Girls First Love
...Happy Reading♥︎...
Peluh keringat mengalir membasahi permukaan wajah gadis cantik berusia 17 tahun. Gadis yang masih mengenakan seragam kerjanya tengah menunggu angkutan umum untuk kembali ke kontrakannya.
Sudah dua bulan lamanya ia tinggal di kota J, tempat dimana ayah kandungnya merantau. Berbekal foto lama ayahnya, Dania memberanikan dirinya membawa seta sang adiknya Rania pergi merantau ke kota J.
Dania tak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, ia bertekad untuk bekerja dan menyekolahkan sang adik di kota itu.
Tak berapa lama, angkutan umum yang Dania tunggu tiba, ia segera naik meninggalkan halaman depan perusahaan tempatnya bekerja.
“Huft, Bunda kemana Dania harus mencari ayah ? Apa tidak ada petunjuk selain foto ini… “ gumam Dania mengusap pelan foto ayah kandungnya.
“Bunda, Dania kangen bunda. Apa Dania kuat menjalani hidup berdua dengan Rania… “ ucapnya sendu.
Beberapa menit kemudian, Dania mengetuk atap angkutan umum. Ia memberikan sejumlah uang kepada supir angkot lalu turun dengan perlahan. Dania melanjutkan perjalanannya menuju rumah kontrakannya yang tak jauh dari jalan raya.
“Ayah, dimana pun ayah berada, Dania harap ayah juga mencari keberadaan Dania dan Rania… “ doanya.
Sebelum ke kontrakannya, Dania mampir ke warteg membeli makanan untuk dirinya dan juga adiknya serta sang kakek Raska.
“Bu, beli sayur sama ayamnya ya dibungkus seperti biasa… “ ucap Dania.
“Oke siap Dania, di tunggu ya sebentar ! “ sahut ibu warteg.
“Iya bu… “
*
*
*
*
“BELIIIIIIIIII !! “ teriak seorang pembeli memanggil pemilik warung sembako.
Mendengar teriakan pembeli, bocah gembul berlari keluar dan siap melayani pembeli.
“Mau nyali apa ? “ tanya sopan.
“Mau beli minyak goreng satu kilo, gula setengah kilo, sama beras lima kilo ! “ ucapnya kepada bocah gembul dihadapannya.
“Oke sebental ya, Lania cali balangna dulu ! “
“Oke siap Rania cantik ! “ sahut bu RT. “Bu Elte ada maunya manggil Lania cantik, “
“HEHE… Kak Dania belum balik ya ? “ tanya Bu RT basa-basi. “Belum bu, “.
“ Minyak goleng catu kilo, gula cetengah kilo, belas lima kilo… “ ucap Rania mencari barang yang disebutkan Ibu RT.
“Minyak goleng catu kilo, “ Rania meletakkan minyak goreng satu kilo diatas etalase. Kemudian, mengambil setengah kilo gula dan diletakkan disamping minyak goreng.
“Belas lima kilo, cebental ! “ ujarnya turun dari kursi plastik menuju kotak beras.
“Bu Elte mau belas yang halga dua belas libu atau empat belas libu ? “ tanya Rania yang sudah memegang gayung menimba beras.
“Yang harga empat belas ribu dong… “ jawab Bu RT terkekeh geli.
Rania mengangguk dan segera mengambil kantong kresek berwarna hitam dan memasukan lima gayung beras kedalam kantong kresek tersebut.
“Catu gayung … “
“Dua gayung … “ dan seterusnya. Ibu RT sigap membantu Rania untuk mengangkat berat lima kilo beras.
“Cudah, total cemuanya empat belas dikali lima cama dengan tujuh puluh libu, ditambah halga minyak goleng sekilo dua puluh lima, lima latus cama dengan sembilan puluh lima, lima latus di tambah lagi cama gula cetengah kilo delapan libu… total cemuana selatus tiga libu lima latus… “
Rania menunjukkan hasil hitungannya di kalkulator kepada ibu RT. Melihat itu, Ibu RT tersenyum senang. Hitungan Rania tidak pernah meleset, ia segera mengeluarkan uang sebesar seratus sepuluh ribu kepada Rania dengan cepat Rania kembali menghitung kembalian uang ibu RT.
“Tunggu ya bu elte, kembalianna enam libu lima latus lupiah… “. Rania menarik uang lima ribu dan seribu rupiah lalu mata bulatnya kembali menatap ibu RT yang juga menatapnya.
