chapter 13

Suasana tegang menyelimuti ruang tamu Bu Ida, dan percakapan masih berlangsung.

"Ais maafkan Mama nak, selama ini papa mu tidak mentransfer uang untuk mu dan adik mu, Mama terpaksa berbohong agar kamu dan Dzikri bisa sekolah dengan semangat dan tenang. Sebenar nya papa mu tidak mau membiayai kuliah mu, dia terpaksa menyanggupi karena mama yang memaksa nya. Maafkan Mama nak" ucap Bu Ida dengan terisak.

Tapi kenyataan ini memang benar ada nya, selama ini Bu Ida berjuang sendiri untuk

membiayai hidup anak-anak nya. Papa Aisya terpaksa menyetujui untuk membiayai kuliah Aisya karena Bu Ida memaksa nya, tapi soal hutang kepada keluarga Raka tentu saja itu bohong.

"Cukup mah jangan dilanjutkan, ini sangat memalukan apalagi di depan orang lain seperti ini, Ais akan bekerja saja untuk bisa melunasi semua hutang kita, tapi tidak dengan menikah dengan Mas Raka" ucap Aisya berusaha menahan tangis nya.

"Ais jangan seperti itu nak, Mama lakukan ini buat yang terbaik untuk kamu, kamu akan tetap melanjutkan kuliah dan akan selalu dekat dengan Mamah" ucap Bu Ida sambil menangis.

"Tapi Ais merasa di jual kalau seperti ini, Ais sudah tidak punya harga diri lagi mah" ucap Ais dengan tatapan kosong.

Kali ini Raka yang berbicara.

"Ais terlepas dari semua urusan hutang, aku melamar mu karena aku sangat mencintaimu, aku bahkan tidak peduli dengan semua hutang itu" ucap Raka.

"Hentikan omong kosong mu itu Mas, kamu sama sekali tidak pantas mengatakan hal itu setelah apa yang kamu perbuat dulu sama aku" ucap Aisya menatap Raka tajam.

"Aku tau itu aku minta maaf, sungguh aku menyesal sekali, aku ingin memperbaiki dan menebus semua kesalahan ku Ais" Ucap Raka dengan wajah memelas.

"Aku sudah memaafkan mu, tapi aku tidak mau mengenal mu lagi Mas, tolong beri aku waktu untuk bisa bekerja dan melunasi hutang ku" ucap Aisya dengan tegas.

Bu Ida kini membentak anak nya yang sudah keterlaluan.

"Ais apa maksud kamu dulu kalian pacaran? jadi selama ini kamu membohongi mamah hah?" Ucap Bu Ida dengan nada tinggi.

"Ma-maafkan Ais mah, dulu Ais memang pacaran tapi Ais gak pernah sedikitpun bersentuhan sama Mas Raka mah maaf" ucap Aisya menunduk ketakutan.

"Cukup Aisya ini mungkin hukuman buat kamu yang sudah membohongi Mamah. Meskipun kamu tidak bersentuhan atau apapun itu kalian tetap pacaran, jadi mamah putuskan kamu harus menikah dengan Raka" ucap Bu Ida dengan sedikit emosi karena merasa dibohongi.

Bagi nya aturan itu harus di taati, apalagi ini menyangkut Agama tidak boleh berpacaran dalam Syariat Islam.

"Ma tolong jangan seperti ini, Ais tidak mau" Jawab Aisya menangis.

"Cukup Ais kalau kamu tetap membantah kamu bukan anak Mama lagi" Ucap Bu Ida mengancam.

"Mah" Ucap Aisya memelas

"Baiklah nak Raka segera tentukan tanggal pernikahan nya kapan" Ucap Bu Ida tidak memperdulikan Aisya.

"Saya sudah menentukan nya Bu, bagaimana kalau dua minggu lagi? semua persiapan dan apapun itu saya yang urus, Ibu dan Aisya hanya perlu mempersiapkan diri saja" Ucap Raka dengan enteng nya.

"Oh begitu ya, Ibu tidak menyangka kamu sudah mempersiapkan semua nya, Baiklah kalau begitu Ibu setuju" Ucap Bu Ida.

"A-apa? Dua minggu lagi? ini terlalu cepat, tolong jangan seperti ini" Ucap Aisya dengan menangis tersedu-sedu.

