Satu Minggu kemudian, Quen Putri dipergoki berada di sebuah club malam bersama seorang pria yang di duga seorang produser yang membiayai drama yang Pernah di bintanginya.
Tak selang beberapa lama, sebuah kasus terjadi lagi, Quen terekam melontarkan kata-kata kasar pada salah seorang staff di lokasi syutingnya.
Namun dari kebanyakan kontroversi yang membawa namanya, itu semua hanyalah cara untuk menjatuhkannya, kabar kalau dia membenturkan kepala Nanda itu semua hanya kebohongan yang di lakukan Nanda, ia sudah minta maaf pada Quen atas skandal yang ia buat dengan membawa nama Quen, ia melakukan itu hanya sekedar iri.
Namun Quen tak pernah menanggapi permintaan maaf kira, belum lagi foto-foto yang mirip dirinya berada di sebuah club malam, dan itu juga murni editan, pelakunya Sudah di tangkap untuk ditindak lanjuti lebih lanjut.
Video yang tersebar saat ia melontarkan kata-kata kasar pada salah seorang staff ternyata hanya sebuah potongan video, bukan video utuh semuanya sudah di usut tuntas.
Namun imagenya di mata masyarakat tetap bertahan sebagai artis kontroversi dan angkuh, walaupun bukti dan kebenaran sudah terungkap itu tak menghilangkan pandangan khalayak padanya.
Jadi, jika sudah begini, gadis itu tak memiliki cara dan jalan lain selain menjalankan bagaimana prasangka orang terhadapnya, sederhana bukan.
Biarlah bagaimana orang lain menanggapi tentang dirinya, dia hidup untuk dirinya bukan untuk orang lain, jadi biarkan orang lain bersikap seperti kemauannya selama itu belum melampaui ambang batas toleransinya.
Tak terasa mereka sampai di sebuah taman, sebelum turun ia mengambil masker hitam dan topi hitam dari sebuah paperbag, tak lupa ia juga mengganti jaketnya dengan yang lebih dalam, begitu pun dengan sebuah ransel yang selalu ada dalam mobil managernya.
Merasa cukup aman, Quen pun membuka pintu sebelum keluar ia masih berkata.
"Ingat Ka, tak usah menjemputku nanti, akan kupastikan aku akan datang tepat waktu," ujar Quen langsung pergi berbaur dengan kebanyakan orang di sana.
Inilah tempat yang di tujunya sebuah ayunan yang terletak jauh dari taman, mungkin tak banyak orang yang tahu tempat ini, bisa saja hanya dirinya seorang yang tahu tempat ini.
Di dekat ayunan itu ada sebuah kolam kecil yang tak terawat, ditumbuhi oleh berbagai jenis teratai yang berwarna-warni, kesunyian menambah kenyamanan tempat ini, tak jarang juga banyak burung dan kupu-kupu yang berterbangan di sana.
Apakah dia seorang penyendiri?.
Jawabannya adalah tidak, dia hanyalah orang yang butuh ketenangan dan kenyamanan.
Setidaknya jika manusia tak ada yang ingin mendengar keluh kesah dan bertegur sapa denganmu, ingatlah masih ada alam yang datang memberikan ketenangan dan kenyamanan lebih dari yang kau harapkan, akan mereka sampaikan gundah gulanamu pada sang Tuhan pemberi kehidupan dan pengaturan perasaan.
Sesuai dengan janjinya, di sinilah Quen berada sekarang.
Hotel king, tempat perjamuan sosial dikalangan artis dan kelas atas.
Jessica juga turut hadir ia nampak mengenakan dress putih yang sungguh serasi dengan tubuhnya.
la terlihat akrab dengan beberapa kenalannya sesama artis, berbicara dan bercanda ria, sedangkan Quen gadis dengan dress hitam itu yang begitu mempesona dikalangan para tamu yang hadir hanya duduk di sebuah meja ditemani dengan segelas anggur yang harganya cukup membuat orang bergeming.
Banyak orang yang menatapnya kagum, tapi banyak juga yang tak Berani bicara dengannya.
"Setiap sudut hanya ada kepalsuan, penuh topeng dan sandiwara, ternyata keseringan bermain peran dampaknya juga terbawa ke dunia nyata," ucap Quen menggeleng.
la ingin keluar ntuk mencari udara segar, dan setelah itu pulang, tidur dan bekerja. Baru selangkah ia beranjak dari tempat duduknya.
