" If you want to get something
you must lost something
jika kamu inginkan sesuatu,
kamu harus kehilangan sesuatu."
....." Pelangi Hanani 🌹 ".....
Mereka pun berkumpul di Ruang tamu, untuk mendengarkan keputusan yang akan diambil oleh Tameer, bapak Hana.
Paman Hanapun membuka suara, untuk memecah keheningan.
" Bagaimana bang ?
Keputusan apa yang abang ambil, apakah abang mengizinkan Hana melanjutkan pendidikannya ke Malaysia atau masih sama dengan keputusan Abang tadi malam ? " tanya Vikri dengan hati-hati.
" Sudahlah Hana jangan berharap lebih, kau taukan bagaimana Bapakmu itu kalau dia sudah mengambil satu keputusan maka dia akan teguh dengan keputusannya akan sangat mustahil merubahnya." batin Hana.
" Setelah semalaman aku berpikir dengan matang, aku memutuskan untuk mengizinkan Hana melanjutkan pendidikannya ke Malaysia, tapi, kamu harus menjaga Hana sebagaimana kamu menjaga Putrimu Ranti ingat itu Vikri." ucap bapak Hana yang masih sangat berat, untuk melepas Hana putri satu-satunya.
" Apa Pak ?
Bapak serius ?
Hana tidak salah dengarkan ? " ulang Hana untuk menyakinkan dirinya sekali lagi, seraya bersimpuh pada bapaknya.
" Iya nak.
Dan kamu harus jaga diri baik-baik disana, dengarkan semua nasihat pamanmu disana, karena dia yang akan menjagamu disana." jawab Bapak Hana mengusap kepala putrinya.
" Alhamdulillah, Hana sayang bapak, sayang sekali. " girang Hana, segera memeluk bapaknya
" Alhamdulillah, Vikri tau abang pasti mengambil keputusan terbaik untuk Hana, dan sebisa mungkin Vikri akan membuktikan bahwa Hana akan baik-baik saja selama berada di sana bersama kami." janji Vikri pada Tameer.
Ranti yang mendengar keputusan Tameer alias bapaknya Hana, ikut senang dan dengan spontan saja memeluk Hana.
" Terima kasih telah mau menemani hari-hariku di Malay nantinya Hana." ucap Ranti dengan penuh kebahagiaan.
" Iya Ran sama-sama, terima kasih juga untuk kabar gembira ini." jawab Hana dengan simpulan senyum yang manis.
" Hm *a*lhamdulillah.
Kalau begitu semua sudah selesaikan, mari Hana dan Rahmet berangkat ini sudah hampir jam tujuh nanti kalian terlambat lagi." ujar ibu Hana memperingatkan putra dan putrinya.
" Iya ni kak, entar kita telat lagi." sahut Rahmet dengan mulut cemberutnya.
Hana yang mendengar perkataan ibunya melepas pelukannya pada Ranti dan berpamitan pada kedua orang tuanya sekaligus pada Paman dan Ranti, begitu juga dengan Rahmet yang juga berpamitan.
" Sampai ketemu di Malaysia ya Han. " teriak Ranti sambil melambaikan tangannya.
" Iya Ran, insya Allah I coming Malaysia,
tunggu aku ya Ran, assalamu'alaikum
semua kami pamit berangkat." gantian Hana yang berteriak di boncengan Rahmet.
" Waalaikumussalam." jawab semuanya dengan serentak.
Vikri dan Ranti berangkat juga menuju Stasiun. Menggunakan Jasa Mobil Travel karena keluarga Hana hanya memiliki kereta Scoopy tahun rendah yang sudah jelas-jelas tidak bisa mengantarkan keduanya ke Stasiun. Merekapun berpamitan pada orang tua Hana
Ya, rumah Hana kembali hening.
Hanya ada sosok ibu Hana yang tetap dirumah.
Karena seperti biasa Bapak Hana kembali ke Sawah untuk melihat perkembangannya.
Sesampai di sekolah Hana.
