Rasa penasaran yang membuncah membuat Kala kembali lagi ke Be Bread! Pada keesokan paginya, sebelum ia berangkat ke kantor. Ia tersenyum senang melihat toko itu masih sepi pengunjung, ia hanya melihat para pegawai sedang merapihkan toko.
"Selamat datang," sapa salah seorang pelayan ketika Kala masuk toko, ia bergegas menghampiri Kala. "Maaf toko kami belum buka, jadi stok roti yang baru tersedia hanya ada beberapa saja..."
"Tidak... Tidak masalah. Aku beli yang sudah ready saja," ucap Kala sembari melihat sekeliling. "Tolong bungkus semua roti yang sudah tersedia di sini!" ia berjalan menuju meja kasir, mata terus mencari sosok jelmaan kancil yang memang menjadi tujuan utamanya datang ke Be Bread!
"Total semua belanjaannya jadi empat ratus tiga puluh lima ribu rupiah," ucap seorang wanita muda yang berdiri di belakang meja kasir.
Kala langsung mengeluarkan uang seratus ribuan sebanyak lima lembar dari dompetnya, ia sedikit mencondongkan tubuhnya ketika menyerahkan uang tersebut. "Mbak, aku mau tanya," ucapnya dengan nada menyelidik. "Dimana pegawai yang berambut hitam, panjangnya sebahu, dan tingginya segini," Kala menunjuk pada bahunya.
Wanita itu berpikir sejenak, sembari menyerahkan struk pembayaran dan uang kembalian pada Kala. "Tidak usah. Kembaliannya Mbak ambil saja," ucap Kala. "Bagaimana Mbak? Dimana pegawai itu sekarang? Apa dia bekerja di bagian dapur? Aku ingin bertemu dengannya." ia menoleh ke arah pintu belakang.
Wanita itu tersenyum, ia seperti baru teringat sesuatu. "Ahhh, iya. Di belakang memang ada pegawai yang tidak mengenakan hijab, tapi rambunya agak sedikit pirang karena dia mewarnainya. Sebentar, aku akan memanggilnya."
Wanita itu berlalu meninggalkan Kala, dan kembali dengan wanita berambut pirang. Tentu saja bukan dia orang yang di maksud Kala. "Bukan dia," ucap Kala sembari menggelengkan kepalanya. "Wanita berambut hitam yang menambrakku di pintu masuk dua hari yang lalu, dia juga memakai seragam yang sama seperti kalian."
"Tapi satu-satunya pegawai di sini yang tidak mengenakan hijab hanya dia," ucap sang pegawai kasir, dan di benarkan oleh si wanita berambut pirang.
Sang pegawai kasir kembali ke tempatnya, sementara temannya yang berambut pirang kembali ke dapur. "Aku harus memasukan kue ke oven, permisi."
"Demi Tuhan aku sangat yakin sekali jika dua hari yang lalu aku bertabrakan dengan pegawai berrambut hitam." Kala mengedarkan pandangannya ke langit-langit toko. "Bagaimana jika kita cek CCTV untuk memastikannya?"
Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Maaf pak, CCTV hanya di boleh di lihat untuk kejadian darurat saja. Kami tidak punya wewenang untuk hal ini."
"Tapi aku yakin sekali..."
"Sekali lagi saya minta maaf," ucap wanita itu dena nada menyesal. "Jika tidak ada hal lainnya, silahkan bergeser karena sudah ada pembeli lainnya yang sudah mengantri!" pintanya dengan ramah.
Kala memaksakan seulas senyuman sembari mengangguk. "Terima kasih," ia mengambil belanjaannya dan pergi meninggalkan toko.
...****************...
Kala begitu sangat yakin sekali wanita yang menabraknya di Be Bread! Adalah wanita yang selama lima tahun ini mengganggu pikirannya. Tapi, dari wajah pegawai yang ia tanyakan tadi tidak nampak adanya kebohongan dari sorot mata mereka.
Kala benar-benar di buat frustasi oleh wanita asing itu. "Kalau aku tidak bisa menemukan jelmaan kelinci itu di Be Bread! Aku pasti bisa menemukan dua anak kembar itu di sekolahnya. Akan aku pastikan dia bukan anakku." Ia meraih handphonenya dan menghubungi general manajer Great Ocean untuk meminta data pengunjung hari dimana ia bertemu dua bocah kembar itu.
Sepuluh menit kemudian Kala menerima email data yang ia minta. Ada sekitar dua puluh sekolah taman kanak-kanak yang berkunjung pada hari itu, delapan di antaranya berasal dari luar Jakarta.
