BAB 2

Setelah melunasi tagihan Rumah Sakit, Sherinda bergegas memesan ojek online untuk segera menuju kediaman sang ayah.Terbayang dalam benaknya deretan mobil mewah yang pasti sudah memenuhi halaman rumahnya.

Begitu sampai, pandangannya tidak salah, barisan mobil berlambang kemewahan itu terparkir dengan anggun di pekarangan rumah.

Dengan hati berdebar, Sherinda turun dari motor yang membawanya, menatap rumah ayahnya untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama. Ia menyerahkan uang ongkos pada pengemudi dan tersenyum menenangkan diri, lalu melangkah masuk dengan langkah penuh harap. Keberanian ini, demi menghadapi orang-orang yang akan merubah hidupnya, menjadi kekuatan untuk melawan rasa sedih dan kecewa yang berkecamuk di dada.

Wanita paruh baya itu terkejut saat membukakan pintu untuk Sherinda.

"Kamu siapa?" tanyanya dengan wajah penasaran.

"Saya Sherinda, papa ada bi?" jawab Sherinda yang masih mengingat wanita tua di hadapannya itu sebagai pelayan keluarganya.

Mata sang pelayan terbelalak ketika menyadari bahwa anak majikannya yang telah lama hilang bak ditelan bumi kini berdiri di hadapannya.

"Silakan masuk, Non," ucap Bibi Sri dengan ramah sambil mempersilahkan Sherinda melangkah ke dalam rumah.

"Bibi akan panggilkan Tuan dulu, ya." Sherinda mengangguk pelan, lalu melangkahkan kakinya dengan hati-hati, seolah tak ingin mengusik kenangan lama yang terpendam di setiap sudut rumah itu.

Ia menatap sekeliling, menyerap suasana rumah yang tampaknya tak banyak berubah sejak terakhir kali ia tinggal di sana. Dinding-dinding yang sama, furnitur yang sama, hingga aroma yang sama, semuanya seperti berkata padanya bahwa ia pernah menjadi bagian dari tempat ini. Dan meski hatinya bergetar penuh haru, Sherinda tahu bahwa takdir telah menuntunnya kembali ke sini, entah untuk apa.

Di masa lalu saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, Sherinda mencoba mendekati ayahnya yang terpisah dengannya, menggenggam erat harapan di hatinya. Namun, alih-alih menerima sambutan hangat, yang ia terima hanyalah cacian yang melukai hatinya.

"Sherinda, berani-beraninya kau kembali ke sini setelah menginjak-injak harga diri keluarga!" ayahnya berseru penuh amarah, membuat gadis itu tersungkur di bawah tatapan sinis keluarga yang tak pernah ia kenal.

Sejak saat itu Sherinda tidak lagi datang ke rumah ayahnya, tetapi sekarang dia memberanikan diri datang ke rumah ini demi sang ibu.

Tak lama Danu ayah Sherinda datang bersama sang istri menemui Sherinda. Sherinda bangun dari tempat duduknya melihat kedatangan ayahnya.

"Untuk apa kamu datang kesini?" Tanya Danu dengan suara yang terdengar tidak bersahabat.

Sherinda menarik nafas dalam, ia sudah menduga kedatangannya tidak akan di sambut baik oleh papanya itu.

"Aku datang kemari karena ingin meminta tolong dengan mu pa. Ibu sakit, dan saat ini sedang di rawat di rumah sakit, aku butuh.. " belum sempat menyelesaikan ucapannya Danu sudah lebih dulu memotong ucapan Sherinda.

"Saya tidak memiliki uang, lebih baik kamu pergi dan jangan pernah datang lagi ke rumah ini" usir Danu.

"Aku mohon pa, aku sudah tidak memiliki uang lagi untuk bayar tagihan  rumah sakit. Sekali ini saja tolong kami" ucap Sherinda memohon. Ia berharap papanya mau menolongnya.

Danu melengoskan wajahnya kearah lain, dia takut terpengaruh dengan wajah memelas putrinya. 

"Kau mau uang?" Tanya Danu dan Sherinda mengangguk cepat. 

"Kalau begitu besok siang temui papa di hotel Xx" ucap Danu. 

Sherinda mengerutkan keningnya, bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa ke hotel? Kenapa tidak di rumah saja?" Namun segera dia mencoba untuk menenangkan pikiran dan perasaan yang bergejolak di dalamnya. Ia meyakinkan dirinya bahwa sang ayah tidak mungkin melakukan hal yang aneh-aneh pada anak kandungnya sendiri. Dalam detik-detik tersebut, tangan Sherinda gemetar dan dadanya berdebar kencang, mencoba mengatasi kecemasan yang menghantuinya.

"Baiklah, Pa, kalau begitu aku pulang dulu. Besok aku akan menemui papa di hotel itu," ujar Sherinda dengan penuh harap. 