Hari Senin, seperti biasa mereka melaksanakan upacara bendera, untung saja Hana tidak telat untuk hari ini. Kalau saja dia telat, bisa-bisa dia akan dihukum menghormat bendera sampai waktu pembelajaran terakhir.
Hana pun berlari menuju kebarisan.
" Han cepetan !
Disini masih kosong." ucap Sanju yang melihat Hana berlari.
Hanapun bergegas menuju barisan yang dimaksud Sanju namun, Raisa yang mendengar perkataan Sanju langsung bergegas mengambil barisan itu.
" Kamu apa-apan sih Sa, kamukan tadi udah dapat barisan kenapa mala ngambil barisan Hana." ucap Sanju dengan nada sedikit emosi.
" Barisan Hana ?
Hallo Sanju udik ! Raisa bergaya ala ketua geng.
" Yang terlebih dahulu sampai disini siapa ? Aku kan, jadi barisan ini punya aku paham kamu !! " ucap Raisa dengan angkuh.
" Dasar boneka Anabel, tidak punya malu." kata Sanju dan hendak menarik jilbab Raisa namun, aksi Sanju dihentikan oleh Hana, karena Hana tidak ingin Sanju mendapat masalah hanya karena membelanya.
" Sanju, sudah san biarin saja aku disini saja tidak apa-apa yang penting aku tidak terlambat san." ujar Hana untuk menenangkan Sanju.
" Tapi Han, dari tadi disini kosong kenapa dia gak ngisi dari tadi, sewaktu kamu mau ngisi barisan ini eh tetiba saja dia baru ngisi, itu artinya dia sengaja mancing keributan." kesal Sanju pada Raisa.
" Sudahlah San, tak apa ya." Hana dengan lembut, mencoba menenangkan Sanju.
Sanju pun terpaksa menuruti sahabatnya yang baik hati itu dengan mengalah pada Raisa.
Tak terasa sebentar lagi mereka akan menghadapi UN ya sekitar tiga Minggu lagi kurang lebih.
Seperti biasa, sudah menjadi kebiasaan dari tahun ke tahun mendekati waktu UN sekolah Hana akan mengadakan Study Banding ke Sekolah terbaik diberbagai daerah. Khusus untuk kelas tiga guna memperkenalkan mereka mengenai Sekolah lanjutan yang siapa tau mereka berminat melanjutkannya disana ya kali ini Sekolah yang ditujuh adalah SMA N 1 plus Mata Uli Sibolga.
Setelah upacara selesai semua siswa diperintahkan masuk kedalam kelas.
" Eh Han, gimana Orang tuamu setuju dengan beasiswa Tahfidzmu ? tanya Sanju.
" Hm, aku sepertinya gak jadi deh San, ngambil beasiswa itu." jawab Hana.
" Loh, kenapa Han ?
Inikan kesempatan emas supaya cita-citamu tergapai, gimana sih Han jangan buat bingung kenapa." Sanju yang sedikit bingung dengan jawaban Hana, karena dia pikir Hana sangat senang dengan beasiswa tapi, kenapa sekarang mala menolaknya.
" Aku bakalan lanjut Sekolah di Malaysia San, pamanku mengajak aku kesana." jawab Hana dengan jujur.
" Ha Malaysia ? Hana mengangguk.
" Hm gitu ya Han, tapi menurutku lebih baik kamu ambil beasiswa ini Han, tapi ya terserah padamulah." ucap Sanju dengan pasrah.
" Maaf San, ada yang lebih dari itu ada alasan aku mau melanjutkan pendidikan ke Malay, untuk sekarang, aku masih belum bisa ngasih tau tapi insya Allah, suatu saat nanti diwaktu yang tepat aku akan memberi taumu, oke ?? " ungkap Hana dengan sorot mata menyakinkan Sanju akan keputusannya.
