Bab 7 - Bertemu Pria Baik Hati

Satu minggu kemudian.

Hari pembelajaran sekolah telah dimulai. Elang sudah tampan menggunakan seragam sekolahnya. Nanda sengaja masuk shift siang. Sebab ia ingin menemani putranya di hari pertama masuk untuk belajar di SLB Pelita Hebat.

Untuk mengambil jatah libur, tidak mungkin. Karena kemarin dirinya baru saja libur dan produksi di pabrik sedang banyak-banyaknya pesanan yang harus segera diselesaikan.

Ya, Nanda terpaksa menjalani pahitnya hidup yang tak ia duga akan menimpa dirinya. Setelah dirudapaksa oleh Langit Gemintang Laksono, dirinya memutuskan pulang ke Indonesia. Ia tak bisa berlama-lama tinggal di London kala itu.

Terlebih melihat sahabatnya yakni Binar Mentari Mahendra sudah bertemu kembali dengan suami dan kedua putrinya. Ia tak ingin terus-menerus merepotkan Binar serta mengganggu kebahagiaan sahabatnya itu. Alhasil ia pergi tanpa berpamitan langsung pada Binar.

Ya, Nanda pergi ketika Binar, Dion, Arjuna dan Bening serta si kembar liburan bersama keluarga David Barnett dan Rara. Seluruh barang Nanda baik baju dan yang benda lainnya sudah tak ada di kamar. Hanya sepucuk surat yang Nanda tinggalkan untuk Binar.

Bin, terima kasih telah menjadi sahabat terbaikku. Maafkan aku jika selalu banyak merepotkanmu dan juga keluargamu. Aku pergi dulu karena memang aku harus pergi. Aku turut berbahagia melihat kamu dan suamimu bersatu dan berkumpul kembali. Semoga keluargamu bersama Kak Dion bahagia selalu dan jangan lupa berikan keponakan yang banyak untukku. Hehe...

Semoga waktu bisa mempertemukan kita kembali dalam versi terbaiknya. Terima kasih sahabat baikku yang selalu hidup di hatiku hingga ajal menjemputku kelak.

Dari :

Nanda, sahabatmu.

"Apa aku bikin salah sama dia ya, Pi?" tanya Binar pada Dion.

"Mendadak ponselnya enggak bisa dihubungi dan ia pergi dari rumah. Bahkan saat aku ke kantornya, ternyata kata temannya ia sudah mengundurkan diri. Dan temannya itu juga enggak tahu Nanda pindah ke mana. Di London, dia kan enggak punya keluarga. Terus pergi ke mana dia?"

"Sudahlah, Mi. Aku yakin Mami enggak salah apa pun sama Nanda. Mungkin dia ada hal lain dalam hidupnya sehingga dia ingin mandiri," tutur Dion berusaha menenangkan Binar.

Sejak saat itu, Binar tak dapat mengontak Nanda. Sebab Nanda sudah mengganti kontak lamanya dengan nomor baru. Bahkan Nanda juga membeli ponsel baru setelah yang lama ia jual agar tak mudah dilacak. Nanda juga sudah resign dari kantor tempatnya bekerja selama ini di London.

Kehidupan masing-masing yang membutuhkan fokus dan kesibukan menata masa depan, membuat kedua sahabat ini terputus kontak atau komunikasi. Namun di hati masing-masing baik Binar dan Nanda selalu terselip doa dan tempat spesial teruntuk sahabat tercinta.

☘️☘️

Nanda tiba di Jakarta dengan selamat setelah menempuh perjalanan jauh dari London. Beberapa hari di Ibukota untuk melamar pekerjaan, namun belum juga ia dapatkan yang sesuai. Lalu ia mendapat informasi lowongan kerja dari seorang teman untuk bekerja sebagai admin di salah satu hotel yang ada di Bali dengan tawaran gaji yang oke. Namun tetap ada seleksi yang harus dilalui Nanda baik interview dan sebagainya. Nanda pun menaiki bus dari Terminal Terpadu Pulo Gebang di Cakung, Jakarta Timur, menuju Bali.

Ia sengaja menaiki bus agar lebih hemat. Nanda hanya membawa satu buah koper berisi baju dan tas ransel yang berisikan ponsel, dompet, laptop dan dokumen penting miliknya baik itu paspor, visa, ijazah dan lainnya. Kopernya ia letakkan di bagasi bus. Sedangkan tas ransel ia bawa dan letakkan di depan kakinya.

Nanda tipe orang yang jarang bepergian ke luar kota. Sebagai anak dari keluarga tak berpunya dengan kehidupan yang pas-pas an dan berada di perantauan selama ini yakni berkuliah di UGM, Jogjakarta, waktunya habis hanya untuk kuliah sambil bekerja sampingan. Motor adalah kendaraan yang sering ia gunakan untuk mobilitasnya selama berada di Jogjakarta.

Paling sesekali naik bus yang telah disiapkan oleh pihak kampus jika ada acara ke luar kota bagi mahasiswa. Seperti halnya naik pesawat menemani Binar berobat ke London, itu juga pengalaman pertamanya naik pesawat terbang dan juga pergi ke luar negeri. Ke Bali saja dirinya belum pernah waktu itu.

