ROMEO & JULIET
...❄️❄️❄️...
Romeo Anjelo, pemuda berusia dua puluh tiga tahun dan berdarah campuran. Ibu berkebangsaan Korea dan ayah sudah jelas berasal dari Indonesia. Kenapa ia tidak memiliki nama dari marga ibunya, itu karena Romeo lahir disaat yang bersamaan dengan kepergian sang ibu. Lupakan tentang hal menyedihkan itu..!
Saat ini Romeo sedang menjalani studi dengan jurusan management bisnis di salah satu universitas ternama di California.
Romeo adalah salah satu pemuda tampan dengan pesona yang cukup memikat banyak gadis, memiliki mata sayu dan juga senyum yang sedikit misterius.
Bukan bad boy, tapi juga bukan seorang good boy. Bisa di bilang Romeo adalah pemuda yang berada di pertengahan. Ia pernah berpacaran beberapa kali dan juga menolak pernyataan cinta beberapa kali. Intinya, Romeo tidak sembarang mengencani para gadis..
Lahir dari keluarga kaya raya, dengan seorang ayah yang saat ini adalah seorang singel parent. Romeo sudah terbiasa hidup mandiri.
Yah pokonya makan dan mandi sendiri. Sejak kecil ia sudah di didik dan di ajarkan untuk bertanggung jawab dengan apapun yang ia perbuat, dalam hal kecil maupun hal besar. Seperti itulah didikan ayahnya.
Meskipun begitu, seorang Romeo tidak memiliki kebebasan penuh seperti yang orang lain pikirkan tentang dirinya yang merupakan anak dari seorang triliuner.
Hidup Romeo masih sangat bergantung dari belas kasihan sang papa, Wiratama Atmajaya.
Terkenal sebagai triliuner yang luar biasa dermawan; selain sebagai seorang pebisnis, Wiratama juga terkenal karena hobi yang dimiliki nya adalah mendirikan yayasan dan juga sekolah-sekolah sampai ke berbagai pelosok dunia.
Jika bisa, Romeo yakin papa nya juga mungkin akan mendirikan sekolah di luar planet bumi. Itulah papa nya.
Meskipun Romeo adalah putra tunggal yang nantinya akan mewarisi semua kekayaan sang Papa, namun tak membuatnya sesuka hati dalam menggunakan uang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan begitu saja.
Jika anak-anak kaya lainnya hanya tinggal mengatakan apa yang mereka inginkan, maka berbeda dengan Romeo. Black card? mimpi. Itu hal yang mustahil bagi Romeo.
Bisa di bilang, papanya akan lebih rela jika uang yang di milikinya di berikan sebagai donasi dari pada harus di gunakan oleh Romeo untuk berkumpul bersama teman-temannya. Sangat perhitungan. Begitulah Romeo mendeskripsikan sikap orang tua itu.
Romeo bahkan tidak tahu apa arti dari semua yang di miliki nya saat ini. Hidupnya tetap bergantung dan harus sesuai dengan keinginan Wiratama.
Yang Romeo tahu, ia hanya perlu menikmati hidup dan menjalani hidupnya seperti yang papanya inginkan. Menjadi putra yang baik. Memiliki hidup yang baik. Dan kelak akan mati dan kembali di kenang sebagai orang baik pula. Terdengar membosankan bukan? tapi apa Romeo punya pilihan? tentu tidak. Ia tidak punya hak-hak istimewa seperti itu..
Seperti nya kata baik adalah kata kunci dalam keluarga mereka. Apapun itu Romeo tetap lah putra seorang Triliuner. Dan akan terus seperti itu selama mereka tidak mengalami kebangkrutan secara misterius. Romeo harap itu tidak akan terjadi. Tidak sampai ia bisa menikmati semua yang di milikinya. Ralat, dimiliki orang tua nya.
Selama ini, Romeo selalu patuh kepada Wiratama. Selain karena ia menghargai dan mengasihi papanya, Romeo juga sangat ingin hidup seperti papanya. Sukses dan juga sangat manusiawi.
Meskipun Romeo sendiri tidak tahu motifasi apa yang di miliki oleh papanya dalam menjalani hidup. Tidak satupun yang Romeo ketahui selain dari apa yang dilihatnya. Sedikit aneh memang. Bahkan menurut Romeo hubungan di antara mereka juga terbilang unik mendekati aneh.
Dan satu hal teraneh dalam hubungan mereka ialah; setiap kali Romeo memiliki permintaan maka ia harus memberikan timbal balik kepada sang papa. Dengan kata lain, mereka selalu melakukan barter. Give and take. Selalu berlaku dalam hubungan ayah dan anak tersebut.
...❄️❄️...
"Pa, minggu depan Romeo ada party sama James and clubs.'' lapor Romeo yang baru saja mendaratkan bokong nya di sofa empuk ruang kerja Wiratama. Dengan sikap santai, Romeo menunggu persetujuan dari papanya.
Wiratama melirik sejenak kemudian mendengus samar, "Party dimana?" ujarnya yang selalu ingin tahu kemana anak semata wayangnya itu akan pergi.
"Di kapal pesiar keluarga James pa. Sekitar empat sampai lima hari aja kok. Lagian minggu depan Romeo juga udah libur.'' bebernya seraya membujuk.
Romeo yakin akan mendapatkan ijin. Karena mereka sama-sama tahu, jika selama beberapa bulan ini Romeo sudah bersikap sangat baik. Ia juga sudah menuruti permintaan papanya untuk menjadi relawan selama satu bulan penuh di Zimbabwe.
Bahkan tanpa tawar menawar sedikit pun. Sekarang giliran Romeo yang meminta hak pribadinya untuk sedikit bersantai dan meluangkan waktu bersama teman-temannya.
"Kenapa harus di kapal pesiar? kalian bikin pesta apa? pesta nakal-nakalan?" kata Wiratama dengan sorot mata menuduh, dan tentu saja ia memiliki penilaian negatif akan acara tersebut. Ia tidak ingin putranya ikut terjebak.
"Apaan sih pa! biar begini-begini, Romeo tuh bersih," Romeo melakukan pembelaan dan Wiratama tahu bahwa itu benar.
"Romeo gak make apa-apa, anti bahkan. Romeo juga gak free ***. Romeo tuh cowok baik-baik pa'' tambahnya masih berusaha meyakinkan sang papa. Karena sejauh ini Romeo benar-benar pemuda yang menjaga dirinya dengan baik meskipun di tengah pergaulan yang sedikit kompleks.
"Tapi miras kan?" tuduh Wiratama yang masih tidak mau mengalah. Karena beberapa kali Wiratama mendapati putranya pulang dengan berbau alkohol.
"Apaan sih pa, kan dikit doang. Lagian Romeo tuh udah dua puluh tiga tahun, udah bukan bocah lagi, masa iya Romeo cupu. Minum dikit aja gak boleh. Romeo kan cowok tulen. Cowok pa, cowok. Gimana sih." Romeo mendengus sedikit tersinggung dengan tuduhan Wiratama.
Menurut Romeo papanya terlalu berlebihan saat menilai teman-teman nya. James adalah pria yang baik meskipun terkesan semrawut. Tapi Romeo menyukai hubungan pertemanan mereka. Hubungan yang tidak akan ia dapatkan dari kehidupan sosial ayahnya. Romeo ingin sedikit memberontak.
"Bukan masalah kamu cupu atau enggak Rom, tapi kenapa- harus- kalau bisa enggak? Papa aja yang duitnya segudang gini gak pernah tuh aneh-aneh.'' tegur Wiratama pada putra nya disertai fakta-fakta yang sudah Romeo hafal di luar nalar.
"Ya-Ya.. papa maha benar, apalah Romeo yang penuh dosa dan kesalahan ini. Romeo hanya anak kecil di mata papa. Dan akan terus seperti itu. Ya kan?'' sarkas Romeo.
Wiratama menggelengkan kepala sedikit heran. Ia hanya ingin menunjukkan jalan yang benar kepada putranya. Tapi kenapa anak muda zaman sekarang sangat sulit untuk di pahami..
"Kalau kapalnya tenggelam bagaimana?"
"Astaga Papa, gitu amat omongan nya. Tenang, Romeo bawa pelampung kok." balas Romeo masih tak ingin kalah dalam tawar-menawar tersebut.
"Jadi gimana nih pa, boleh ya? cuma lima hari kok. Gak lebih. Gak kurang. Lima hari cukup.'' bujuk Romeo lagi. Baginya lima hari bukanlah apa-apa di bandingkan menjadi relawan selama satu bulan penuh.
Wiratama melipat kedua tangannya sambil sedikit memutar kursi yang ia duduki. "Kapalnya berlayar sampai mana?" tanya Wiratama lagi.
Romeo sedikit tercengang mendengar pertanyaan aneh lainnya dari sang papa, "Ya mana Romeo tau pa. Romeo kan bukan kapten kapalnya. Mungkin disekitar pantai miami. Who know's?" Romeo menggeleng asal.
Dalam hati Romeo ingin mengumpat, tapi ia tahu tidak bisa melakukan hal tersebut apalagi di hadapan papanya.
"Oke. Papa ijinkan." Romeo tersenyum lebar. "Tapi ada syaratnya.'' ujar Wiratama memberikan tawaran seperti biasa.
Romeo mendesah berat, "Syarat lagi! kenapa sih pa harus kaya gini lagi, sekali aja coba gak usah tawar menawar. Udah kaya pedagang kain aja.'' kesal Romeo pada Wiratama.
"Tidak bisa! ikuti syarat papa maka kamu bisa pergi dengan teman-teman berandalan mu itu.'' putus Wiratama tak ingin di ganggu gugat.
"Pa, please. James bukan berandalan, cuma tampang nya aja yang kaya gitu. James itu pemuda baik.'' Romeo membela sahabatnya.
Kenapa para orang tua selalu saja memandang negatif pada semua teman-teman anak mereka. Benar-benar tidak objektif.
"Terserah!" Sahut Wiratama. Sejak dulu Wiratama memang tidak menyukai teman-teman putranya. Menurut Wiratama, James dan teman-teman nya akan menjadi pengaruh buruk bagi Romeo.
Wiratama tidak ingin putranya terjerumus dengan pergaulan para muda-mudi di sana. Karena itulah Wiratama lebih memilih mengirim Romeo kemanapun untuk menjadi relawan di bandingkan harus menghabiskan waktu luang bersama dengan teman-teman berandalannya itu.
"Ya udah apa nih syaratnya..?" tanya Romeo terpaksa mengalah. Ia tidak punya pilihan lain. Saat ini mendengar dan melakukan transaksi adalah pilihan yang tepat.
Melihat sikap Romeo, Wiratama pun menyeringai penuh kemenangan. Ia tahu bahwa ia bisa membuat Romeo selalu menuruti perkataannya. Semua ini demi masa depan putranya kelak.
"Dua minggu lagi kita akan bertemu dengan keluarga Opa Adam, kamu akan papa jodohkan dengan cucu kedua opa Adam.'' ujar Wiratama bersemangat dengan sorot mata yang tidak bisa di bantah.
Bagaikan suara letupan mercon tetangga di telinga Romeo, ini benar-benar barter yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bagaimana bisa kali ini tentang perjodohan? Romeo lebih suka di kirim ke Afrika dari pada harus menjalani sebuah pernikahan.
"What? di jodohkan..? Papa gak salah nih? yang benar aja lah pa. Masa dijodohin?" tanya Romeo, dengan bahu terkulai Romeo menaikan satu alisnya dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Tidak ada yang salah. Apa yang baru saja kamu dengar itu adalah syaratnya. Mau atau tidak silahkan putuskan sendiri.'' tutup Wiratama lagi dengan senyum samar. Cara ini selalu berhasil untuk membuat Romeo menurut padanya.
"Pa, ini tuh jaman kapan sih? masa Romeo harus dijodohin segala. Jangan anggap remeh pesona Romeo dong, gini-gini Romeo populer tau di kampus. Banyak yang ngantri buat jadi pacar Romeo. Masa iya dijodohin.'' Romeo masih kekeh dengan pendapat nya. Ia tidak bisa melakukan persyaratan seperti ini.
Wiratama mendesis, "Terserah. Pokoknya kalau kamu mau pergi party, kamu harus terima di jodohkan dengan cucu opa Adam. Itu syarat papa. Titik. Tidak ada koma, tambah, ataupun kurang. Apalagi pembagian. Tidak ada. Hanya itu. Titik."
Romeo diam sejenak. Ini bukanlah perkara yang bisa ia jawab dengan "Ya" begitu saja, " Iya. Iya. Romeo tau ini bukan jam matematika. Jadi misalkan Romeo setuju, dijodohin sampai nikah atau bisa nolak nih kalau gak cocok sama cewek pilihan papa?" sanggah Romeo kembali berpikir. Ia harus tahu sampai mana ayahnya ingin membuat nya tidak pergi ke acara sahabat nya James.
