama kedua pamannya Kyung Sam dan Jin Sang, maka dari itu soal ilmu bela diri dan menggunakan senjata tentu Baek dan Yoon bukalah tandingan.
" Tck, jangan menggerutu. Lekas lesatkan panah kalian," hardik So kepada kedua adiknya. Baek dan Yoon pun dengan malas-malasan melepaskan anak panah mereka. Namun teriakan seseorang membuat Baek dan Yoon bernafas lega.
" Oppaa, dipanggil ayahanda dan ibunda. Oppa diminta untuk segera datang ke kediaman utama."
Ya, suara teriakan yang melengking itu adalah milik Han Areum, putri bungsu Raja Han Hyeon dan Ratu Lee Gyeo Wool. Putri satu-satunya milik Kerajaan Mae yang lebih senang bersama dengan paman Jae Hwan untuk belajar ilmu pengobatan. Padahal usia Han Areum baru 15 tahun namun ilmu pengobatan yang dia punya patut di perhitungkan.
" Tck, baru dibicarakan sudah terjadi."
Soo menggerutu kesal. Ia tahu apa yang akan ayah dan ibu nya bicarakan itu kepadanya nanti.
" Bisakah aku pura-pura sakit perut dan tidak memenuhi panggilan ayahanda dan ibunda," keluh So. Dia sungguh enggan untuk memenuhi panggilan kedua orang tuanya itu.
" Oppa ayolah, kasian ayahanda. Beliau sedang tidak sehat akhir-akhir ini," ucap Areum. Gadis paling cantik diantara para putra Raja Hyeon itu membujuk kakak pertamanya dengan mengatakan kondisi sang ayah.
So menurut, sedangkan Baek dan Yoon saling tos. Memang hanya Areum yang bisa membuat So luluh. Mereka berempat pun berjalan beriringan menuju ke kediaman raja dan ratu negara Mae. Setiap penghuni istana menunduk hormat saat putra putri kerajaan tersebut melewati mereka. Terlebih putra mahkota Han So juga melintas.
Putra Mahkota Han So adalah pangeran pertama Raja dan ratu. Kelahirannya 23 tahun lalu begitu diharapkan oleh seluruh rakyat. Ia sudah dinobatkan menjadi Wangseja sejak masih kecil.
" Hormat kepada Ayahanda dan Ibunda, semoga Anda berdua panjang umur."
Ke empat pangeran dan putri memberi hormat. Raja Hyeon dan Ratu Gyeo Wool menerima salam dan hormat putra putrinya. Raja Hyeon juga langsung mempersilahkan duduk keempat anaknya.
" Putra Mahkota Han So, kapan kamu siap untuk menikah, jika belun ingin mencari istri maka pilihlah wanita untuk menjadi selirmu." Agaknya Raja Hyeon tidak perlu basa-basi. Dia langsung mengatakan niat memanggil sang putra mahkota.
" Maaf ayahanda, ananda tidak berniat untuk mencari selir. Ananda hanya ingin menikahi seorang wanita saja untuk dijadikan seorang istri sah. Seperti ayahanda yang hanya menikahi ibunda, ananda juga hanya menginginkan satu istri dan menghapuskan adanya sistem harem di istana."
Hyeon hanya bisa berdecak kesal. Rupanya apa yang dia lakukan menjadi role model bagi putranya. Semenjak terjadinya pemberontakan Jin Sang--kakak sepupu-- yang disebabkan oleh kesalahpahaman, Hyeon memang memulangkan semua selirnya. Ia juga menghapus adanya harem di istana sehingga Ratu Lee Gyeo Wool merupakan wanita satu satunya di harem dan pastinya di hati Raja Hyeon.
" Baiklah kalau itu maumu. Lalu kapan kamu akan menikah? Usiamu sudah 23 tahun. Ayah dan ibu mu ingin segera mundur dari tahta. Aku sudah sangat lelah, aku hanya ingin menikmati hidup tanpa memikirkan soal negara dan pemerintahan."
" Nanti kalau sudah ketemu yang cocok ayahanda."
Hyeon membuang nafasnya kasar. Putra pertamanya ini sungguh sangat keras kepala. Ia sampai memijit keningnya pelan. Tapi tiba-tiba Hyeon memiliki sebuah ide bagus yang muncul di kepalanya.
" Terserah jika kamu selalu menolak, tapi aku akan membuat sesuatu dan mau tidak mau kau harus memilih. Sebuah pemilihan istri bagi Wangseja. Kasim Ho, nanti buatlah pengumuman dan tempel di papan pengumuman ibu kota, katakan akan diadakan sebuah sayembara untuk pemilihan Putri mahkota. Semua orang bisa ikut dalam sayembara ini, tidak peduli dari kalangan bangsawan maupun rakyat biasa."
" Baik Pheya, sesuai keinginan paduka."
Mata Soo membelalak saat raja Hyeon mengeluarkan titah tersebut. Bagaimana bisa ayahandanya itu memiliki ide seperti itu. Sebenarnya bukan hanya Putra Mahkota So yang terkejut, bahkan Ratu Gyeo Wool pun terkejut beserta tiga anaknya yang lain.
" Suamiku, apakah tidak akan apa-apa jika begini? Apa ini tidak akan menimbulkan gesekan?" tanya Ratu Gyeo Wool dengan nada penuh kekhawatiran. Memilih istri untuk Wangseja tentu bukan masalah, namun jika semua gadis diperbolehkan tanpa memandang status, maka ini yang akan jadi perdebatan.
" Nah, ini adalah bagianmu untuk mengatur, istriku. Kau kan wanita yang cerdas maka untuk pemilihan ini terapkanlah persyaratannya. Nanti saat semua nya sudah masuk ke dalam istana. Tapi yang jelas, aku ingin So mendapatkan istri sepert mu, bukan hanya pandai dalam mengurus rumah tangga istana tapi juga pandai dalam hal beladiri," jawab Raja Hyeon mantap.
Ratu Gyeo Wool hanya bisa menghela nafasnya panjang. Jika sudah seperti ini, dia hanya bisa bekerja sama dengan suaminya yakni mengikuti apa yang diinginkan sang suami.
Sedangkan di sisi lain, Putra Mahkota Negara Mae itu hanya bersikap acuh. Dia terlihat bersikap bodo amat dengan apa yang ayahandanya lakukan itu.
" Sayembara kok mencari istri, dasar ayahanda aneh. Lagi pula mana ada wanita yang seperti ibunda, jika benar ada, aku pasti akan menikahinya. Di dunia ini hanya ada ibunda yang seperti itu, pandai dalam segala bidang."
Pangeran So menggerutu, dia tentu kesal dengan keputusan sang ayah. Tapi apa mau dikata, ayahnya adalah raja dan titah raja itu seperti titah Dewa yang tidak bisa diganggu gugat dan tentunya harus dipatuhi. Namun meskipun begitu sang pangeran masih tampak tenang karena pengumuman sayembara tersebut tidak langsung dilakukan oleh Kasim Ho.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
kodo itu indah
🤔
2025-02-06
1
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу᭄
.
2024-11-07
1
Yan
kemakan kata2 sendiri mah nanti nya putra mahkota.
2024-06-27
3