...❄️❄️❄️...
Hari yang di janjikan pun tiba. Meskipun sama-sama enggan untuk melakukannya, tapi Romeo maupun Juliet harus sama-sama menegakkan kepala mereka.
Tersenyum ramah pada ratusan para tamu undangan yang menghadiri pesta peresmian status baru keduanya, terlebih lagi mereka harus tersenyum di hadapan orang-orang yang mereka cintai.
Meskipun hubungan mereka terjalin karena sebuah perjodohan, mungkin kata yang tepat adalah sebuah paksaan, baik Romeo maupun Juliet, keduanya sama-sama memiliki rencana sendiri dalam hidup mereka.
Perjodohan seperti ini, sama-sama tak akan membuat perbedaan yang besar bagi keduanya. Mereka sudah membuat perjanjian malam itu.
Ini hanyalah status. Semata hanya sebuah status yang akan disematkan bagi keduanya, sama seperti cincin yang saat ini tengah melingkar di jari mereka masing-masing.
''Selamat ya cucu oma, semoga hubungan kalian abadi sampai maut memisahkan.'' Doa oma Dena yang merasa bahagia untuk cucu perempuan nya itu.
''Oma, gak usah bawa-bawa maut deh, serem tau dengernya.'' balas Juliet enggan.
Juliet mendelik, mengarahkan pandangannya, dan terhenti pada Romeo. Saat ini laki-laki itu terlihat sangat,- bagaimana menjelaskan nya, Romeo sangat lihai berakting. Saat ini laki-laki itu bahkan terlihat seperti seorang calon pengantin yang sangat berbahagia.
Apakah ia sadar bahwa semua ini hanyalah omong kosong? lantas mengapa Romeo saat ini tersenyum seperti itu? Apakah wajahnya tidak kaku terus memamerkan senyuman bodoh?
Saat pandangan keduanya bertemu, Juliet buru-buru mengalihkan pandangannya. Apa kata dunia jika laki-laki itu sampai merasa tersanjung karena di perhatikan oleh seorang Juliet? Hih- No!
''Berikan tanganmu!'' perintah Romeo tiba-tiba mengulurkan tangannya kepada Juliet.
Juliet yang tak sadar sejak kapan laki-laki itu berdiri di hadapannya hanya bisa membulatkan matanya dengan sempurna.
"Matamu tidak bisa di jadikan apa-apa jika keluar dari tempatnya. Berikan tanganmu, orang-orang sedang memperhatikan kita.'' Romeo memberi tanda agar Juliet sedikit berpaling.
Dan benar saja. Orang-orang tua- eh maksudnya Opa, Oma dan juga calon ayah mertuanya sedang menatap ke arah mereka dengan wajah yang berbinar-binar mengharapkan sesuatu yang besar akan terjadi pada dirinya dan juga Romeo.
''Mau ngapain?" tanya Juliet seraya meletakkan tangannya keatas tangan Romeo. Juliet sedikit kesusahan karena gaunnya. ''Menurutmu?"
Apa ini waktu yang tepat untuk main tebak-tebakan? Damn!
''Gue lagi males kuis, pake nanya lagi, ngapain sih?" Juliet menengok ke kanan-dan ke kiri, ternyata Romeo menuntun nya ke tengah lantai dansa. ''Dance. Of course.'' ujar nya tersenyum picik.
''What? maksud lo kita? disini? sekarang?" No! gue gak siap!'' Juliet hendak menarik tangannya untuk kabur dari Romeo, namun laki-laki itu lebih sigap untuk menahan Juliet tetap berada di posisi nya.
Ditariknya tangan Juliet hingga gadis itu terlempar tepat merapat di dadanya. Nafas Juliet sedikit tersekat karena kedekatan yang begitu tiba-tiba. Bagaimana pun saat ini mereka terlalu dekat. Dan itu berbahaya.
''Posisi mu sudah benar tunangan ku, sekarang bisa kita mulai!'' ujar Romeo tersenyum misterius. Juliet tahu bahwa sekali lagi mereka harus memainkan peran lain. Pasangan yang sedang berbahagia.
Damn it!
Suara musik yang mengalun lembut bermain mengiringi setiap langkah mereka berdua. Benar saja, laki-laki itu menuntun Juliet dengan benar dan juga berhati-hati seperti tak ingin melakukan kesalahan sedikitpun. Apa dia pikir ini kontes dansa? menyebalkan!
''Jangan perlihatkan wajah kusut mu, Kenapa tidak sekalian saja kamu katakan pada semua orang yang ada disini jika kamu sangat keberatan untuk menikah denganku."
