" ayolah, sebelum aku lupa diri," ujar Nicholas dengan suara serak. gairah membuat suara pria itu terdengar berat.
Reggie masih terpesona saat Nicholas membantunya turun dari kereta kuda, dan membimbingnya menuju rumah pamannya.
" sebaiknya anda tidak mengantar hingga ke depan pintu," bisik Reggie.
lampu di dalam rumah masih terang benderang, dan Reggie bisa membayangkan pintu itu terbuka dan Tony muncul menantang Nicholas Eden dengan senapan di tangannya.
" kau sama sekali tidak perlu menemaniku," ucap Reggie lagi.
" sayangku, reputasiku dengan wanita memang kurang bagus, tapi tidak pernah ada seorang pun yang mengatakan bahwa aku bukanlah seorang pria sejati. dan pria sejati harus mengantar wanita hingga ke depan pintu," kata Nicholas tegas.
" omong kosong! kau akan menjadi seorang pria sejati jika memang itu yang kau inginkan. dan sekarang kau memilih untuk bersikap kerasa kepala," kata Reggie.
Nicholas tertawa dengan sikap Reggie yang sangat terus terang.
" apakah kau mengkhawatirkan keselamatan ku," tanya Nicholas pelan.
" itu benar sekali. sebenarnya Tony adalah pria yang baik, tapi ada saat saat tertentu, dimana dia tidak bisa mengontrol emosinya. dia tidak boleh bertemu denganmu sampai aku menjelaskan bahwa tidak ada yang terjadi kepadaku malam ini," kata Reggie tegas.
Nicholas berhenti dan memutar tubuh Reggie agar menghadap ke arahnya.
" jika dia memang memiliki tabiat seburuk itu, maka aku tidak bisa membiarkanmu menghadapinya sendirian," kata Nicholas yang malah mencemaskannya..
pria itu berpikir untuk melindunginya dari Tony. Reggie ingin sekali tertawa mendengarnya, tapi ia mencoba menahannya.
" anda harus mengerti seperti apa hubungan kami, dengan begitu anda akan tahu bahwa saya adalah orang terkahir di dunia ini yang merasa perlu untuk takut kepadanya. hubungan kami sangat dekat, bahkan terlalu dekat, hingga dia rela untuk mengubah total kebiasaan dan hidupnya agar saya di izinkan tinggal bersamanya. dia melakukan segalanya untuk saya, bahkan dia rela absen dalam perburuan wanita selama berbulan bulan pada saat saya datang. anda seharusnya bisa menyimpulkannya dari situ," jelas Reggie dengan tenang.
Nicholas membimbingnya untuk melanjutkan perjalanan,
" aku mengerti maksudmu. meskipun begitu, selalu ada alasan di balik semua tindakanku, dan aku harus mengantarmu hingga ke depan pintu," kata Nicholas sambil menyeringai.
Reggie berusaha memprotes sikap Nicholas lagi, tapi mereka sudah sampai di depan rumah Tony. Reggie merasa tegang, berdo'a agar tidak ada yang mendengar kedatangan mereka, dan pintu itu tidak terbuka. Reggie berbalik menghadap Nicholas, seraya berbisik.
" alasan apa yang membuat anda....?" bisik Reggie.
tapi Nicholas menyelanya dengan nakal.
" kau lihat, aku kini memiliki alasan lain untuk memberimu ciuman selamat malam," ucap Nicholas lagi.
Nicholas memerangkap Reggie ke dalam pelukannya, dan kepalanya menunduk untuk mencium bibir Reggie. kali ini, ciuman itu penuh gairah, panas dan menuntut, sehingga membuat Reggie luluh dan membalasnya. tidak ada hal yang di perdulikannya saat ini. pada saat itu, Reggie sepenuhnya menjadi milik Nicholas.
Nicholas mengakhiri ciuman itu dengan enggan, karena gairah masih meliputi dirinya. Nicholas dengan lembut menjauhkan Reggie darinya, tanpa benar benar melepaskannya. tangannya masih mencengkram bahu Reggie.
Nicholas menahan tubuh Reggie sejauh mungkin napasnya terasa berat, matanya berkilat kilat.
" aku menginginkanmu, Reginaku yang manis. jangan membuatku menunggu terlalu lama, sebelum kau mengakui bahwa kau juga menginginkanku," kata Nicholas pelan.