Sangat di sayangkan dari data-data tersebut tidak ada nama-nama pengunjung, yang ada hanya nama dan alamat sekolah, jumlah peserta rombongan, dan nomor telepon sang kordinator yang dimana bisa saja itu adalah nomor telepon pihak travel yang mengurus keberangkatan mereka.
Kala bisa menghubungi sekolah-sekolah itu satu persatu, tapi apa alasan apa yang akan di pakai Kala untuk menanyakan dua kembar itu? Ia tidak ingin di kira penculik bocah di bawah umur.
Di tengah keputusasaannya mencari ide untuk menemukan bocah kembar itu, pintu ruang kerja Kala di ketuk oleh seseorang dari luar. "Hai," sapa Amber saat gadis itu membuka pintu. "I'm so sorry I'm late, I just dropped Papa off at the airport."
"It's fine," Kala mempersilahkan Amber untuk duduk, kemudian ia menyalakan proyektor untuk menjelaskan project yang sudah dan akan mereka bangun kepada Amber, walau Kala yakin Amber sudah mengetahuinya dari Uncle Tom.
Selesai menerangkan seluruh rangkaian projectnya, Kala melihat jam yang berada di pergelangan tangannya. "It's time for meeting, I will introduce you to all staff." ia kembali mematikan infocus dan beranjak dari ruang kerjanya bersama Amber.
Kala dibuat terkejut ketika Amber memperkenalkan dirinya menggunakan bahasa Indonesia. "You speak Bahasa?" bisik Kala saat Amber kembali duduk di sebelahnya.
"Ya, sudah belajar sejak enam bulan yang lalu. Kata Papa tidak semua staff mengerti bahasa Inggris, terlebih pegawai lapangan."
Kala mengangguk, membenarkan ucapan Amber. Memang akan lebih mudah dirinya jika Amber bisa berbahasa Indonesia, terlebih setelah meeting ini rencananya ia akan mengajak Amber ke Great Ocean untuk meninjau lokasi.
Meeting selesai pukul 15.00 Kala dan Amber bergegas menuju Great Ocean. "Kala, apa tidak terlalu sore jika kita datang jam segini?" tanya Amber di perjalanan menuju Great Ocean
"Tidak. Great Ocean tutup hingga pukul 21.00 malam, untuk hari ini aku hanya ingin mengenalkanmu pada staff di sana. Kita akan memulai projectnya besok pagi, bagaimana?"
"Oke!"
Kala di buat kagum dengan sifat rendah hati yang di miliki oleh Amber, anak bungsu dari komisaris Great Ocean itu nampak mudah berbaur dengan para staf lapangan. Ia banyak memberikan masukan, tanpa menggurui mereka.
"Ada yang salah?" Amber tiba-tiba menoleh ke arah Kala, menyadari jika pria itu sedari tadi begitu memperhatikannya mengobrol dengan petugas ticketing.
"Tidak ada," Kala menggeleng. "Aku mau ke ruangan Bianca, kau mau ikut?"
"Tidak dulu, aku maih mau disini."
"Ya sudah, aku ke sana dulu ya. Kalau ada apa-apa cari aku di sana." Kala menepuk lembut bahu Amber kemudian pergi meninggalkan gadis itu di ruang ticketing.
Kala baru saja mendapatkan ide agar dua bocah kembar yang mirip dengannya bisa datang lagi ke Great Ocean di waktu yang telah ia tentukan. Ia membicarakan gagasan itu pada Bianca selaku general manajer Great Ocean.
"Hah? reward tiket gratis untuk anak kembar?" Bianca masih belum bisa menangkap apa yang di perintahkan oleh atasannya itu.
Kala mengangguk. "Iya kau buat saja email pengumumannya, lalu kau kirim ke semua sekolah yang datang di hari itu. Aku tunggu laporannya secepatnya!" ia yakin sekali jika nanti dua bocah kembar itu akan datang bersama orang tuanya, di situ ia bisa memastikan siapa bocah kembar yang mirip dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ ⏤͟͟͞R•Dee💕 ˢ⍣⃟ₛ
ide yg baguss tuhh....semoga saja si kembar nanti datang yaa
2024-03-06
2
☠ᵏᵋᶜᶟ ⏤͟͟͞R•Dee💕 ˢ⍣⃟ₛ
berarti bukan pegawai dia Kala tp pemilik toko roti itu spt nya
2024-03-06
2
🍭ͪ ͩɪʀᴀᵏᵉˢᵃʸᵃⁿᵍᵃⁿᴡᴀʟɪᴅ☪️𝐙⃝🦜
Bagus juga idemu Kala, semoga berhasil...
2024-02-14
1