Dua hari berlalu, kini Indra telah kembali dari kota Semarang.
Cup.
Cup.
Cup.
Fana dibuat heran dengan sikap suaminya, biasanya Indra juga akan melakukan hal yang sama jika baru saja tiba dari luar kota, namun kali ini sedikit berbeda, karena pria itu menghujani wajah Dea dengan begitu banyak kec_upan. Jika diperhatikan sikap Indra kali ini sama persis jika pria itu ingin meminta maaf jika melakukan kesalahan.
"Kamu kenapa sih mas, aneh banget???." tanya Dea dengan raut wajah heran yang masih menghiasi wajah cantiknya.
"Nggak apa-apa sayang, mas hanya kangen banget sama kamu." Indra membawa tubuh Fana ke dalam pelukannya. Pria itu begitu mengeratkan pelukannya seolah tidak ingin kehilangan.
"Sebenarnya kamu ini kenapa sih mas, sikap kamu kenapa jadi aneh begini???." dalam hati Fana jadi bertanya tanya.
Setelah cukup lama Indra pun melerai pelukannya lalu berkata. "I love you, sayang."
"I love you too, mas." meskipun masih bingung dengan sikap suaminya namun begitu Fana tetap membalas ungkapan perasaan suaminya.
"Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang aneh aneh selama kamu di Semarang mas hingga kamu bersikap aneh seperti ini padaku." batin Fana.
Di sela percakapan Indra dan Fana tiba-tiba saja ponsel Indra berdering dan menampilkan nomor yang tidak dikenal sedang melakukan panggilan telepon.
"Kenapa tidak di angkat panggilan teleponnya mas????." tanya Fana saat melihat Indra hanya menatap layar ponselnya tanpa berniat menjawabnya.
Ditegur demikian oleh Fana pada akhirnya Indra pun mulai menggeser ke atas ikon hijau pada ponselnya untuk menerima panggilan telepon di ponselnya.
"Baik aku akan segera ke sana." entah apa yang dikatakan oleh seseorang di seberang sana sehingga Indra menjawab demikian.
"Siapa sih mas????."
Indra terlihat salah tingkah saat ditanya demikian oleh Fana.
"Oh itu, sekretaris mas di kantor, dia meminta mas segera ke kantor katanya ada beberapa berkas yang harus di periksa kembali sebelum diserahkan pada pimpinan besok." Indra yang hampir tak pernah berdusta dihadapan istrinya terlihat kaku sehingga Fana pun semakin menaruh curiga terhadap suaminya itu. Namun begitu Fana tidak menunjukkan kecurigaannya dihadapan Indra, ia justru bersikap seolah percaya begitu saja dengan ucapan suaminya itu.
Tak lama kemudian, Indra pamit ke kantor dan Fana pun mengiyakannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada mas Indra kenapa sikap mas Indra terlihat begitu aneh???." gumam Fana saat menyaksikan mobil Indra bergerak meninggalkan pekarangan rumah. "Atau ini hanya perasaan aku saja????." sesaat setelah berpikir, Fana pun memilih berpikir positif tentang suaminya, bisa saja itu hanya perasaannya saja karena terlalu takut kehilangan pria itu.
*
Sementara seorang wanita yang sejak tadi terlihat gelisah menanti kedatangan seseorang terlihat melebarkan senyumnya saat seseorang yang sejak tadi dinantikannya akhirnya tiba juga.
Baru saja membuka pintu apartemennya wanita yang tak lain adalah Marisa tersebut sudah di sambut oleh tatapan tajam Indra yang kini berdiri di depan pintu apartemennya.
"Harus berapa kali aku katakan padamu, jangan pernah menghubungiku jika aku sedang bersama dengan istriku!!!." hardikan Indra sontak saja memudarkan senyum yang sejak tadi terukir sempurna di wajah Marisa.
"Tega kamu berkata kasar seperti itu padaku mas???? aku ini juga istri kamu sama seperti Fana dan aku juga berhak mendapatkan waktu bersama dengan kamu, mas, bukan hanya Fana." nada suara Marisa tak kalah tingginya merespon ucapan Indra, sehingga mau tak mau indra pun mengajak Marisa masuk ke dalam apartemen, tidak ingin sampai percakapan mereka terdengar oleh orang lain.
"Marisa, harus berapa kali aku katakan padamu jika perasaanku padamu sudah tidak ada lagi, semua cintaku sudah dimiliki Fana, tapi kenapa kau masih juga memaksaku untuk menikahimu."
"Karena aku mencintaimu mas." Ya, Marisa memang tulus mencintai Indra sejak dulu namun entah permasalahan apa sehingga empat tahun yang lalu hubungan mereka terpaksa kandas dan pada akhirnya Indra bertemu dengan Fana dan menikahinya.