"Ais semua tetap sama kapan pun waktu nya lebih cepat lebih baik" Ucap Raka mantap.

"Iya kamu jangan banyak membantah sekarang" Ucap Bu Ida tegas kepada Aisya.

"Baiklah lakukan semua yang kalian mau, kalian semua jahat dan keterlaluan" Ucap Aisya dengan terisak lalu pergi ke kamar nya meninggalkan mereka.

Aisya merasakan sesak di dadanya, hatinya hancur bahkan mimpi dan cita-cita nya ikut hancur berserakan di dalam benak nya.

Semua keceriaan semua angan dan rencana yang telah dia susun dari awal kini hanya bayangan yang tak dapat disentuh dan dirasakan nya.

Aisya menangis dengan keras ditutup dengan bantal agar suara nya tidak terdengar.

Kenyataan pahit harus menikah dengan orang yang sangat dia benci selama ini dan kenyataan menyakitkan tentang fakta tentang ayah nya yang tidak menyayangi nya.

Sungguh semua itu adalah mimpi buruk selama hidup Aisya.

Sementara di ruang tamu, Bu Ida dan yang lain nya masih membicarakan tentang rencana pernikahan.

"Sudah biarkan saja dia sendiri dulu" Ucap Bu Ida.

"Maafkan saya Bu semua jadi seperti ini tapi saya benar-benar akan melakukan yang terbaik untuk Ais Bu Saya berjanji" Ucap Raka menyesal dan berusaha meyakinkan kembali.

"Ibu pegang janji mu nak, tapi bagaimana acara pernikahan akan dilaksanakan seperti apa?" Tanya Bu Ida.

"Saya akan urus dan pesta nya akan semeriah mungkin Bu, karena buat saya moment ini adalah sekali seumur hidup dan masih banyak hal lain yang saya fikirkan" Ucap Raka.

"Oh begitu nak Raka ya sudah Ibu ikut saja" timpal Bu Ida.

"Iya Bu hal lain nya pun Ibu tidak perlu khawatir, undangan pun nanti tinggal saya kirim untuk Ibu bagikan kepada siapa saja yang akan Ibu undang" Ucap Raka.

"Baiklah nak" Ucap Bu Ida.

"Kalau begitu kami pamit pulang dulu ya Bu nanti saya kembali lagi" ucap Raka.

"Oh iya silahkan" jawab Bu Ida.

Semua nya pamit pulang, Raka dan kedua Orang tuanya langsung pulang kerumah nya.

Mita dan Riyan pun demikian.

Setelah mengantar Orang tua nya pulang ke rumah, Raka pergi lagi untuk mengurus pernikahan nya.

Sedangkan Aisya terus saja menangis di kamar nya sampai dia terlelap tidur.

Aisya berharap ini semua hanya mimpi, berharap setelah bangun dia akan hidup dengan normal seperti biasa nya.

Sudah hampir 2 jam Aisya tertidur. Dering handphone nya membangunkan Aisya yang tengah terlelap.

Dengan kepala berat Aisya terbangun dan berusaha duduk mengumpulkan seluruh nyawa nya.

Lalu dia mengambil handphone di sebelah nya, ada panggilan masuk dari Mela teman nya.

"Hallo" Aisya menjawab telpon dengan suara serak nya.

"Hallo Assalamu'alaikum Sya, kamu lagi ngapain? apa acara nya sudah selesai?" Ucap Mela bertanya tanpa jeda.

Aisya berusaha mengingat kejadian tadi dan hati nya kembali terasa sesak.

Ternyata semua itu bukan mimpi Aisya memegang dada nya dan kembali menangis.

Dimatikan nya telpon tanpa berbicara sedikitpun.

Dari luar terdengar ketukan pintu, Mama nya memanggil Aisya untuk keluar dan makan.

Tapi Aisya tidak menjawab dan semakin menangis, matanya sudah terlihat bengkak.

Terimakasih lagi dan lagi untuk kalian semua😍

Dukungan kalian sangat berarti buat ku, tinggalkan jejak Like, komentar, rate 5 ya🙏

Salam sehat dan bahagia untuk kalian semua🥰😘

Terpopuler

Comments

𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏

𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏

boom like

2022-04-18

2

𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏

𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏

lanjut An

2022-04-18

2

𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏

𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏

Semangat An

2022-04-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!