" Hm iya deh Han, aku percaya sama kamu pasti kamu ngambil keputusan yang terbaik untuk kamu Han, dan kalau udah sampai Malaysia. Jangan pernah lupain aku ya Han,
siapa tau kamu disana punya banyak teman nantinya." ucap Sanju dengan jujur akan suara hatinya
" Ya Allah, kamu itu sahabat terbaik aku
belum ada sahabat di dunia ini yang aku temui sebaik kamu San, aku takkan pernah bisa lupain kamu San, Percaya deh Insya Allah Jika suatu saat nanti kita bakalan dipertemukan lagi kok dengan kesuksesan kita masing-masing iyakan Sanju ?
Kata Hana dengan lembut sambil memeluk Sanju sahabat Mtsnya.
" Janji ya Han, kamu enggak bakalan lupain aku, dan kita bakalan ketemu lagi nanti ya Hana." jawab Sanju pada Hana mengacungkan jari kelingkingnya
" Insya Allah, semangat untuk kita menggapai Impian."
Hana membalas acungan kelingking Sanju.
" Iya Han, makasih udah menjadi sahabat terbaikku Hana." Sanju melontarkan kata-kata itu kepada Hana sahabatnya.
" Terimakasih kembali San." jawab Hana.
Tidak lama kemudian, tibalah ibu guru Zakiyah di kelas Hana. Untuk menginformasikan bahwa kelas Hana akan mengadakan keberangkatan Study Banding ke SMA N 1 Mata Uli.
" Assalamualaikum, anak-anak. " ucap buk Zakiyah.
" Waalaikumussalam, buk. " jawab semuanya serentak.
" Baik ibu langsung saja ya, akan memberitahukan bahwa Sabtu ini kita akan mengadakan Study Banding ke Sekolah Internasional SMA N 1 Mata Uli Sibolga. Dengan biaya ongkos serta makan sebesar Rp. 350.000 untuk hari sabtu dan minggu, jika ada yang berminat silahkan isi formulir daftar nama ini." ucap buk Zakiyah dengan memberikan formulir daftar nama Study Banding itu kepada ketua kelas.
" Baik buk.." jawab siswa di kelas Hana.
Sekertaris pun mencatat nama-nama yang akan mengikuti Study Banding. Setelah selesai menulisnya, sekertaris menyerahkannya pada ibu Zakiyah.
Ibu Zakiyah yang melihat daftar nama itu terkejut, karena tidak tertera nama Hana diformulir itu, sebab sebenarnya yang diharapkan ikut itu adalah Hana, sebagai perwakilan juru bicara sekolah Hana ketika disana nantinya.
" Hana kenapa nama kamu tidak terdaftar disini nak ? tanya ibu Zakiyah pada Hana.
" Hm, maaf buk tapi Hana tidak ada uang segitu banyak buat ikut buk." jawab Hana dengan jujur.
" Kalau untuk masalah biaya *i*nsya Allah, kamu tidak usah khawatirkan biar pihak sekolah yang menanggung biayanya. Karena sebenarnya kamu yang akan diutus sebagai perwakilan juru bicara sekolah ketika disana nanti Hana." ungkap ibu Zakiyah.
" Tapi buk, saya tidak enak dengan yang lain " Hana merasa segan dengan siswa lainnya.
" Tidak Hana, itu sudah menjadi rezeki kamu sebagai siswa yang pintar.
Dan Hana ingat, tidak ada penolakan untuk hal ini." ucap ibu Zakiyah lagi.
Mau berbuat apalagi, Hana hanya bisa menerimanya dengan lapang pasrah ketika Ibu Zakiyah sudah mengatakan itu.
" Baiklah buk Hana ikut serta di dalamnya tapi, sebelumnya izinkan terlebih dahulu Hana meminta izin kepada kedua orang tua Hana buk." pinta Hana pada ibu Zakiyah.
" Iya Hana silahkan saja, dan untuk yang lainnya juga ibu mohon minta izinlah terlebih dahulu kepada kedua orangtua kalian. Agar mereka tidak khawatir nantinya." nasehat Ibu Zakiyah kepada semuanya.
" Baik ibu, siap laksanakan. " ucap ketua kelas Hana dengan tegas, mewakili kelas.
Setelah menyampaikan informasi itu Ibu Zakiyah pun keluar dari kelas Hana.
