Keesokan harinya, Lin Yan bangun lebih awal dari biasanya. Udara pagi masih terasa sejuk dan embun belum sepenuhnya mengering dari dedaunan. Ia melakukan beberapa gerakan ringan untuk meregangkan tubuh, lalu memakan sisa buah dari semalam.
Setelah itu, ia segera menuju ke tempat air terjun, tempat ia akan menemui pria tua yang kini telah menjadi gurunya.
"Guru, aku sudah sampai. Di mana Guru?" serunya sembari melihat ke sekeliling.
Tak berselang lama, sosok pria tua muncul dari balik semak. Ia berjalan perlahan namun mantap, membawa sebuah kantung kecil di tangannya.
"Oh, kamu sudah sampai ya," ucap pria tua itu sambil tersenyum.
"Mulai dari sekarang, kau bisa memanggilku Guru Bai," lanjutnya memperkenalkan diri.
"Baik, Guru Bai," jawab Lin Yan dengan sopan.
"Maaf tadi aku agak terlambat. Aku pergi mencari beberapa bahan obat untuk memperkuat tubuhmu. Sekarang, ambil ember ini. Isi dengan air dari air terjun lalu bawa ke sumur di belakang gubuk."
Lin Yan melihat dua ember yang diikat dengan batang kayu, lalu mengangguk.
"Batas waktumu sampai malam. Selesaikan tugas ini tanpa mengeluh," tegas Guru Bai.
Tanpa banyak bicara, Lin Yan mulai bekerja. Ember-ember itu tampak besar untuk tubuh kecilnya, namun ia tetap melangkah teguh. Pekerjaan itu terus berlangsung hingga matahari hampir tenggelam.
"Haaah... haaah... haaah..."
Napasnya memburu, keringat membasahi tubuhnya. Tepat saat ia selesai, Guru Bai muncul membawa seekor ayam panggang.
"Yan’er, kemari."
"Ya, Guru."
Lin Yan segera mendekat. Guru Bai menyodorkan makanan itu padanya.
"Makanlah. Kau telah bekerja keras hari ini."
"Terima kasih, Guru," ucap Lin Yan sebelum menyantap makanan dengan lahap.
"Yan’er, Guru menemukanmu di dekat hutan ini. Bagaimana kau bisa berada di sana sendirian?"
Lin Yan terdiam sejenak, mengingat alasan yang bisa diterima.
"Ketika aku berada di Kota Pedang, aku tanpa sengaja menyinggung tuan muda dari Keluarga Wu. Mereka mengejarku dan mempermainkanku. Aku terus berlari hingga pingsan di dalam hutan ini."
Guru Bai mengangguk pelan, matanya menatap serius.
"Tahukah kau, hutan ini adalah Hutan Binatang Iblis. Tempatmu ditemukan berada di wilayah dalam hutan. Di sana, binatang iblis bisa memiliki kekuatan setara pendekar suci. Bahkan, konon katanya, ada makhluk yang kekuatannya sebanding dengan pendekar mitos."
Lin Yan menunduk. Ia tahu hal itu, namun tak ingin membangkitkan kecurigaan.
"Mulai sekarang, jangan pernah dekati inti hutan itu, apa pun alasannya."
"Ya, Guru."
"Sudah malam, istirahatlah. Latihanmu masih panjang."
Hari-hari berikutnya, Lin Yan menjalani latihan fisik yang berat di bawah pengawasan Guru Bai. Waktu berlalu cepat, hingga satu bulan pun terlewati. Tubuh kecilnya kini tampak lebih kuat, otot mulai terbentuk meski masih ringan.
"Yan’er, kemari. Latihan dasarmu cukup. Sekarang saatnya kita meningkatkan kekuatan tulangmu."
Di dunia para pendekar, kekuatan tulang menentukan seberapa besar tubuh dapat menahan dan menyalurkan tenaga dalam. Tulang yang kuat adalah fondasi dari kekuatan sejati.
Tingkatan Kekuatan Tulang:
Tulang Biasa
Tulang Pendekar
Tulang Serigala
Tulang Harimau
Tulang Phoenix
Tulang Naga
Tulang Naga Langit
Tulang Dewa
Tulang Dewa Sejati
Setiap tingkat dibagi lagi menjadi:
Awal
Menengah
Akhir
Khusus untuk Tulang Naga dan Tulang Dewa, tingkatannya menjadi:
Awal
Menengah
Akhir
Puncak
"Ikuti aku ke gunung seberang sana," ucap Guru Bai.
Mereka mendaki bukit hingga masuk ke dalam sebuah gua. Di sana, terdapat kolam dengan air seputih susu yang memancarkan aroma herbal.
"Lepas bajumu dan berendamlah di dalam kolam itu," perintah Guru Bai.
Tanpa ragu, Lin Yan mengikuti perintah. Begitu tubuhnya menyentuh air, rasa panas yang luar biasa menjalar dari kulit ke tulangnya.
"Sial! Rasa sakit ini... padahal aku sudah pernah merasakannya, tapi tetap saja..." batinnya menjerit.
"Tahan rasa sakit itu, Yan’er. Jika kau pingsan, proses ini akan gagal," seru Guru Bai.
Latihan dalam kolam berlangsung selama tiga bulan. Hari demi hari tubuh Lin Yan ditempa rasa sakit yang tak manusiawi. Namun pada akhir bulan ketiga, kualitas tulangnya telah mencapai Tingkat Tulang Serigala Awal.
Air kolam kini telah berubah menjadi keruh kehitaman.
"Air ini sudah tak bisa digunakan lagi," ujar Guru Bai.
"Pakai pakaian ini. Kita kembali ke rumah."
Di gubuk tua itu, Lin Yan diberi kabar bahwa besok ia akan memulai latihan tenaga dalam—langkah awal menuju jalan pendekar sejati.
Malam itu, mereka duduk berdua di depan api unggun. Guru Bai menatap muridnya dengan serius.
"Yan’er, kau sudah cukup kuat untuk mulai melatih tenaga dalam. Tapi kau tahu, banyak anak seusiamu masih bermain-main dengan tongkat kayu. Apa kau tidak penasaran kenapa kau bisa bertahan dalam latihan seberat ini?"
Lin Yan tersenyum tipis. Ia tahu ia tak bisa mengatakan asal-usulnya yang sebenarnya.
"Aku tidak tahu pasti, Guru. Tapi mungkin karena aku tahu jika aku berhenti... aku tak akan bisa melindungi diriku, apalagi orang lain."
Guru Bai terdiam, memandangi wajah Lin Yan yang meski muda, tak memancarkan kepolosan seperti anak-anak lainnya.
"Kadang kau berbicara seperti orang tua yang hidup kembali," gumamnya pelan.
"Mungkin aku hanya anak yang terlalu cepat belajar dari luka, Guru," jawab Lin Yan santai.
Guru Bai terkekeh.
"Baiklah. Kalau begitu, simak baik-baik."
"Setiap pendekar memiliki lingkaran tenaga dalam. Semakin banyak lingkaran yang terbentuk, semakin kuat pula tenaga dalamnya."
Tingkatan Lingkaran Tenaga Dalam:
Pendekar Pemula: 10 – 50 lingkaran
Pendekar Bergelar: 50 – 150 lingkaran
Pendekar Ahli: 150 – 300 lingkaran
Pendekar Bumi: 300 – 600 lingkaran
Pendekar Langit: 600 – 900 lingkaran
Pendekar Suci: 900 – 1.800 lingkaran
Pendekar Mitos: 1.800 – 3.600 lingkaran
Tiap tingkatan terbagi menjadi:
Awal
Menengah
Akhir
Khusus untuk Pendekar Suci dan Mitos:
Awal
Menengah
Akhir
Puncak
"Karena kau sudah mencapai Tingkat Tulang Serigala Awal, fondasimu cukup. Sekarang duduk dan serap energi dari ini."
Guru Bai menyerahkan sebuah kristal berwarna hijau yang berkilau. Ukurannya sebesar kepalan tangan.
"Ini adalah kristal binatang iblis. Semakin tua usia binatangnya, semakin kuat energinya. Tapi ingat, kristal ini hanya bisa digunakan 10 kali dalam seumur hidup. Jika kau melebihi batas itu, tubuhmu bisa berubah menjadi binatang iblis."
Lin Yan tahu risiko itu, namun ia juga tahu rahasia dari Buku Pembalik Surga—sebuah teknik yang mampu menetralkan efek samping dari energi kristal.
Ia duduk bersila, meletakkan kristal di depannya. Saat matanya terpejam, ia mulai menarik energi perlahan.
"Cepat sekali penyerapan tenaganya... apakah dia benar-benar jenius?" gumam Guru Bai dalam hati.
Waktu berlalu.
Setelah satu minggu, kristal habis diserap. Lin Yan kini memiliki 60 lingkaran tenaga dalam. Namun ia belum bisa dianggap sebagai pendekar bergelar. Masih ada satu syarat lagi: kekuatan aura.
Aura adalah manifestasi dari kekuatan tenaga dalam yang bisa dirasakan oleh sesama pendekar. Aura menentukan seberapa tinggi tingkatan seseorang. Meski jumlah lingkaran mencukupi, tanpa aura yang stabil dan kuat, seseorang belum bisa naik tingkat.
Lin Yan membuka matanya perlahan. Matanya yang tajam menatap ke depan.
"Perjalananku baru saja dimulai."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
𝘿𝙚𝙬𝙖 𝘽𝙤𝙣𝙜𝙠𝙤𝙠
pendekar mitos...??
😁😁😁🤣🤣🤣
2024-03-10
0
Jimmy Avolution
jossss
2024-03-08
0
Abdullah
lanjutkan berkarya
2024-03-03
1