Keputusasaan Jaksel - 2

Wyvern!

Jaksel kesulitan untuk mempercayai apa yang tengah disaksikan oleh matanya. Jaksel mengedipkan mata berulang kali. Barangkali karena situasi yang gelap gulita matanya salah menggambarkan suatu objek. Atau mungkin dirinya tengah berhalusinasi karena terlalu lelah menghadapi kesialan beruntun hari ini.

Namun, ketika makhluk mengerikan itu membuka mulutnya dan menyemburkan api ke seluruh area di sekelilingnya, Jaksel yakin jika dia tidak sedang berhalusinasi.

Semuanya terbakar. Rumah kayunya pun bukanlah pengecualian. Sesaat yang dapat Jaksel lihat hanyalah kobaran api sejauh mata memandang.

Wyvern itu kembali mengeluarkan suara yang Jaksel rasa dapat memecahkan gendang telinganya jika saja makhluk itu tidak kembali terbang di angkasa.

Jaksel tidak tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi. Jaksel juga sama sekali tak mengerti bagaimana makhluk mengerikan semacam itu berkeliaran dengan bebas di dunia. Tidak, sebenarnya yang Jaksel tidak pahami ialah bagaimana mungkin makhluk ganas yang mampu menciptakan lautan api di muka bumi dalam sepersekian detik benar-benar ada di dunia ini? Bukankah sesuatu seperti itu merupakan kemustahilan?

KRAAK!!

Pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di kepalanya itu berhenti ketika mendadak sisa-sisa dari kayu yang sebelumnya menjadi fondasi bangunan rumahnya kembali runtuh. Masalah terbesarnya adalah api yang dibawa oleh kayu itu menyebar dengan cepat sebelum akhirnya melahap puing-puing bangunan rumah kayu itu.

"NENEK!!" teriak Jaksel melihat api yang berkobar di depannya membakar tubuh sang nenek.

Jaksel ingin beranjak dari posisinya. Tapi, salah satu kakinya yang tertimpa rak buku menyulitkannya bergerak. Meski demikian, lelaki dengan usia enam belas tahun itu tidak juga menyerah.

Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Jaksel tak yakin jika dia dapat menyingkirkan rak buku yang setengah terbakar itu dari kakinya. Keraguan itu semakin menguat kala api semakin mendekati tubuhnya. Melihat besarnya kobaran api yang mengelilinginya, Jaksel tahu jika selanjutnya api itu akan segera melahap tubuhnya. Menelannya sebelum membawanya menuju kematian.

Tetaplah hidup, Jaksel ...

Kalimat terakhir yang sekali lagi berputar dalam benaknya membuat Jaksel tak ingin menyerah begitu saja. Jadi, diiringi dengan air mata yang tak henti bercucuran serta rasa sakit tak terhankan di raga sekaligus jiwanya, Jaksel berteriak.

"AKU AKAN BERJUANG, NENEK! BAGAIMANA PUN CARANYA, JAKSEL AKAN TETAP HIDUP DAN MEMBALASKAN DENDAM HIDUP INI, SEKALIPUN HARUS MELAWAN KEMATIAN!!"

Dan inilah awal tragis dari kisah bangkitnya sang pecundang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kegelapan yang begitu pekat memenuhi pandangan Jaksel. Lelaki itu mengedarkan pandangan. Tapi, tidak ada apa pun yang dapat dilihatnya selain kegelapan.

Tepatnya hanya ada dirinya seorang dalam kegelapan itu.

Menjadi hal yang wajar bagi Jaksel untuk mempertanyakan di mana dirinya saat ini. Tapi, itu bukanlah pertanyaan pertama yang melintas dalam pikiran Jaksel. Justru pertanyaan pertama yang Jaksel tanyakan ialah,

"Apa aku telah mengalami kematian?"

Jaksel tidak dapat benar-benar mengingat apa yang telah terjadi padanya. Seingatnya, dirinya telah berhasil merangkak keluar dari rumah kayunya yang terbakar. Namun, tidak dapat dipungkiri jika saat itu api telah membalut tubuhnya sewaktu Jaksel merangkak menuju halaman rumahnya.

Setelah itu, Jaksel tidak dapat mengingat apa pun lagi selain rasa panas membara yang menggerogoti setiap bagian dari tubuhnya, tak terkecuali dengan organ tubuhnya.

"Jadi, aku sungguh telah tiada, 'kan?"

Akhirnya tidak ada lagi kehidupan untuknya. Kematiannya telah tiba.

Entah bagaimana ada sedikit kelegaan dalam diri Jaksel saat memikirkan hal itu. Setidaknya dirinya telah berjuang sebelum kematiannya datang.

"Kau yakin ingin mati begitu saja sebelum kau membalaskan dendammu?"

Suara itu mengejutkan Jaksel. Lelaki itu menatap sekelilingnya. Tapi, sekali lagi, tidak ada apa pun selain kegelapan yang mengelilinginya.

"Jaksel kau telah membiarkan nenekmu mati dalam kesia-siaan dan sekarang kau juga mengharapkan dirimu untuk mati dibandingkan kembali hidup?"

