Bab 19

Quen tak menjawab, matanya melihat ke tempat pria yang tadi menolongnya.

Hilang?

Yang ia hanya temukan hanyalah para mayat itu, perempuan yang mengaku pelayan itu menutup mulutnya melihat kondisi yang belum ia sadari.

Kondisi apa yang baru saja dialami nonanya.

"Aku, aku " ucap Quen terbata-bata. Banyak sekali yang memenuhi kepalanya dan rasanya sungguh berat apalagi bau amis darah yang menyeruak membuatnya pusing.

"Astaga Nona, anda terluka," ujar pelayan itu khawatir melihat darah yang merembes pelan dari kepala Quen dan akhirnya ia jatuh pesan.

Para pengawal itu langsung mengangkat Quen dan membawanya ke tandu yang tak jauh dari sana.

Tak jauh dari sana pria yang tadi menyelamatkannya hanya melihat dari balik pohon, tak lama laki-laki yang satu lagi pun muncul.

"Maafkan hamba yang mulia, dia berhasil melarikan diri," ucapnya menunduk.

"Lain kali kita akan menangkapnya, ayo kita kembali!" Mereka pun turut menghilang dari suasana hutan yang cukup mencengkam itu, walaupun keadaan masih siang.

Disebuah ruangan terlihat seorang pria seperti tabib sedang memeriksa denyut nadi Quen yang kini masih belum sadarkan diri, pakaian pelayannya yang sudah begitu kotor sudah diganti dengan pakaian yang layak.

Perempuan yang tadi menemui Quen tak henti-hentinya menangis melihat Quen belum sadarkan diri, tak lama pintu terbuka menampakkan sosok seorang wanita yang berumur 40 an diikuti oleh dayang-dayangnya, wajah khawatir terlihat jelas di wajahnya.

"Hormat kami yang mulia ratu" ucap tabib begitu pun dengan perempuan yang menangis itu dengan membungkuk hormat.

"Bagaimana keadaannya?" ucap perempuan yang dipanggil ratu itu ia juga menyentuh wajah Quen yang sedikit pucat.

"Nona Quen Putri, mengalami luka yang cukup serius di bagian kepalanya, denyut nadinya cukup lemah, ini dikarenakan shock yang begitu berat, namun yang mulia ratu tak perlu khawatir sebentar lagi Nona Quen akan sadar," ucap tabib itu pelan-pelan.

Saat Quen berhasil ditemukan di dalam persembunyian, gadis itu ditarik paksa keluar dan kepalanya malah terbentur batu.

Ada perasaan sedikit lega, namun tak menutup rasa khawatirnya pada gadis cantik yang terbaring ini.

Dan apa yang dikatakan tabib itu memang benar, gadis itu sadar dengan tatapan bingung yang ia tunjukkan pada orang-orang yang menatapnya cemas.

"Syukurlah nona sudah sadar," ucap gadis yang ditemuinya.

Quen mencoba untuk bangun namun sakit di kepalanya, membuat ia begitu kesakitan.

"Tak usah bangun sayang." ucap yang mulia ratu duduk di sebelah ranjang Quen dan memperbaiki selimut Quen.

Quen memperhatikan begitu detail pakaian perempuan ini, lebih tepatnya pada semua orang yang berada dalam ruangan itu, Quen meneguk ludahnya, dan mengatakan dalam pikirannya memang ada sesuatu yang tidak beres yang sedang terjadi pada dirinya.

"Tapi kalian siapa? Dan dimana aku?"

Quen bersuara dengan pertanyaan yang membuat kening orang-orang disana berkerut dan menatap satu sama lain, apalagi ke arah tabib.

"Tabib Ali, katakan apa yang sebenarnya yang terjadi?"

"Hamba menjawab yang mulia ratu, melihat kondisi nona muda Quen Putri, sepertinya nona mengalami hilang ingatan, mungkin disebabkan oleh benturan keras di kepalanya," jawab sang tabib.

"Tidak, tidak aku tidak hilang ingatan, aku baik-baik saja," cerca Quen tiba-tiba yang membuat orang-orang kembali menoleh kepadanya.

"Benarkah kau baik-baik saja Nak?" tanya yang mulia ratu tidak percaya.

Quen mengangguk pelan.

"Tapi aku memang tidak tahu siapa kalian," jawab Quen jujur.

Jawabannya ini yang membuktikan kalau Quen memang dalam keadaan tidak baik, pelayanannya itu kembali menangis melihat keadaan nonanya ini, apalagi ratu yang tak percaya Quen tak mengingatnya.

"Kau memang tidak ingat siapa aku?" Yang mulia ratu kembali memastikan, Quen menggeleng sebagai jawaban.

"Sudahlah, sekarang istirahat, jangan pikirkan apapun," ujar yang mulia ratu bangkit.

"Bora, ikut aku! Dan jelaskan apa yang terjadi kenapa Quen bisa seperti ini!"

"Ba-baik yang mulia ratu," jawab Bora ketakutan.

Kini tinggallah Quen dan dua orang pelayan yang berjaga di pintu, gadis itu belum tidur, banyak yang ia pikirkan.

"Ah lebih baik, aku tidur, semoga setelah bangun aku sudah berada di apartemen dan keluar dari keadaan mengerikan ini," ujar Quen memaksa matanya tertidur.

Jangan lupa tinggalkan jejak

Like

Vote

Komen

Ulasan bintang nya

And Subcribe

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!