DOR !

Rebecca memeriksa CCTV di markas Scotland Yard guna mencari tahu siapa yang memberikan sianida ke Habil. Matanya memeriksa dengan teliti dari pintu masuk depan hingga pintu belakang, hingga akhirnya dia menemukan orang yang patut dicurigai.

Petugas pengantar makanan.

Rebecca lalu menghampiri petugas Scotland Yard yang memberikan makanan itu pada Habil dan langsung membawanya ke ruang interogasi.

***

"Jadi kamu yang memberikan makanan pada terdakwa Habil?" tanya Rebecca dengan tatapan tajam ke petugas kepolisian yang masih baru.

"I...iya detektif. Habil kan muslim jadi dia minta makanan halal... Jadi aku bertanya restaurant muslim langganannya dan dia bilang rumah makan La Tahzan. Aku memesan kimbab disana dan diantar oleh bagian delivery makanan..." jawab petugas yang masih cupu itu.

"Apakah kamu tahu siapa namanya ?"

Petugas itu menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah. Terimakasih."

Petugas itu pun kembali ke posnya meninggalkan Rebecca yang memegang kepalanya yang terasa pusing. Bagaimana pun Habil di bawah pengawasannya dan kini dia sudah tewas. Sudah barang pasti dia mendapatkan pertanyaan dan membuat laporan cukup panjang.

"Damn it !" umpat Rebecca.

***

Semua orang membawa barang bukti serta para penjahat yang sudah ditangkap ke markas MI6 dan Scotland Yard. Elfesya ikut bersama Scott ke Scotland Yard sementara Andre Raines ke markas MI6 bersama dengan agen Kevin. Bukan tanpa alasan Scott tidak ke markas MI6 tapi dia hendak melihat kondisi Habil.

Rebecca menyambut kedatangan rombongan itu dengan wajah kesal luar biasa karena dia merasa kecolongan. Shanon lalu menepuk bahu istrinya itu yang hanya mengangguk tahu itu bukan kesalahannya murni.

"Senjata - senjata itu simpan di gudang belakang !" perintah Alex Darling ke semua anak buahnya.

"Biar aku awasi, Lex ... " ucap Scott.

"Oke. Thanks Scott, aku hendak membereskan yang disini."

***

Markas MI6 London.

Agen Kevin dan agen Andre Raines melihat bagaimana kotak-kotak berisikan senjata dengan berbagai model itu, diletakkan di vault tempat semua barang bukti disimpan. Sebagian besar senjata itu memang dibawa ke markas MI6 sebab di ruang penyimpanan barang bukti Scotland Yard, sudah cukup penuh.

"Gila ... Ini Gila !" ucap Andre Raines sambil melihat isi kotak-kotak itu.

"Yeah, ini memang gila !" ucap agen Kevin.

"Aku lihat semuanya berjalan lancar, agen Kevin, agen Andre Raines..."

Kedua agen FBI itu menoleh dan melihat agen Atlas berdiri disana. ( Background kisah Scott dan Elfesya sebelum The Blairs ).

"Yeah, semuanya berjalan lancar Agen Atlas..." senyum Agen Kevin.

"Mari kita interogasi para penjahat itu !" ajak Agen Atlas sambil memberikan kode kepada para agennya untuk segera mengunci vault itu.

***

Markas Scotland Yard

Scott Peterson bersama dengan Elfesya, melihat bagaimana satu persatu peti-peti itu dimasukkan ke dalam gudang bukti Scotland Yard. Elfesya tidak menduga bahwa kotak-kotak itu penuh dengan senjata mematikan yang akan dipakai guna menghancurkan London.

"Aku tidak bisa membayangkan jika mereka benar-benar berhasil membuat London porak poranda. Pertama, Raja Henry pasti diincar begitu juga keluarga Kerajaan termasuk mas Richard dan mas Louis..." ucap Elfesya cemas. "Bisa-bisa merembet ke mbak Alisha."

Scott menoleh ke arah Elfesya yang berdiri di sebelahnya. "Tidak akan aku biarkan keluarga kamu dalam bahaya, Fesya.."

Elfesya tersenyum ke arah Scott. "I know ..."

"Kamu tidak takut?" tanya Scott.

Elfesya menggelengkan kepalanya. "Aku keturunan McCloud dan Reeves serta Pratomo. Takut hanya pada Allah, mommy, kecoa, kaki seribu dan ulat bulu ..."

Scott tertawa kecil. "Khas wanita. Kecoa, kaki seribu dan ulat bulu... Bagaimana dengan hantu?"