"Siapa kau?!" 

Suara itu tidak menjawab pertanyannya.

"Kau tidak pernah menginginkan hidupmu. Tidak pernah sekali pun kau sungguh mengharapkannya."

"Kau tidak tahu apa pun." Jaksel membalas suara itu dengan suara yang dipenuhi kebencian.

"Kematian adalah satu-satunya harapanmu. Tidak pernah satu detik pun terlewatkan bagimu selain mengharapkan kematian datang padamu."

"Diam!"

"Kau tidak pernah merasa bersalah, bukan? Bersalah karena telah mengacaukan keharmonisan keluargamu, bersalah setelah merusak kehidupan temanmu, bahkan ...

"... apa kau pernah memiliki perasaan bersalah pada nenekmu? Kau tidak dapat mengubah fakta bahwa kaulah penyebab kematian nenekmu, Jaksel."

"TIDAK! AKU TIDAK PERNAH MEMBUNUH NENEK!! BUKAN AKU-"

"Jaksel, kau memang bukanlah pelaku yang telah melukai nenekmu. Tapi, kau harus ingat jika nenekmu terluka karena dirimu. Dengan kata lain, kaulah yang sebenarnya membawa kematian untuk nenekmu."

"LALU, AKU HARUS BAGAIMANA?!! KAU PIKIR AKU MENGINGINKAN NENEKKU TERLUKA? AKU TIDAK PERNAH MENGINGINKAN NENEKKU TERLUKA-"

"Memangnya kenapa? Faktanya nenekmu telah tiada dan sampai detik ini pun kau tidak pernah merenungkan kesalahanmu. Tidak pula sedikit pun kau bersyukur atas kesempatan hidup yang telah diberikan oleh untukmu."

"Hanya kematian yang kau inginkan. Jadi, berhentilah berpura-pura mengharapkan dirimu untuk kembali hidup."

"Akan lebih baik untukmu pergi menuju alam baka saat ini juga. Tapi, ada baiknya kau tahu bagaimana kehidupan yang akan terjadi di masa depan setelah kau membuang kesempatanmu untuk kembali hidup di dunia."

Mendadak sebuah layar muncul di hadapan Jaksel. Layar itu menampilkan tiga sosok gadis berseragam sekolah yang tengah duduk di atas bangku kelas. Jaksel tidak dapat mengenali ketiga gadis dengan dandanan tebal yang bergaya sombong itu. Namun, Jaksel tahu persis sosok gadis lain yang tengah berlutut di hadapan ketiga gadis itu.

"Alsa?" ucap Jaksel tak yakin dengan wajah terkejut.

"KAU LAMBAT SEKALI! APA KAU SENGAJA MELAMBATKAN JALANMU DAN MEMBUATKU MATI KELAPARAN?!!"

"Ti-tidak, Na- AAAKKH!"

"TUTUP MULUTMU! BERANI SEKALI KAU BERTERIAK DI HADAPANKU?!!"

"... Hiks ... Hiks ..."

Alsa tampak menahan jeritannya. Tapi, begitu gadis blonde menginjak punggung tangannya dengan sepatu heels, Alsa tidak dapat lagi menahan jeritannya. Namun, tepat ketika Alsa menjerit gadis lain menampar wajahnya dengan sangat keras hingga bagian wajah yang ditampar itu berwarna merah. Sementara itu, gadis lainnya masih menarik rambutnya dengan kencang. Ketiga gadis itu terlihat menikmati perbuatan mereka. Mengabaikan Alsa yang tak berhenti menjerit dan memohon ampun.

"Hentikan!" Jaksel berteriak. Teriakannya makin histeris kala adegan ketika ketiga gadis itu mengulangi perbuatan bully yang mereka lakukan pada Alsa kembali berputar ulang. Menginjak punggung tangan, menampar, dan menjambak rambut gadis itu.

"Aku ingin mengucapkan terima kasih pada Kak Jaksel."

"Terima kasih untuk apa?"

"Karena Kak Jaksel telah bersedia menjadi kakakku. Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya mendapat perlindungan, perhatian juga kasih sayang dari orang lain selain nenek. Tapi, berkat Kak Jaksel aku dapat mengetahui semua perasaan itu."

"Hiks ... Maafkan aku, Alsa ... Maafkan aku ..." gumam Jaksel di tengah-tengah isak tangisnya. Terdapat sekelumit perasaan bersalah dalam diri Jaksel. Namun, tak dapat dipungkiri jika Jaksel masih tak memiliki keinginan untuk kembali pada kehidupannya.

Tak lama kemudian, layar itu menampilkan adegan lain. Sekarang Jaksel tidak lagi melihat sosok Alsa yang menjerit dan menangis. Sebagai gantinya, Jaksel melihat sosok lelaki yang tampak sangat familiar di matanya.

"Ro-Roland?!" ucap Jaksel menatap tak percaya pada sosok yang saat ini ditampilkan oleh layar.

Terpopuler

Comments

sarah arissa

sarah arissa

aku juga berpikir hal yang sama sel 🤣🤣 kucing vampir wkwk

2024-02-14

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!