Paginya Lin Yan sudah berdiri di depan gubuk.
Setelah semalam mengolah tubuh dan memikirkan kembali teknik-teknik yang dulu ia kuasai, pagi ini Lin Yan diminta oleh Guru Bai untuk memburu binatang iblis berumur 10–50 tahun.
Menurut penuturan sang guru, binatang iblis pada rentang usia itu setara dengan kekuatan pendekar bergelar Awal. Misi ini bukan hanya ujian, melainkan juga pelatihan nyata bagi Lin Yan.
Ia segera menuju hutan luar, wilayah yang masih dianggap cukup berbahaya meski belum tergolong zona maut. Udara pagi yang dingin tak menghalangi langkahnya.
Dengan langkah ringan namun waspada, ia mulai menyusuri semak-semak, memperhatikan jejak, dan mendengar setiap gerakan dari kejauhan. Butuh waktu hampir satu jam hingga ia akhirnya bertemu dengan seekor serigala hitam.
"Serigala hitam... Umumnya mereka sangat kuat jika berkelompok, tapi sepertinya aku sedang beruntung bertemu satu ekor saja," gumamnya pelan sambil menyipitkan mata.
Serigala itu menatap Lin Yan dengan mata merah yang buas, seolah menyadari keberadaan mangsanya. Dalam hitungan detik, makhluk itu melesat maju.
Lin Yan segera memasang kuda-kuda bertahan. Ia tidak membawa senjata, hanya mengandalkan tinju dan tendangan. Tubuh kecilnya melenting mundur, menghindari cakaran tajam serigala.
Pertarungan pun dimulai.
Kecepatan serigala itu membuat Lin Yan kerepotan. Beberapa kali serangan baliknya hanya mengenai angin kosong. Ia bahkan sempat terkena cakaran di lengan dan pundaknya. Darah menetes dari luka kecil, tapi ia tidak mundur.
"Serigala hitam yang dulu bisa ku bunuh dengan satu pukulan, kini justru mengancam nyawaku..." pikirnya dalam hati. "Tubuh ini terlalu lemah. Aku tidak bisa sembarangan menggunakan jurus yang dulu kupelajari, bisa-bisa Guru Bai curiga."
Dengan napas teratur, Lin Yan mulai mengamati pola gerak serigala. Ia mencoba membaca ke mana arah lompatan berikutnya, dan kapan celah akan terbuka.
Cakar serigala kembali meluncur ke arah dadanya. Lin Yan merunduk, memutar tubuh, lalu menendang ke samping. Gagal.
Serigala kembali melompat. Kali ini Lin Yan berguling ke tanah dan menendang ke arah perutnya.
"Terlalu cepat! Tapi aku mulai melihat polanya..."
DUAR!
Pukulan Lin Yan akhirnya mengenai sisi tubuh serigala. Hewan itu terpental sejauh lima langkah, mengerang kesakitan. Tanpa ragu, Lin Yan segera mengejarnya dan mengakhiri hidupnya dengan pukulan terakhir ke bagian kepala.
Ia terdiam sejenak, mengatur napas. "Butuh waktu lama untuk mengalahkan satu serigala ini..."
Ia membelah dada makhluk itu dan mengambil kristal iblis dari dalam tubuhnya. Kristal merah berkilau itu memancarkan energi panas yang khas.
"Untung aku tidak bertemu kawanannya... sepertinya dia memang terpisah."
Lin Yan kembali ke gubuk dan menyerahkan kristal itu kepada Guru Bai.
"Ini, Guru. Kristal dari serigala iblis berumur sekitar 30 tahun," ucap Lin Yan.
Guru Bai mengangguk puas. "Bagus, Yan'er. Mulai sekarang, selama dua tahun ke depan, kamu akan terus berlatih bertarung dengan binatang iblis. Itu cara terbaik untuk mengasah insting dan teknikmu."
Guru Bai kemudian mengeluarkan sebuah pedang panjang bersarung kain dari balik dinding bambu.
"Ambil ini, Yan'er. Mulai besok, kamu akan berlatih menggunakan pedang."
Lin Yan menerima pedang itu dengan khidmat. Pegangannya terasa familiar—seolah tubuhnya mengenali rasa itu.
Malam harinya, Lin Yan duduk bersila di pojok ruangan. Ia memejamkan mata, mengingat kitab pembalik surga. Meski wujud kitab itu belum muncul, isi dari halaman-halamannya sudah tertanam kuat dalam ingatannya.