"Orang buta saja akan sadar karena melihat wajahmu itu. Kau menunjukkan nya dengan sangat jelas.'' tegur Romeo membuat Juliet lagi-lagi harus mendengus kesal,
''Bisa gak sih lo jangan bikin gue emosi sekarang. Gue udah cukup sabar sejauh ini,- buat lo ini emang kaya permainan, tapi buat gue,- masa depan gue, mimpi gue, harapan gue,- semuanya udah berakhir hari ini. Ahh bahkan jauh sebelumnya.'' sarkas Juliet. Romeo sangat ingin membungkam mulut itu.
''Gue udah nawarin kesepakatan bagus buat lo kalau kita menikah nanti, dan mungkin Lo bakal suka," balas Romeo. "Jadi tolong jangan buat orang-orang tua di pojok sana cemas dengan wajah Lo yang nakutin itu.'' bisik Romeo memperingatkan Juliet kemudian tersenyum pada keluarganya.
''Berisik lo!''
...❄️❄️...
Setelah musik berhenti semua tamu undangan memberikan tepuk tangan yang meriah bagi keduanya.
''Mau kemana?'' seru Romeo saat Juliet melarikan diri ke dalam kumpulan para tamu undangan.
Romeo tak mungkin menyusul Juliet, karena itu ia membiarkan tunangan nya pergi begitu saja.
Juliet benar-benar merasa tertekan jika terus berada di dalam sana. Ia benar-benar tidak bisa memainkan sandiwara itu lebih lama lagi. Ia merasa sesak setiap kali mengingat bagaimana bahagianya oma dan opa saat melihat cincin yang tadi tersemat di jari manis nya.
Tapi Juliet jauh lebih sesak saat memikirkan masa depannya nanti. Apakah ada yang bisa mengembalikan nafasnya agar kembali berhembus dengan baik? jika ada, maka tolong katakan padanya. Juliet sungguh membutuhkan pertolongan saat ini.
''Ngapain lo disini?" Suara Randy membuat Juliet membalikan punggung karena terkejut. ''Lo yang ngapain disini? ini acara gue, ya suka-suka gue lah mau dimana..'' Juliet manarik nafas dan menghembuskan nya perlahan, ia harus bersikap normal di depan orang lain.
''Selamat ya buat pertunangan lo, gue benar-benar gak nyangka, ternyata lo bakal secepat ini buat ngikat hubungan.'' Randy mengulurkan tangannya memberi selamat kepada Juliet.
'Hmm. Thanks Rand, lo masuk gih sana, gue pengen disini sendiri, please?''
Juliet benar-benar harus menenangkan diri sekarang. Ia tak bisa seperti ini lebih lama. Bagaimanapun ia hanya punya waktu sebentar sebelum berkumpul kembali dengan yang lainnya.
''Ya udah gue masuk, lo hati-hati. Jangan kelamaan disini. Dan satu lagi, jangan kepikiran buat lompat. Lu gak bakalan mati." peringat Randy membuat Juliet mendengus.
Setelah Randy meninggalkan Juliet seorang diri. Juliet kembali merasakan nafasnya sesak. Apa saat ini ia sedang terserang serangan panik berlebihan? Bagaimana tidak jika harus seperti ini.
Siapa yang tidak akan cemas, justru sangat wajar jika Juliet cemas. Ia hanyalah gadis biasa yang ingin mewujudkan mimpinya, menjalani hidupnya dengan normal, bertemu banyak orang, dan juga merasakan cinta.
Apakah itu salah? bahkan tak ada yang spesial dengan keinginannya, hanya sebuah mimpi sederhana. Lantas kenapa tidak bisa ia wujudkan?
Lupakan!
Bagi orang-orang seperti Juliet, sudah tak ada lagi harapan untuk cinta dan yang lainnya. Saat ia sudah berstatus sebagai seorang calon istri, Juliet tau jika ia hanya bisa sebatas menjadi seorang istri, Tidak lebih.
...❄️❄️...
Setelah sesaat menyendiri, Juliet sudah merasa lebih baik, Juliet pun memilih untuk kembali ke dalam ballroom.
''Oma, acaranya kan udah selesai, Juliet balik duluan ya ke kamar. Sampai ketemu di breakfast oma.'' pamit Juliet sambil menjinjing dress nya yang terlalu panjang, berusaha tersenyum ramah pada orang-orang yang ia lewati.
''Pa, Romeo capek. Romeo juga balik duluan ya..?" turut Romeo.
Romeo yang melihat punggung Juliet pergi meninggalkan kerumunan pun berniat mengejar gadis itu. Ia harus membuat kesepakatan mereka menjadi lebih jelas.