Reggie membutuhkan waktu beberapa saat sebelum menyadari bahwa Nicholas sudah melepaskannya dan mulai berjalan menjauh. ia nyaris saja tidak bisa menahan diri untuk mengejarnya, tapi sekuat tenaga ia berhasil mengendalikan diri. tidak mudah memang. jantungnya berpacu dengan keras dan kakinya gemetar hebat.
( kendalikan dirimu Reggie,) tegasnya pada dirinya sendiri.
( kau sudah menikmati ciuman pria itu tadi,) batin Reggie lagi. tapi, ah, kenikmatannya terasa berbeda.
Reggie menunggu sampai ia melihat Nicholas melangkahkan kaki ke atas kereta kuda sebelum ia sendiri membuka pintu, dan masuk ke dalamnya. ruang depan dan lorong terlihat terang benderang, dan syukurlah tidak ada seorang pun di sana. pintu ruang kerja sekaligus perpustakaan tempat Tony biasa berada tampak terbuka dan cahaya terpancar keluar dari sana. Reggie melangkah berlahan ke sana, berharap Tony ada di sana, tanpa harus keluar menyusuri setiap petak kota London untuk mencarinya.
ternyata Tony memang ada di sana, duduk di belakang meja, dengan kedua tangan menyangka kepalanya. jari jarinya mencengkram rambutnya yang hitam lebat, seolah ingin menariknya dengan keras. sebotol brandi dan gelas berada di depannya.
ekspresi mata Tony terlihat sayu dan membuat Reggie sedih. ada perasaan bersalah yang menguasai dirinya. ketika ia mengalami saat saat termanis dalam hidupnya, orang yang paling berarti di dalam hidupnya justru menderita karena mengkhawatirkannya. dan Reggie bahkan tidak bergegas pulang ke rumah Tony. ia justru mengulur waktu dan menikmati setiap detik yang di habiskannya bersama dengan Nicholas. mengapa ia sampai bersikap seegois itu?
" Tony," panggilnya.
Tony menengadahkan kepalanya karena kaget. kemudian ekspresinya melembut dan terlihat sangat lega.
ia bergegas menghampiri Reggie, dan memeluknya dengan erat, terlalu erat bahkan hingga Reggie berpikir tulangnya akan remuk.
" ya tuhan, Reggie, aku nyaris mati karena khawatir! aku belum pernah merasa setakut itu, sejak Jeremy membawamu pergi bersamanya ke.... yah, lupakan saja masalah itu sekarang," Tony meregang kan pelukannya, agar bisa melihat Reggie dengan seksama.
" apakah kau baik baik saja? apakah kau terluka," tanya Anthony cemas.
" aku baik baik saja, Tony, sungguh," jawab Reggie pelan.
memang Reggie terlihat baik baik saja. tidak ada sedikit pun sobekan di gaunnya, rambutnya juga masih tertata rapi. tapi Reggie menghilang hampir tiga jam, dan ia sudah membayangkan hal hal buruk terjadi kepadanya.
" hal pertama yang akan kulakukan besok pagi adalah membunuh pria itu, begitu aku mengetahui dimana rumahnya," kata Anthony marah.
( jadi, itu alasan Tony belum mendobrak pintu rumah Nicholas,) pikir Reggie.
" semua ini hanya kesalahpahaman, Tony," jelas Reggie.
" hanya kesalahan kecil yang.......,"
" aku tahu semua itu kesalahan, Reggie. kusir kereta kudamu yang bodoh itu sudah meyakinkan aku tentang hal itu. dia terus bersikeras bahwa Montieth akan membawa mu pulang sebentar lagi, karena pria itu salah mengenali orang dia dan lady Eddington adalah, ah.... mereka adalah....yah, aku rasa kau tahu apa maksudku. oh, aku tidak perduli dengan semua itu," kata Anthony menjelaskan dengan kesal dan salah tingkah.
" iya," Reggie menyeringai melihat pamannya salah tingkah.
" aku tahu apa maksudmu," kemudian Reggie merangkul pamannya untuk menenangkan.
" pria malang itu menyangka kau dan....," kata Reggie mencoba memberi tahu pamannya.
" jangan membelanya! dan tidak ada kata maaf untuknya," kata Nicholas menyela.
" tapi bisakah kau membayangkan seperti apa ekspresi wajahnya ketika itu, Tony, saat dia sadar telah menculik wanita yang salah," Reggie terkikik geli.
" oh, aku berharap bisa melihat wajahnya saat itu," ucap Reggie lagi.
Anthony mengerutkan dahi.
" bagaimana bisa kau tidak melihat wajahnya," tanya Nicholas aneh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments