Pukul 7 malam, Puput masih bergelut dengan laptop di depannya, dia mengerjakan tugas kuliahnya setelah tadi menyelesaikan berbagai dokumen kafe dan beberapa dokumen perusahaan untuk membantu papanya.
Puput memang lebih sering menyelesaikan tugas kuliahnya di kafenya, dia tidak mau membawa pekerjaan apa pun ke rumahnya karena dia mau jika sampai di rumahnya itu, waktunya untuk family time, bersantai, sekaligus merawat tanaman-tanaman kesayangannya.
🎶🎶🎶
Put your hand in mine
You know that I want to be with you all the time
You know that I won’t stop until I make mine
You know that I won’t stop until I make mine
Until I make you mine
🎶🎶🎶
Mendengar ponselnya berbunyi, ia langsung mencari ponselnya yang berada di bawah tumpukan kertas-kertas yang belum dirapikannya.
“Assalamualikum, Mah,” sapanya setelah mengangkat telfon dari sang mama.
“Waalaikumsalam, Sayang. Kamu lagi di kafe ya, Nak ?”
“Iya, Man. Ais masih di kafe.”
“Kira-kira masih lama ga, Sayang selesainya ?”
“Ga kok, Mah ini tinggal 1 nomor. Ais lagi ngerjain tugas kampus, Mah kalau berkas-berkas kafe sama perusahaan udah semua. Ada apa ya, Mah ?” tanya Ais pada mamanya karena ia merasa ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan mamanya.
“Ga ada apa apa kok, Sayang, kalau begitu mama sama papa nunggu kamu ya, biar kita makan malam bareng.”
“Mama sama papa makan aja duluan, kasian nanti kalian sakit apalagi papa, kasian, Mah papa kan pasti capek habis pulang kerja,biar nanti Ais makan di sini aja, Mah,” jawabnya merasa tidak enak jika mama dan papanya harus menunggunya untuk makan malam.
“Gapapa, Sayang. Justru papa kamu yang ingin makan malam bareng-bareng sama kamu juga.”
“Oh ya udah deh, Mah Ais pulang sekarang ya.”
“Bukannya tugas kamu masih ada satu nomor ya, kamu kerja itu aja dulu, Sayang lagian papa juga masih ada katanya yang mau dia kerjain dulu.”
“Tapi, Mah...”
“Udah, Sayang kamu selesain aja dulu, ga baik loh nunda-nunda kerjaan, apalagi itu tinggal satu nomor.”
“Ya udah deh, Mah maaf ya Ais bikin kalian nunggu.”
“it’s oke, Sayang. Kamu kek sama siapa aja.”
“Hehehe iya, Mah. Ais tutup dulu ya telfonnya, Mah. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam warahmatullah.”
Puput segera menyelesaikan tugasnya setelah menutup telfon dari mamanya karena dia tidak mau membuat mama dan papanya menunggunya terlalu lama.
🌸🌸🌸
Saat ini Puput dan kedua orang tuanya telah berada di ruang makan.
“Maaf ya, Mah, Pah, Ais buat kalian nunggu.”
“Kan mama udah bilang ga apa apa, Sayang. Udah ah ga usah merasa ga enak gitu, ini mama udah masakin makanan kesukaan kamu, makan yang banyak, Sayang. Kamu pasti capek banget, Sayang tadi malam baru sampai dari luar negeri terus sekarang kamu lembur sampai malam.”
“Ga kok, Mah. Ais enjoy aja, lagian tadi Ais sempet jalan-jalan dulu ke mall sama temen-temen Ais.”
“Iya, Sayang. Sekali-kali kamu memang harus refresh diri kamu agar kamu tidak penat,” kata Pak Dana.
“Iya, Pah. Makasih ya karena selama ini kalian selalu mengerti dan support Ais.”
Mereka terus melanjutkan makannya sambil berbincang. Dan setelah selesai makan mereka pindah ke ruang keluarga.
Awalnya Ais mau mencuci piringnya karena memang dia sudah terbiasa mencuci piring setelah makan walaupun banyak pembantu di rumahnya. Tapi kedua orang tuanya melarangnya, karena kasian melihat putri mereka yang sudah banyak bekerja di usianya yang masih muda, terlebih lagi ada suatu hal penting yang ingin mereka sampaikan.
“Sayang ada hal penting yang ingin papa sampaikan,” ucap Pak Dana mengawali pembicaraan.