Srekkk Bunyi kain robek, menghentikan langkah Quen, ia menoleh ke belakang, matanya tajam melihat gaunnya robek hampir sampai di atas lututnya.
Dan apa yang membuat Quen geram, Jessica dengan sengaja menginjak gaunnya yang sedikit berlebih menyapu lantai saat ia akan melangkah.
"Maaf, aku tak sengaja," kata Jessica menutup mulutnya memasang wajah bersalah atas apa yang ia lakukan.
Banyak orang yang melihat mereka, Quen hanya diam, sebelum ia merobek kasar gaunnya menjadi seperti rok span di atas lutut, yang membuat orang di sana, melihat aksi artis itu yang tak tanggung-tanggung.
Apalagi kakinya yang jenjang, mengundang banyak perhatian, gelas anggur yang masih setia berada ditangan kirinya kini dengan sengaja ia tumpahkan ke gaun putih yang di pakai Jessica.
"Maaf, aku juga tak sengaja," ujar Quen meniru gaya Jessica dengan sama persis dengan ekspresi yang tak kalah mengejek.
"Quen Putri! Bukankah ini sangat keterlaluan? Aku sudah minta maaf padamu, kenapa kau masih mempersalahkannya?" tanya Jessica mulai berakting.
"Apa bedanya denganku, aku sudah minta maaf padamu, kenapa kau masih mempersulitnya?" Jawab Quen yang membuat orang di sana menggeleng pelan dengan tingkahnya.
"Gaun yang ku pakai ini, kau tau jelas Jessica, ini edisi terbatas dan kau malah merusak gaunku, dan kau pikir aku bodoh, saat kau bilang tak sengaja?" gelak tawa Quen memecah keadaan yang mulai naik.
"Quen, bisakah masalah kita berdua jangan kita bahas di sini?
Tak enak bila acara ini rusak hanya karena kesalahpahaman dan persoalan sepele seperti ini?" ujar Jessica berlagak sok tau tata Krama.
"Jessica Jessica , kau tau jelas ini acara di luar syuting dan kau masih memainkan peranmu dengan buruk seperti ini? Ck, baiklah karena bagimu ini hanya masalah sepele, aku akan membuatnya gampang, aku akan mengirimkan nota pembelian gaun ini padamu, karena kita teman aku akan memberikanmu potongan harga sebanyak 50%, itung-itung untuk biaya kompensasi saja," ujar Quen tersenyum palsu kemudian berlalu pergi keluar dari acara.
Sedangkan Jessica hanya terdiam di tempatnya berdiri, rencananya berhasil untuk menambah citra buruk tentang Quen kepada para tamu acara ini, tapi ia tak juga mengingkari kata-kata yang di keluarkan Quen cukup memakan harga dirinya.
Sedangkan tak jauh dari sana, seorang pria yang berdiri di antara tamu lainnya yang dari tadi menyaksikan sedikit problema di antara artis agensinya itu, kini memilih pergi, matanya cukup panas melihat semua itu.
Banyak orang yang bersimpati dengan Jessica, menyemangatinya dan mengatakan dia harus sabar menghadapi artis sombong seperti Quen Putri, sedangkan Jessica dia tersenyum kuat seolah mengatakan ia tidak apa-apa, ini sudah terbiasa terjadi dengan kami, memang Quen lebih segalanya darinya, sedangkan dia hanya artis kecil, ucapnya merendah.
Sedangkan Quen yang dengan wajah datarnya, hanya berjalan keluar dari ballroom hotel, ia sudah menebak jika ular sanca seperti kristal akan mencari onar dengannya, dia bukanlah gadis bodoh yang akan menerima semua sandiwara Jessica yang semakin menginjak-injaknya.
Baru saja ia akan mengambil kunci mobilnya, sebuah tangan tiba-tiba saja menarik dan membawanya, dan kini mereka berada di sebuah tempat yang cukup sepi.
"Alvian, lepaskan!!!" ronta Quen merasa tangannya cukup sakit.
Ya, orang yang membawanya adalah Alvian.
"Apakah tak bisa sedikit saja, kau tak membuat ulah? Di mana-mana kau selalu membuat kekacauan, dan ujung-ujungnya citra perusahaan yang akan memburuk," sela Alvian.