Masa mendekati UN seperti ini adalah masa-masa hari tenang untuk kelas tiga. Oleh sebab itu guru memasuki kelas hanya sekedar memberikan informasi saja bukan lagi memberikan pelajaran.
Ya Pak Udin pun masuk kedalam kelas Hana untuk menanyakan keputusan Hana mengenai tawaran beasiswa Tahfidz yang dia berikan.
" Assalamu'alaikum, anak-anak." salam Pak Udin.
" Waalaikumussalam, pak." jawab siswa serentak.
" Minta waktunya sedikit ya.
Bapak ingin menanyakan hal penting pada Hana." ucap Pak Udin.
" Baiklah Pak, silahkan."
" Hana, bagaimana keputusan kamu nak ? Apakah kamu sudah berbicara dengan orang tuamu nak ? " tanya Pak Udin.
Hanapun menarik nafasnya, mengurangi sedikit kegugupannya menjawab pertanyaan Pak Udin.
" Saya minta maaf sebelumnya pak, dengan matang saya sudah mengambil keputusan bahwa saya tidak jadi mengambil Beasiswa Tahfidz yang bapak berikan, dan orang tua saya juga setuju pak, dikarenakan saya akan melanjutkan pendidikan ke Malaysia. Sebab saya akan tinggal dengan paman saya." jawab Hana dengan santun.
Pak Udin sejujurnya sangat kecewa mendengar perkataan Hana, sebab dia sangat ingin Hana menjadi Hafidzah Quran yang terdidik.
" Hm, jujur Hana bapak sedikit terkejut dengan keputusan kamu dan juga kecewa tapi semua keputusan ada di kamu, jika kamu mengambil keputusan untuk tidak mengambil Beasiswa Tahfidz ini."
" Bapak hargai keputusan kamu nak, dan Bapak doakan yang terbaik selalu menyertaimu satu pesan Bapak nak teruslah menghafal dan muraja'ah sampai kapanpun itu ya Nak." Ucap Pak Udin dengan nada yang begitu lembut pada Hana.
Hanapun, terharu mendengar penuturan dari Pak Udin, ya tak terpungkiri air mata haru Hana hampir saja terjatuh,
Pak Udin sendiri telah menganggap Hana bukan hanya sebatas siswanya melainkan juga menganggapnya sebagai anaknya.
Begitu juga Hana telah mengganggap Pak Udin bukan hanya sekedar guru untuknya, melainkan juga Seperti seorang ayah yang selalu memotivasinya dalam menghafal dan memuraja'ah hafalannya.
" Terima kasih banyak Pak untuk segala kebaikan yang bapak berikan untuk saya, insya Allah saya akan tetap menghafal dan berikan yang terbaik untuk Bapak. " Jawab Hana dengan santun dan sorot mata yang mengeluarkan air mata.
" Iya nak, Bapak sudah menganggap kamu seperti anak Bapak Hana, kamu jaga diri baik-baik ya disana nantinya, tetap jadi Hana seperti yang Bapak kenal ya, selalu menebarkan kebaikan. " Ucap Pak Udin lagi pada Hana.
" Iya Pak Insya Allah, saya akan tetap menjadi jati diri Hana sendiri Pak, Bapak juga ya selalu bahagia dalam menebarkan dakwah Pak." Ucap Hana pada Pak Udin.
" Insya Allah pasti Bapak akan selalu bahagia dalam menebarkan dakwah ini, kamu juga ya nak." kata Pak Udin pada Hana.
" Insya Allah siap laksanakan Pak hehe." ucap Hana dengan tawa.
Ya begitulah kedekatan antara Hana dengan guru yang sudah dianggapnya seperti Ayahnya, dikarenakan semua kebaikan yang diberikan Pak Udin padanya. Bahkan hampir semua guru senang dengan Hana selain Hana pintar, dia juga Siswa yang santun, baik, ramah dan juga Sholeha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
🥀|bINInYa MaKnAe|🥀
lanjut thor🤗
2021-01-20
1