Bab 11

Dewangga nampak terheran-heran ketika dia memasuki gedung apartemen, rasanya dia tidak percaya mengapa bisa ada sebuah bangunan kokoh setinggi itu.

Satu hal yang Dewangga tahu, bahwa lift adalah alat angkutan transportasi vertikal di dalam sebuah bangunan yang digunakan untuk mengangkut orang maupun barang. Sehingga Dewangga harus jeli memperhatikan bagaimana cara Sandra menggunakan lift, dia juga harus bisa menggunakannya suatu hari nanti.

Selama di tinggal di zaman modern, Dewangga harus bisa menyesuaikan dirinya dan harus bisa mengetahui apapun yang ada disana.

Sandra telah membeli sebuah apartemen di lantai 10 satu minggu yang lalu, kini dia dan Dewangga telah tiba di unit apartemen miliknya.

Selama di dalam perjalanan dari mansion menuju apartemen, Sandra tidak banyak bicara, mungkin karena hatinya masih galau setiap kali bertemu dengan Adit, walaupun dihadapan pria itu dia harus pura-pura terlihat sudah move on dan pura-pura mencintai Dewangga.

"Duduklah, aku ingin bicara denganmu!" Sandra ingin memberikan banyak pertanyaan kepada pria asing yang kini berstatus sebagai suaminya itu.

Awalnya Sandra tidak berniat membawa Dewangga ke apartemennya, tapi karena keluarga sudah terlanjur mengetahui mereka menikah siri, mau bagaimana lagi? Mereka harus tinggal bersama.

Dewangga segera duduk di kursi sofa, sikapnya sangat berbeda dengan ketika Dewangga sedang berada di Mansion Richard, pria itu terlihat planga-plongo memperhatikan semua barang yang ada di dalam apartemennya Sandra. Dia tidak mungkin terus bertanya kepada sistem, bisa-bisa uangnya terkuras habis.

"Mengapa kamu harus berbohong kepada Om Gama kalau kamu memiliki perusahaan di Inggris?" Sandra merasa heran, seolah-olah Dewangga tahu bahwa Sandra pernah kuliah di Inggris.

Bahkan Dewangga pun tidak paham Inggris itu daerah mana. "Aku hanya ingin menolongmu, setidaknya aku adalah suami yang berguna untukmu."

Sandra menghela nafas, sebenarnya dia tidak ingin ada satu orangpun yang tahu tentang pernikahan sirinya bersama dengan Dewangga, dia tidak berniat untuk menjadi seorang istri dari pria gila itu. Tapi disamping itu, Dewangga telah membantunya untuk bisa lepas dari Billy.

Mau tidak mau Sandra harus melanjutkan pernikahannya, entah sampai kapan itu, yang penting dia bisa mengambil alih perusahaan dan semua kekayaan milik kedua orangtuanya bisa jatuh ke tangannya.

"Tapi mengapa kamu seolah-olah tahu aku kuliah di Inggris? Sampai kamu menyebutkan bahwa kamu memiliki perusahaan di Inggris?"

Dewangga terpaksa harus berbohong, karena tidak boleh ada satu orangpun yang tahu bahwa dia memiliki sistem dari cincin yang dia pakai. "Aku pun tidak tahu mengapa bisa kebetulan seperti itu, yang penting aku sudah membantu kau."

"Lalu dimana rumahmu?"

"Aku tidak memiliki rumah, tapi aku memiliki sebuah istana kerajaan yang sangat megah. Sudah ku katakan aku adalah seorang pangeran, hanya saja tiba-tiba aku terlempar ke dunia ini."

Sandra menghela nafas berat, rupanya Dewangga gilanya kumat lagi. Hanya orang gila yang dapat mempercayai perkataan Dewangga.

Sandra tidak ingin banyak bicara, malam ini dia sudah sangat merasakan lelah dengan semua masalah yang dia hadapi.

"Aku ngantuk, kalau kamu lapar, di atas meja makan ada makanan." Sandra berkata sambil menunjuk ke arah meja makan.

"Dan itu kamar kamu!" Sandra menunjuk ke arah pintu sebuah kamar.

Di apartemen tersebut memang terdapat dua buah kamar. Dewangga hanya menganggukkan kepalanya.

Sandra pun segera masuk ke dalam kamar, dia mengacak-acak rambutnya sendiri sambil duduk di pinggiran ranjang.

"Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? Bagaimana kalau saat pertemuan dengan para pemegang saham, gilanya kumat lagi?"

Sandra sangat merasa cemas memikirkan hari esok, besok adalah penentuan hidup dan matinya dia. Dan semua itu tergantung dengan Dewangga.

Sementara itu Dewangga, dia merasakan sangat lapar, dia segera berjalan menuju meja makan, Dewangga memandangi semua makanan yang telah terhidang disana, semuanya terlihat aneh untuknya.

Tapi mungkin karena dia merasakan sangat lapar, dia terpaksa harus mencicipinya. Ada ayam goreng crispy, rolade asam manis, dan udang saus padang.

Begitu dicoba, Dewangga membulatkan matanya, rupanya tidak sengeri yang dia bayangkan. Rasanya sangat lezat dan tidak ada yang aneh.

"Walaupun semua yang terdapat di zaman modern ini sangat aneh, setidaknya makanannya tidak aneh, sangat lezat!"

[Makanan di zaman modern hampir semuanya lezat, Tuan. Sistem merekomendasikan aneka makanan khas Indonesia yang sangat lezat dan harganya murah, seperti cilok, mie bakso, nasi goreng, combro, mendoan, bakwan, dan banyak aneka makanan yang lainnya.]

...****************...

Malam ini terlihat ada seorang wanita yang sedang berlari tanpa menggunakan alas kaki, wanita itu sangat ketakutan sekali, nafasnya tersengal-sengal, banyak luka di tubuhnya.

Dengan sisa tenaga yang dia punya, wanita itu berteriak, "Tolong! Tolooong!"

Namun, tak ada yang mendengar teriakannya. Saat ini dia sedang berada di sebuah gang yang sangat sepi dan gelap gulita.

Jantungnya berdegup kencang begitu mendengar suara gesekan pisau pada tembok di gang itu, rupanya pria yang ingin membunuhnya sedang berada tak jauh darinya.

Wanita itu segera bersembunyi di bawah kolong meja yang terdapat di depan toko yang sudah tutup.

"Hahaha... aku tahu kamu bersembunyi di sekitar sini. Rupanya kamu ingin bermain-main denganku?"

...****************...

[Ding!]

[Ding!]

[Ding!]

Rupanya sistem telah mendeteksi situasi berbahaya yang dialami wanita itu.

[Ada seorang pembunuh berantai yang sedang melakukan kejahatan malam ini, dia sudah membunuh 13 orang wanita. Tuan harus menangkapnya.]

[Jika Tuan bisa mengalahkannya, Tuan akan mendapatkan bonus dari sistem dan naik level.]

Dewangga yang sedang menikmati makan malamnya pun tiba-tiba menghilang dari meja makan.

Criiing...

Padahal dia sedang mangap untuk memasukan nasi ke dalam mulutnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***