"Kamu pikir kamu yang harus menentukan semua itu? Justru kamu lah yang harus menyakinkan keluarga opa Adam agar di terima sebagai cucu menantu dalam keluarga mereka."
"Semua keputusan ada pada opa Adam dan cucunya, yang jelas kalian harus segera bertunangan setelah kalian bertemu.'' jelas Wiratama, sambil tersenyum senang namun dengan perintah yang Romeo tahu bahwa ayahnya sudah membuat rencana yang besar.
Luar biasa. Permintaan yang sungguh aneh. Romeo mengacak pelan rambut nya yang sudah tersisir rapi.
Wiratama memang memiliki kebiasaan yang unik, dengan putra nya sendiripun tak mau berbelas kasih.
Apapun itu harus mempertimbangkan untung dan rugi. Setelah permintaan ini apa lagi yang diinginkan papahnya? Apakah akte kepemilikan tanah di Mars milik Romeo?
Menikah di usia muda sungguh bukanlah impian Romeo. Bisa-bisa ia justru akan menjadi bahan lelucon para sahabatnya. Dan Romeo tentu saja tidak bisa membiarkan hal seperti Itu terjadi. Romeo tidak bisa menyetujui permintaan untuk menikah.
Lagi pula bagaimana kalau cucu opa Adam tidak seperti harapan Romeo? Oh my God! ini tentang hubungan selamanya..
...Aku harus apa..? Itu cewe tampang nya gimana lagi? bisa bikin omelette gak? Kalau aku gak setuju papa pasti bakalan marah besar. Jangan-jangan setelah ini semua jatah bulanan bakal melayang. God!...
"Oke. Romeo setuju buat tunangan sama cucu nya opa Adam. Tapi Romeo punya permintaan tambahan. Lagian syarat papa gak sebanding dengan apa yang romeo minta. Gimana?'' tawar Romeo mencoba untuk melakukan pertukaran yang lebih menarik. Jika benar ini hanya siasat papanya, maka Romeo juga akan memainkan siasat nya sendiri.
Selama ini, Romeo menginginkan sesuatu dari papanya. Walaupun Romeo sebenarnya ingin memiliki benda tersebut dengan usaha kerja kerasnya sendiri, tapi apa salahnya mencoba peruntungan lain, kenapa tidak sekalian saja ia manfaatkan kesempatan yang ada.
Wiratama menautkan kedua alisnya, "Apa permintaan mu?" tanya sang ayah memberikan perhatian lebih pada permintaan putranya.
Wiratama akan sedikit melonggarkan tawar- menawar kali ini. Ia ingin tahu Sampai dimana putra nya bisa mengambil kebijakan. Dengan begitu Wiratama akan tahu bagaimana harus bersikap nanti.
"Romeo mau Ferrari keluaran terbaru Pa. Romeo juga mau liburan keliling dunia selama dua bulan pakai uang papa. Gak ada permintaan tambahan. Dan Romeo juga gak mau lagi jadi relawan papa. Gimana, papa setuju?"
Ini adalah satu-satunya trik yang akan Romeo gunakan untuk membuat papa nya berpikir ulang tentang perjodohan tersebut. Romeo tersenyum samar. Ia memang jenius.
Romeo sangat yakin jika papa nya akan menolak dan mengganti syarat yang sudah di ajukan sebelumnya.
Tapi seketika Romeo mulai khawatir saat Wiratama memberikan sebuah senyuman misterius, dan perasaan Romeo menjadi sedikit waspada karenanya, "Oke, DEAL PAPA SETUJU. Asalkan kamu menerima perjodohan yang sudah papa atur untuk mu. Bagaimana?''
...OH MY GOD ROMEO...! ini namanya senjata makan tuan. Damn!...
"Pa.. ?"
"Eits. Tidak ada tawar-menawar lagi. Ingat?"
.......
.......
.......
.......
.......
...ROMEO ANJELO...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
mᥲmі zᥲ᥎іᥱr 🍇
mampir thor
2022-05-07
0
⸙ᵍᵏ-ɴuт_Kᵝ⃟ᴸ
mampir yaaa chrisss
2022-05-07
1
Ratna0789
sini juga... wah wah samangat terus ya kak say 😘🤗
2021-11-15
0