Halaman pertama berisi dua teknik: teknik pedang Penyatu Langit dan jurus Pembelah Langit. Penyatu Langit mengandalkan kecepatan dan kelincahan serangan, sementara Pembelah Langit mengandalkan kekuatan penuh dalam satu tebasan horizontal.
Halaman kedua adalah teknik tubuh surgawi, pondasi dari semua kekuatan fisik tingkat tinggi. Teknik itu meningkatkan kualitas tulang, otot, dan daya tahan tubuh. Dan Lin Yan memutuskan untuk mulai dari sana.
Keesokan harinya, saat Guru Bai keluar untuk urusan lain, Lin Yan segera bergerak ke arah utara.
"Seingatku... di sekitar sini, 30 tahun dari sekarang, akan ditemukan sebuah goa kecil tempat tumbuh ginseng berumur 200 hingga 500 tahun," gumamnya.
Ia menyusuri pepohonan besar dan perdu yang lebat. Tiba-tiba, dari balik semak belukar, muncul sekelompok serigala hitam.
"Tidak mungkin...! Apakah mereka mencium bau darah dari baju yang kupakai kemarin?"
Geram, Lin Yan menggertakkan gigi. "Kenapa aku bisa seceroboh ini? Tubuh kecil ini benar-benar merepotkan."
Ia mencabut pedangnya dan memasang kuda-kuda. Napasnya ditarik dalam-dalam.
"Teknik Pedang Penyatu Langit."
Dengan kecepatan mengejutkan, tubuhnya melesat menerjang kawanan serigala. Tebasan pertama menebas dua serigala sekaligus. Serangan berikutnya berputar lincah, menghantam ke arah leher dan dada musuh-musuhnya.
Serigala-serigala itu mengaum marah dan menyerang secara bersamaan. Lin Yan menghindar, namun satu cakar berhasil menyayat pundaknya.
Darah menyembur. Ia terhuyung, namun tetap menyerang.
"Tubuh ini... belum sanggup menahan teknik Penyatu Langit!" teriaknya dalam hati.
Namun ia tidak mundur. Dengan pedang di tangan, ia mengayun liar tapi presisi. Satu demi satu serigala roboh. Mereka yang tersisa mulai ragu menyerang. Keraguan itu adalah celah bagi Lin Yan.
Dengan satu dorongan penuh, ia menerjang sisa dua ekor yang mundur dan mengakhiri mereka.
Dengan napas tersengal, tubuh luka dan berdarah, Lin Yan berlutut sambil mengatur napas.
"Ini pelajaran. Tubuh kecil ini tak bisa terus dipaksa. Tapi setidaknya aku masih hidup."
Tak jauh dari lokasi pertarungan, ia menemukan sebuah celah batu yang mirip goa.
"Akhirnya... kutemukan juga."
Ia masuk dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat puluhan ginseng tumbuh di tanah lembab. Namun seekor ular besar mengawasi dari balik batu.
Lin Yan mundur perlahan, tidak ingin bertarung dalam kondisi seperti ini. Ia hanya mengambil ginseng bagian luar, yang tampaknya berumur 50–100 tahun, lalu segera keluar dan kembali ke gubuk.
Perjalanan pulang memakan waktu lama. Luka-lukanya makin parah, dan hanya bisa diobati secara sederhana. Sesampainya di gubuk, ia segera menutup luka dan mulai menyerap energi melalui lingkaran tenaga dalamnya.
Siang pun tiba. Guru Bai kembali.
"Yan'er! Apa yang terjadi padamu?!"
"Guru... saat berlatih, saya diserang sekelompok serigala hitam. Saya melarikan diri, dan mereka berhenti mengejar setelah saya memasuki wilayah lain. Saya kira saya memasuki teritori binatang iblis yang lebih kuat, jadi saya kembali."
Guru Bai menghela napas. "Kau sangat ceroboh... Tapi kau juga beruntung. Istirahatlah. Ini, minum obat ini."
Lin Yan menerima ramuan dan meminumnya. Setelah sang guru pergi, ia mengeluarkan ginseng hasil buruannya.
"Ini cukup untuk sebulan..."
Ia duduk bersila, memakan satu ginseng, dan mulai mengaktifkan teknik Tubuh Surgawi. Rasa sakit langsung menjalar ke seluruh tulangnya, seperti tertusuk jarum dari dalam. Tapi ia menahan semuanya, karena inilah jalan untuk kembali menjadi Sang Pendekar Surgawi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
maz tama
ok Thor tetap seperti ini pertahankan alur ceritanya /Grin/
2025-06-20
0
absolut
lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut
2024-03-11
0
Jimmy Avolution
nice
2024-03-08
0