Pernikahan mereka hanya tinggal sebentar lagi setelah hari ini. Dan sebelum hal itu terjadi, Romeo ingin mereka sudah mencapai satu kesepakatan.
''Jangan coba lari dari kenyataan Juliet. Lo gak akan bisa ngelakuin hal itu!" tegur Romeo yang menyadari bahwa gadis itu mulai meragukan keputusan mereka untuk menikah.
Jika Juliet melakukan itu maka rencana Romeo akan gagal sepenuhnya. Juliet tidak bisa menghancurkan semuanya.
"Ngapain lagi sih lo? lo ngikutin gue? mau ngapain? ceramah? gak perlu males gue.' Gue gak mau ketemu Lo.'' tolak Juliet mengambil kartu pass miliknya ingin segera melarikan diri dari hadapan Romeo.
''Kita harus bicara Juliet. Sekarang.'' Ajak Romeo yang semakin mendekat pada Juliet.
''Besok aja kenapa sih, gue capek banget, sumpah.'' Juliet hampir membentak Romeo. Bahkan wajahnya memerah karena merasa malu serta sesak.
Kenapa laki-laki ini bertingkah semakin menyebalkan dari sebelumnya? ini adalah pertemuan kedua mereka setelah pertemuan sebelumnya.
Tapi Juliet benar-benar tidak mengira, jika laki-laki dihadapan nya ini adalah tipe laki-laki pemaksa dan juga keras kepala.
''Stop! terserah lo, pokoknya kita bicara besok!''
Juliet membanting pintu, tepat di hadapan Romeo. Jangan kira karena selama ini ia diam, semua orang bisa memaksakan kehendak mereka pada dirinya. Juliet bukan boneka, Juliet adalah manusia. Manusia seutuhnya. Dan ia tidak suka di dikte seperti ini.
"Kalau Lo gak keluar, gua bakalan nunggu di sini semaleman. Lo mau?" Seru Romeo sambil mengetuk pintu kamar Juliet.
Juliet yang mendengar ancaman Romeo mau tidak mau membukakan pintu kamarnya.
"Lo gila? gue kesel banget sama Lo sumpah!" marah Juliet, namun tetap membiarkan Romeo untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Gue cuma pengen kita bicara. Maaf kalau gue udah bikin Lo ngerasa gak nyaman." Ucap Romeo masih berdiri di depan pintu.
Juliet menghela nafas pasrah dan berbalik kepada Romeo; "Lo mau ngasih tahu semua orang kalau gue ngundang Lo masuk ke kamar gue? tutup pintu nya. Gue males keluar. Lo ngomong di sini aja. Langsung gak pake lama!"
Romeo pun melakukan apa yang Juliet perintahkan. Meskipun merasa tidak nyaman karena mereka berada di ruangan yang sama terutama di kamar gadis itu, Romeo tetap harus bicara dengan Juliet.
"Kalau kita nikah gue janji gak akan ngekang Lo. Kita bakal tinggal dirumah kita sendiri dan Lo bebas ngelakuin apa aja. Gue harap kita gak saling ganggu dan gak saling ikut campur urusan masing-masing."
"Gue mau kehidupan gue aman kaya sebelum nya. Dan pernikahan kita juga harus jadi rahasia. Lo bisa ngelakuin apa aja yang Lo mau saat kita gak di depan orang tua dan juga opa Oma Lo. Singkat nya, pernikahan kita cuma sekedar sandiwara. Selebihnya kita tetap akan jadi orang asing."
Setelah selesai mengatakan semua nya, Romeo langsung keluar dari kamar Juliet tanpa mendengarkan pendapat gadis itu. Lagi-lagi Romeo mendikte dirinya. Dan Juliet membenci hal itu. Pria arogan yang akan menjadi suami nya.
"Sial banget gue nikah sama cowok kaya Lo!" Juliet melempar bantal ke arah pintu. Ia marah pada nasibnya. Bagaimana bisa Romeo bertingkah seperti ini pada dirinya.
Juliet benar-benar ingin mencekik Romeo dengan kedua tangan nya. Ia ingin melihat dengan mata nya sendiri bahwa pria itu tersiksa.
"Awas aja Lo. Siapa bilang Lo bisa seenaknya sama gue. Sial. Romeo sialan!"
...❄️...
...❄️...
...❄️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mellysa 3
Biasanya cinta itu dimulai dari kebencian...bahkan benci & cinta itu sulit dibedakan...tapi cinta yg diawali dari kebencian malah biasanya akan sangat kuat sekali.
Semoga Romeo & Juliet kedepannya akan menjadi pasangan yg romantis...walaupun tidak mudah untuk mencapainya...😊😊😊😊😊
2021-09-02
17