"Tapi aku tidak mencintaimu lagi Marisa semua perasaanku padamu sudah mati sejak empat tahun yang lalu. kau sengaja kan memperalat ibuku untuk menjebak ku malam itu agar aku menikahi mu, bukan begitu Marisa???." skakmat Indra berhasil membungkam mulut wanita yang telah dinikahinya secara sirih tersebut.
"Sekali lagi aku ingatkan, jangan pernah menghubungiku lebih dulu apalagi jika aku sedang berada di rumah bersama dengan istriku!!!!." peringat indra sebelum kemudian berlalu begitu saja meninggalkan apartemen Marisa.
Ya, semenjak kembali dari kota Semarang Marisa memutuskan untuk menempati apartemennya agar ia bisa bebas bertemu dengan indra kapan saja, sebab sampai detik ini kedua orang tuanya belum mengetahui pernikahannya dengan Indra, hanya kakak laki-lakinya yang saat itu menjadi walinya saat menikah yang mengetahui pernikahannya dengan Indra.
Dengan perasaan kesalnya Indra mengemudikan mobilnya meninggalkan kawasan apartemen Marisa menuju ke perusahaan tempatnya bekerja.
**
Fana yang baru saja tiba di studio merasa bingung ketika tak mendapati seorang pun pegawainya di sana, termasuk Chici, Namun pintu utama studio tidak terkunci.
"Kemana mereka semua????."
Di sela kebingungan Fana tiba-tiba saja wanita itu dikejutkan dengan kedatangan hampir semua pegawainya.
"Happy birthday to you."
"Happy birthday to you.... happy birthday happy birthday.... happy birthday to you....." Fana merasa terharu saat mendapatkan surprise dari Chici, Riza, Luki dan pegawainya yang lain, di mana saat ini di tangan Chici terdapat kue ulang tahun yang bertuliskan selamat ulang tahun yang ke dua puluh empat tahun Nirfana aurelia. Fana tidak dapat menahan air mata harunya, ini merupakan surprise yang kedua kalinya dari Chici dan semua pegawainya.
"Happy birthday Fana, semoga panjang umur sehat selalu dan apa yang dicita-citakan di segerakan oleh tuhan." sebagai sahabat Fana, doa tulus dipanjatkan Chici untuk sahabatnya yang tengah berulang tahun tersebut.
"Happy birthday mbak Fana, semoga panjang umur sehat selalu. Dan semoga kehidupan mbak selalu di kelilingi oleh orang orang baik, jika berkenan aku ingin selalu menjadi salah satu orang baik tersebut, yang selalu berada di kehidupan mbak Fana." entah apa maksud dari setiap kata yang diucapkan Riza untuk Fana yang jelas pria itu terlihat begitu tulus dan itu terlihat oleh Fana dari sorot mata Riza.
"Thank you, Za." sudah menganggap Riza seperti adik sendiri, Fana lantas mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Riza.
Deg.
Jantung Riza berdebar tak menentu saat merasakan jemari lentik Fana mengusap wajahnya dengan ibu jarinya.
"Lo kenapa bocil???." tegur Luki ketika melihat Riza diam terpaku.
"Argh..... nggak apa-apa kok bang." sahut Riza seraya mengusap tengkuknya untuk menyembunyikan kegugupannya.
"Sebelum meniup lilinnya, berdoa dulu Fan!!!." kata Chici dan Fana pun mengiyakannya.
Fana terlihat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. "Ya tuhan terima kasih atas semua nikmat yang telah engkau berikan kepadaku sampai dengan detik ini. Terima kasih engkau telah memberikan hamba teman teman yang baik seperti mereka untukku, memiliki mereka semua di dalam hidup ini merupakan hadiah yang tak ternilai harganya."
Semua yang ada di sana dibuat terharu mendengar doa yang dipanjatkan Fana.
"Kami juga sangat bersyukur karena tuhan memberikan orang sebaik kamu di dalam kehidupan kami, Fan." ungkap Chici dengan kedua kelopak mata yang mulai berkaca-kaca. Begitu adilnya tuhan, di saat ia tak mendapat kasih sayang bahkan tak bisa diterima dengan baik oleh ibu mertuanya, ia justru di kelilingi oleh orang orang baik seperti Chici, Riza, Luki dan juga para pegawainya yang lain.
"Aku juga sangat bersyukur karena tuhan telah memberikan rasa cinta yang begitu besar di dalam hati ini untukmu, meskipun tak mungkin bagi diriku untuk bisa memilikimu karena kini kamu telah menjadi istri dari pria lain." lirih Riza dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
George Lovink
Kok Dea...lalu Fana
2024-09-14
0
Ani
bukan tak mungkin tapi belum waktu nya 😁😁😁😁
2024-05-13
1
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-04-19
0