Sehingga ini kali pertama dirinya naik bus umum dan akhirnya ia akan pergi ke Bali. Konon katanya Pulau Dewata (Bali) disebut sebagai The Last Paradise. Nanda pun kian bersemangat untuk menata hidupnya kembali.

Namun nasib malang kembali menimpa Nanda. Dalam perjalanan, ia tertidur pulas. Memang akhir-akhir ini dirinya mudah lelah, mengantuk dan tertidur. Alhasil ransel miliknya raib dicuri orang tak bertanggung jawab.

"Ya Tuhan, tasku. Astaghfirullah hal adzim..."

"Kenapa ada orang yang tega padaku? Hiks...hiks...hiks.." Nanda pun hanya bisa menangis pilu sendirian di terminal Mengwi-Badung, Bali. Dirinya sudah melapor ke pihak penyedia bus. Namun tetap tak ada hasil karena dinilai hal tersebut adalah keteledoran Nanda yang tidak menjaga barang bawaannya.

Nanda begitu bingung harus bagaimana saat itu. Di atmnya hanya tersisa uang dua jutaan. Rencananya untuk biaya kos dan makan selama di Bali. Namun kartu ATM dan dompetnya telah raib dicuri.

Sebelum pergi ke Bali, ia baru saja mentransfer uang untuk keluarganya yang ada di luar Jawa cukup banyak. Sebab adik-adiknya sedang membutuhkan uang untuk urusan sekolah.

Fitri (17 tahun) dan Rahmat (18 tahun). Fitri akan naik ke kelas tiga SMA. Sedangkan Rahmat akan lulus SMA. Rahmat berencana tidak kuliah. Ia akan bekerja usai lulus SMA untuk membantu meringankan beban sang kakak dan juga ibunya.

☘️☘️

Tiba-tiba datang sosok laki-laki berperawakan bule, berambut pirang dan bermata biru mendatangi tempat duduk Nanda.

"Kamu kenapa menangis? Ada yang bisa aku bantu?" tanya pria tersebut dengan ramah.

Ya, itu lah pertemuan Nanda dengan pria baik hati yang bernama Charlie Hudson.

Charlie berada di Bali kala itu tengah menikmati cuti kerja untuk sejenak. Dirinya sudah sering datang ke Indonesia terutama Bali. Sehingga ia cukup fasih berbahasa Indonesia. Sedangkan tempat bekerjanya ada di Sydney, Australia.

Nanda melihat ketulusan di mata Charlie. Akhirnya keduanya berkenalan dan Nanda pun menceritakan pada Charlie jika dirinya menjadi korban pencurian di bus. Charlie terenyuh dengan nasib Nanda yang malang.

Ia ikut merasakan hal itu. Terlebih Charlie terbiasa hidup mandiri sejak lama karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Charlie pun membantu Nanda dengan mencarikan kos dan sekaligus membayarnya. Nanda menolaknya tapi Charlie tetap kekeh membantunya. Dan akhirnya keduanya pun kos bersebelahan dengan kamar yang berbeda.

Keesokan paginya, Charlie tak melihat Nanda. Ia mencoba mengetuk pintu kamar kos Nanda.

Tok...tok...tok...

"Nan, kamu di dalam?"

"Apa sudah bangun?" tanya Charlie yang berdiri di depan pintu kamar kos Nanda seraya mengetuk pintu beberapa kali. Namun tak ada sahutan dari dalam kamar Nanda.

Tak lama berselang, Charlie mendengar suara seseorang tengah mual-mual. Charlie khawatir Nanda sakit. Akhirnya dengan terpaksa ia dobrak pintu kamar Nanda.

BRAKK !!

Charlie bergegas menuju ke kamar mandi, usai dirinya tak mendapati Nanda di atas tempat tidur.

"NANDA !!" teriak Charlie saat melihat Nanda tergolek lemas di kamar mandi. Pingsan.

Charlie pun membopong Nanda dan segera membawanya ke klinik terdekat.

"Hiks...hiks...hiks..."

"Bodoh !!"

"Bodoh !!"

"Bodoh !!" maki Nanda pada dirinya sendiri. Ia meremas bajunya dan menangis di lorong klinik yang sepi. Charlie dengan setia duduk di sampingnya. Ia membiarkan Nanda meluapkan kekecewaan maupun kesedihannya.

Ya, Nanda terkejut bukan main. Saat dirinya tersadar dari pingsannya, ia sudah berada di klinik. Dan lebih mencengangkan lagi, dunianya bagai runtuh seketika. Positif hamil.

Sebuah lembar kertas menyatakan dirinya tengah mengandung. Tentu saja ia sangat tahu benih siapa yang dikandungnya. Benih dari Langit Gemintang Laksono. Sahabat yang sekaligus menjadi cinta pertamanya yang sejak dulu ia simpan di hatinya.

Nanda terus menatap pilu foto hitam putih yang menandakan ada jabang bayi dalam kandungannya yang kala itu berusia lima minggu. Namun di lubuk hati terdalamnya, terselip rasa haru yang menyeruak secara tak kasat mata. Bahwa ada bagian yang tertinggal di rahimnya dari laki-laki yang namanya selalu terpatri di hatinya.

"Apa perlu aku temani bertemu kekasihmu agar dia bertanggung jawab pada calon jabang bayi yang ada di kandunganmu saat ini?" tanya Charlie.

Bersambung...

🍁🍁🍁

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***