“Apa, Pah ?” tanya Puput yang kini menatap serius kepada papanya.
“Kamu sini dulu, Sayang !” pinta Pak Dana menepuk sofa antara dirinya dengan sang istri, bermaksud menyuruh sang putri untuk duduk di tempat tersebut.
Mengerti maksud papanya, Puput pun langsung pindah di tempat yang disuruhkan.
Pak Dana langsung memeluk putrinya dari samping dengan posisi ia masih bersandar di sofa, Puput yang mendapat perlakuan seperti itu dari papanya langsung membalas melingkarkan tangannya di perut papanya dan menempatkan kepalanya di dada laki-laki yang merupakan cinta pertamanya itu. Bu Amrah hanya tersenyum melihat anak dan suaminya itu.
“Apa yang terjadi, Pah ?”
“Sebelum papa bilang, kamu harus janji dulu ya, Sayang semarah apapun, sekecewa apa pun nanti kamu sama papa, jangan pernah mendiami papa ya, Sayang, apalagi menjauhi papa,” suara berat Pak Dana yang mulai menitikkan air matanya.
“Ya Allah, Pah. Kok ngomongnya gitu, Ais janji , Pan semarah dan sekecewa apa pun Ais sama, Mama ataupun Papa, Ais ga akan pernah ngelakuin itu, Pah Ais ga bisa dan ga akan pernah bisa, Ais sayang banget sama kalian, Mah, Pah,” ucap Puput yang juga kini telah menitikkan air matanya.
Bu Amrah melihat itu pun sudah tak dapat lagi membendung air matanya, iya ikut memeluk putri kesayangannya itu.
“Kami juga sayang sama kamu, Sayang,” ucap Pak Dana dan Bu Amrah.
“Emang apa sih, Pah yang mengganjal di hati, Pala ? Bilang aja, Pah Ais bakal dengerin,” ucap Ais seraya mendongakkan kepalanya menatap papanya.
Pak Dana melepas pelukannya, begitu pun dengan Bu Amrah. Pak Dana lalu memegang kedua tangan putrinya dan menatapnya dalam-dalam. Ada rasa khawatir yang dalam melihat wajah putinya.
“Begini, Sayang, papa dan sahabat papa waktu kuliah dulu, kami berjanji untuk memperkuat persahabatan kami, maka kami berjanji jika anak kami berbeda jenis maka kami akan menjodohkannya dan kebetulan anak temen papa itu laki-laki, Sayang, itu artinya kami akan menjodohkannya sama kamu," ucap Pak Dana dengan lembut.
"Tadi waktu di kantor temen papa itu sms papa, Sayang dia bilang sekarang dia dan istrinya sudah berada di Indonesia untuk menemuimu, dia menagih janji papa, Sayang,” sambungnya lagi
“Papa tau, kamu pasti kecewa sama papa, Sayang, kamu pasti pikir papa egois, kamu sudah merelakan masa mudamu untuk membantu papa, apapun yang papa mama mau kamu selalu turutin, dan sekarang papa mengatur pasangan kamu bahkan sebelum kamu lahir, Sayang," ucapnya lagi dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tapi papa janji jika kamu tidak setuju untuk dijodohkan dengan anak temen papa itu, papa pasti terima, Sayang. Papa akan memberi pengertian sama temen papa, asalkan besok malam kamu jangan nolak yah ketemu sama temen papa, Sayang,” lanjutnya yang kini kembali berurai air mata.
Ada rasa tak tega jika harus memaksa putri semata wayangnya itu untuk menikah dengan anak temannya itu, walaupun ia yakin bahwa temannya itu pasti mendidik putranya dengan baik. Tapi dia tidak bisa jika harus memaksa putrinya.
Pak Dana akan mempertemukan mereka, setelahnya ia berjanji apa pun keputusan putrinya ia akan mendukungnya, walaupun harus berdebat dengan sang sahabat, menurutnya putrinya itu segalanya, kebahagiaannya itu bergantung pada kebahagiaan putrinya.
🌸🌸🌸
Bagaimana kira-kira respon Puput yah 🤔
DON'T FORGET TO LIKE, COMMENT, AND VOTE 💕
🌹HAPPY READING🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Little Peony
Next next Thor
2020-10-24
0
𝑵𝒂𝒂𝑬𝒓𝒏𝒂𝒂02
Jempol lagi
2020-09-08
0
Mia Poei
aku hadir lagi kak
2020-09-02
0