“Lima latusna mau pelmen nda ? “ tanya Rania pelan karena takut pembeli memarahinya kembali hanya karena memberikan permen tiga biji sebagai pengganti uang lima ratus rupiah.
“Terserah Rania saja, tapi untuk kembaliannya buat Rania saja ya. Rania tabung ! “ ujar Bu RT tersenyum.
“Nda boleh gitu bu elte, kembalian tetap kembalian.. “ ucap Rania lucu. Bu RT mengangguk saat Rania memberikan tiga butir permen kopiko kepadanya. Setelah itu, Bu RT pamit kembali ke rumah dengan membawakan barang belanjaannya.
Saat Rania hendak masuk ke dalam rumah, seorang pembeli kembali memanggilnya.
“BELIIIIII !! “
“Cebental, mau beli apa ? “ tanya Rania yang sudah hafal dengan pemilik suara itu.
“Eh, Rania ! Saya mau beli beras sepuluh kilo ! “ ucapnya angkuh.
“Citu beli langcung bayal apa mau ngutang lagi ? “ tanya Rania kesal. Pasalnya wanita itu sering kali mengutang di warung kakeknya.
“Bayar ! “ jawabnya ketus.
“Nda ucah balas ketus ! Citu seling ngutang jadi halap sadal dili ! “ sindir Rania, namun dirinya belum menyiapkan barang yang wanita itu minta.
“Gue ngutang juga dibayar ya ! Lu bocah ingusan tau apa ! Berhitung aja nggak bisa ! “ sentaknya kesal.
Rania mengambil buku kasbon utang, ia mencari nama wanita dihadapannya itu.
“Niiii utangna totalna tiga juta enam latus tujuh puluh libu … “
“Cepat bayal, katana mau bayal ! Nih utangna udah Lania hitung dengan benal menggunakan kalkulatol ! “ pekik Rania yang membuat wanita bernama Sarah menciut.
Namun ia menolak jika hutangnya sebesar tiga juta lebih. “Lu jadi bocah mau nipu gue ya ! Mana ada hutang gue tiga juta lebih ! “
“Citu yang nipu ! Dikila dia Lania macam kakek Langga ! Ooo nda bica ! Lania pantang di tipu cama tante janda pilang !! “ sewot Rania berani.
“Cepat bayal ! Bangklut kakekna Lania kalo citu nda bayal-bayal ! Cepat bayal ! Citu kalo miscin jangan belaga kaya ! Bayal hutang culit, ngutang elit ! “ sindir Rania.
Suara Rania terdengar hingga beberapa pembeli menatap Sarah dengan tatapan tajam.
“Cantik-cantik kok ngutang, “ sindir ibu berdastar bunga.
“Bayar dong sar, kasihan kakek Rangga di utangin mulu tapi nggak dibayar, “ sarkas ibu-ibu yang lain membiat Sarah malu.
Dengan kesal ia mengeluarkan ponsel mahalnya dan mulai membuka mbanking. “ Gue bayar pake Q-ris ! “ ucapnya sombong.
Dengan semangat membara, Rania mengeluarkan barcode Q-ris dan meletakkannya di hadapan Sarah.
KLIK !
“Nah, lunas juga akhilna ! Beluntung Lania hali ini ! “ serunya senang.
“Sudah LUNAS ya !! “ ucap Sarah dan berlalu pergi tanpa mengingat kedatangannya ke warung.
Setelah kepergian Sarah, Rania mulai melayani pembeli lainnya dengan ramah. Dari kejauhan, Dania tersenyum melihat sang adik yang sedang melayani pembeli. Adiknya itu akan stay di warung setelah pulang sekolah, sedangkan kakek Rangga dimintanya untuk beristirahat, mengingat beliau baru saja sembuh dari sakitnya.
“Wah, banyak pembelinya ya ! “ ucap Dania tiba-tiba yang mana membuat Rania yang menghitung uang terlonjak kaget.
“Capi ayam makan ulat… ! “ latah Rania membuat Dania tertawa.
“Kak Dania cudah pulang !! “ teriak Rania heboh.
“Hari sudah sore, ayo kita tutup dulu warungnya ! “ ajak Dania kepada sang adik.
“Siap kakkkkk !! “
...****************...
...Jangan lupa dukungannya♥︎...
Follow instagram : dlbtstae_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Jasmine
gemes banget ni boch ...lope" dech aku
2024-04-14
0