"Sepupuku Lachlan dan Raiden indigo. Mereka sering berbicara dengan hantu, jadi aku tidak takut apalagi kan aku tidak seperti mereka ... Santai saja..." jawab Elfesya.

Scott mengangguk. "Jangan sampai kewaspadaan kita turun Fesya. Ransh Khalara belum tertangkap..."

"I know."

"Agen Peterson !" panggil salah anak buah Alex Darling.

"Yes?"

"Semua sudah dalam gudang barang bukti dan semua CCTV berjalan lancar." Petugas itu memberikan gambar dari iPadnya.

"Berikan semuanya padaku" ucap Scott sembari mengambil ponselnya dan mulai mengambil data semua CCTV baik dari kantor polisi maupun gudang barang bukti.

***

"Ayo, aku antar kamu pulang..." ajak Scott. "Bisa - bisa Daddymu ngamuk ke aku karena kamu lebih memilih menjadi law enforcement dibandingkan menjad chef ..."

Elfesya tersenyum. "Aku kan edisi penasaran..."

"Fesyaaa..."

Elfesya tertawa sambil merangkul lengan Scott. "Don't worry, agen Scott Peterson. Aku tidak akan mengambil pekerjaan kamu..."

Keduanya berjalan menuju area parkiran yang mulai sepi karena sekarang pukul dua dini hari. Scott melepaskan kevlarnya dan berjalan menuju mobilnya bersama dengan Elfesya.

"Agen Scott Peterson..."

Scott dan Elfesya berbalik dan tiba-tiba ...

DOR !

***

Alex Darling dan Shanon Kulnis beserta semua orang yang ada di dalam markas, mendengar suara tembakan di keheningan malam, bergegas keluar.

***

Elfesya menembak penembak Scott yang jatuh akibat tembakan di perutnya. Pria itu melihat bagaimana Elfesya dengan persisinya menembak dengan tepat di kepala orang - orang yang datang hendak membunuh mereka. Hingga Scott melihat seseorang memukul leher belakang Elfesya dengan kayu hingga pingsan. Tubuh gadis itu lalu dibawa masuk ke dalam mobil Van dan Scott sempat menembak kaki orang yang memukul Elfesya dan kena. Sayangnya, orang itu pun bisa masuk ke dalam mobil.

"FESSSYYYAAAA !" teriak Scott berusaha bangun tapi luka akibat tembakan tadi membuat kesadaran muncul tenggelam.

"SCOTT ! SCOTT ! JANGAN MATI ! JANGAN MATI! PANGGIL AMBULANS !" teriak Alex Darling sambil memeluk tubuh Scott Peterson.

"Mereka... Mereka... Membawa Fe...sya ..."

"SCOTT ! SCOTT !"

***

Queen Elizabeth Hospital London

Galena berusaha keras menyelamatkan nyawa Scott Peterson diatas meja operasi. Dokter cantik itu berusaha untuk tetap konsentrasi mengoperasi agen FBI itu, meskipun perasaannya campur aduk karena adik perempuannya diculik.

***

Alex Darling berjalan mondar mandir di depan kamar operasi sampai Shanon Kulnis datang tergopoh-gopoh.

"Boss !" panggil Shanon.

"Ada apa?" tanya Alex Darling.

"Lihat ini ..." Shanon memperlihatkan video yang baru saja dia terima.

Mata coklat Alex Darling melotot sempurna melihat adik iparnya diikat di kursi dengan kondisi pingsan.

"Superintendent Alex Darling..." senyum Ransh Khalara. "Seperti anda lihat, adik perempuan anda berada di tangan kami ... Tukarkan nyawa adik anda dengan nyawa Agen Scott Peterson dan agen Andre Raines serta semua senjata yang kalian ambil. Aku tunggu dalam waktu 24 jam, mulai dari sekarang ! Aku tunggu di London Harbour. Bawa semuanya atau ... Tubuh adikmu akan aku kirim menjadi pel4cur kelas atas..."

"FFF****** !" teriak Alex Darling.

***

Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Terpopuler

Comments

Ninik Rochaini

Ninik Rochaini

weeehhh...ngajak gegeran sak klan Pratomo...ajur wes...

2025-02-28

1

Sri Astuti

Sri Astuti

meskipun kalah satu langkah musuh tetap menang satu lsngkah

2024-04-30

1

Elsa Fanie

Elsa Fanie

aman kamu minta 2 nti yg datang satu kecamatan 🤔🤔🤔

2024-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!