"Membuat ulah? Aku? Kau percaya diri sekali mengatakannya, jelas-jelas kristal sengaja menginjak gaunku dan kau mengatakan akulah yang membuat kekacauan?" ungkap Quen tak terima.
"Bukankah Jessica sudah minta maaf, tapi kau malah mempermalukannya dengan harga gaunmu yang tak seberapa itu," ucap Alvian tanpa menyadari perubahan pada raut wajah Quen yang sudah mengeras.
"Sekali saja kau membelaku kenapa? Apa aku terlalu buruk di hadapanmu? Dan kau tidak bisa melihat kesalahan kristal sedikitpun, maaf maaf dan maaf hanya dengan kata itu semuanya akan selesai begitu saja, tidak!" ujar Quen.
"Quen berhentilah bersikap egois seperti ini, menyalahkan orang lain karena kesalahanmu sendiri," ucap Alvian tak kalah keras.
"Kau berbicara seperti ini, apa karena posisimu sebagai atasanku atau sebagai kekasihku? Biar aku tahu bagaimana cara berbicara denganmu," ucap Quen purau tangannya sudah mengepal erat.
Sedangkan Alvian hanya mengusap wajahnya kasar, tak mengucapkan apa-apa.
"Masuklah, acaranya belum selesai kan? Aku izin pulang sebelum aku malah mempermalukan agensi lagi, Jessica juga masih di dalam, dia pasti butuh dukungan terutama darimu," ucap Quen langsung pergi mengambaikan Alvian yang terus memanggilnya.
Sedangkan mata gadis itu sudah memerah ia masuk ke mobil dan memukul stir mobil berulang-ulang kali.
"Brengsek, bajingan! Kau anggap apa aku Alvian? Tak pernah sekalipun kau berniat untuk membelaku. Apa benar di matamu aku sudah terlalu buruk" ucap Quen seperti ingin menangis tapi air matanya tak jatuh, hanya ada kekecewaan dan kemarahan di dalam sana, tak lebih.
Sedangkan Jessica melihat Alvian yang kembali masuk ke dalam ballroom, dan melihat dari wajahnya dapat ia pastikan mungkin sudah terjadi perang dunia di antara sepasang kekasih itu.
Kini Quen sudah tiba di apartemennya yang cukup luas itu, mengganti gaunnya dengan piyama tidur dan mencuci muka, ia juga menonaktifkan ponselnya dan lebih memilih bergelut di dalam mimpi yang setidaknya ia merasa tak di kasihani di sana.
Sora pagi-pagi sudah sampai di apartemen gadis itu, menyiapkan serapan untuknya. Hari ini ada jadwal syuting sekitar jam 9 pagi, makanya ia harus turun tangan sendiri membangunkan Quen , apalagi dengan ponselnya yang tidak aktif dari semalam.
Quen keluar dari kamarnya, dengan wajah yang begitu fresh selesai habis mandi, rambutnya belum ia sisir, ia hanya menggunakan baju kaos putih berukuran besar yang menutupi hingga atas lututnya.
"Ayo sarapan!" ajak Alena sambil mengambilkan Quen roti beserta selai strawberry ia juga meletakkan segelas susu hangat.
Quen mengigit potongan roti itu sedikit demi sedikit.
"Ibumu semalam menelponku, karena semalam ponselmu juga tidak aktif kan," ujar Alena ragu-ragu.
"Untuk apa?" tanya Quen datar tanpa mengehentikan kunyahan di mulutnya.
"Kabarnya kakakmu sudah kembali," jawab Alena.
Quen seketika menghentikan acara makannya.
Kakak?
Yang benar saja?
Mungkin seperti itu pikir Quen sebelum mengambil susu hangat di depannya.
"Oooh, aku lupa kalau aku punya kakak," jawab Quen kembali menaruh gelasnya.
Sedangkan Alena tak ingin melanjutkan lagi, apalagi membahas tentang keluarga Quen, terutama kakaknya Xander.
Seperti biasa, Quen sudah berada di lokasi syuting, namun yang membuatnya heran sudah jam begini kenapa sutradara Jeno belum muncul juga, dan para staf kenapa sangat sedikit tak seperti biasanya.
"Ka, apa terjadi sesuatu?" tanya Quen merasa kebingungan dengan keadaan yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ria Zia Datul Aeni
wow dia punya kakak 😲
2024-02-11
1