Dengan perasaan lega, Sherinda segera kembali ke rumah sakit tempat ibunya dirawat. Kini, dia memiliki keyakinan bahwa seberkas sinar harapan muncul, membantunya mendapatkan uang untuk membayar biaya perawatan Ibunya.

"Aku tidak setuju kamu membantu wanita itu untuk pengobatan, dia bukan istrimu, tidak seharusnya kamu menanggung beban hidupnya!" tegur Ana tajam, geram melihat suaminya, Danu, peduli pada wanita lain.

"Memangnya siapa yang ingin membantu pengobatan wanita itu? Tidak sedikitpun aku berniat menanggung biayanya," bantah Danu tegas, berusaha menjernihkan pikiran Ana.

"Lalu untuk apa kamu menyuruhnya menemui mu di hotel? Apakah ada sesuatu yang ingin kamu sembunyikan?" tanya Ana penuh prasangka, merasa ada yang tidak beres. Danu menarik nafas panjang, lantas mengungkapkan kebenaran. 

"Sebenarnya, aku ingin menjodohkan dia dengan putra Tuan Bram. Dia berjanji akan berinvestasi di perusahaan kita asalkan kita mau menjodohkan salah satu anak perempuan kita dengan putra beliau." Dalam sekejap, suasana berubah menjadi tegang seiring terungkapnya rahasia di balik pertemuan tersebut. Kejujuran Danu, meskipun dengan niat baik, membuka pintu konflik baru dalam hubungan mereka.

"Kamu yakin dia mau?" Ana merasa ragu dengan rencana suaminya. 

"Aku yakin dia pasti mau, karena hanya dengan cara ini dia bisa mendapatkan uang untuk membiayai pengobatan ibunya yang sakit itu," sahut Danu tegas. 

Senyuman jahat tersirat di bibir Ana, hatinya bergelora gembira melihat Sherinda terpuruk dan menderita. Dia tahu betul bahwa putra Tuan Bram adalah sosok yang angkuh dan sombong. Meskipun telah memiliki kekasih, Tuan Bram tidak merestui hubungan itu. Bagi Ana, ini adalah kesempatan yang sempurna untuk menjatuhkan mereka.

*****

Sherinda baru saja tiba di rumah sakit dengan langkah gontai dia menuju keruang ibunya. 

Setibanya di ruang perawatan, matanya tertuju pada sang ibu yang tampak melamun sembari menatap langit-langit kamarnya, wajah penuh kekhawatiran dan kerinduan. 

"Ibu... sudah bangun? Maaf, aku meninggalkanmu," ucap Sherinda dengan suara yang getir saat memasuki ruangan. Napasnya tersengal-sengal, menahan isak yang hampir pecah. 

Ranti menoleh seketika, mencoba menutupi kekesalannya saat menyadari hadirnya sang putri. 

"Kamu darimana? Ayo, kita pulang," ajak Ranti seraya mencoba tersenyum lemah. Namun, senyumannya tak mampu menutupi kegelisahan yang mencengkam hatinya. 

Ia tahu bahwa Sherinda tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar biaya rumah sakit, dan keputusasaan itu mengoyak hati Ranti. Pilihan antara menjaga kesehatan diri sendiri atau menghadapi utang yang melilit mereka semakin meruncing. Akankah Sherinda mampu menemukan jalan keluar dari ketimpangan hidup yang terus menghantui mereka?. 

"Tidak bisa, Bu. Kata dokter, Ibu harus dirawat sampai hasil pemeriksaan Ibu keluar," ujar Sherinda dengan nada lembut namun tegas. Raut wajahnya menggambarkan kekhawatiran yang mendalam terhadap kondisi ibunya.

Kening Ranti berkerut, matanya yang basah dengan air mata cemas menatap Sherinda.

"Kita harus tetap pulang, Sher. Biayanya pasti mahal, bagaimana cara kamu membayarnya?" tanyanya dengan suara yang parau. 

Sherinda tersenyum, menatap mata ibunya dengan penuh kehangatan. Dengan perlahan, ia mengusap lengan Ranti, berusaha menenangkannya. 

"Ibu, jangan cemas. Sherinda baru saja pergi ke rumah Papa, dan dia berjanji akan membantu kita membayar biaya pengobatan Ibu," kata Sherinda, sambil berusaha menyembunyikan kegelisahan di hatinya. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, Sherinda berusaha untuk tetap kuat dan menunjukkan rasa optimis demi menenangkan ibunya yang sedang sakit, sambil menantikan hasil pemeriksaan yang menentukan nasib mereka ke depan.

Terpopuler

Comments

evvylamora

evvylamora

jahat ya papanya.. br mulai aja udh nangis Bombay nih

2024-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!