Part 5 Finally Keputusan

" If you want to get something

you must lost something

jika kamu inginkan sesuatu,

kamu harus kehilangan sesuatu."

....." Pelangi Hanani 🌹 ".....

Mereka pun berkumpul di Ruang tamu, untuk mendengarkan keputusan yang akan diambil oleh Tameer, bapak Hana.

Paman Hanapun membuka suara, untuk memecah keheningan.

" Bagaimana bang ?

Keputusan apa yang abang ambil, apakah abang mengizinkan Hana melanjutkan pendidikannya ke Malaysia atau masih sama dengan keputusan Abang tadi malam ? " tanya Vikri dengan hati-hati.

" Sudahlah Hana jangan berharap lebih, kau taukan bagaimana Bapakmu itu kalau dia sudah mengambil satu keputusan maka dia akan teguh dengan keputusannya akan sangat mustahil merubahnya." batin Hana.

 

" Setelah semalaman aku berpikir dengan matang, aku memutuskan untuk mengizinkan Hana melanjutkan pendidikannya ke Malaysia, tapi, kamu harus menjaga Hana sebagaimana kamu menjaga Putrimu Ranti ingat itu Vikri." ucap bapak Hana yang masih sangat berat, untuk melepas Hana putri satu-satunya.

" Apa Pak ?

Bapak serius ?

Hana tidak salah dengarkan ? " ulang Hana untuk menyakinkan dirinya sekali lagi, seraya bersimpuh pada bapaknya.

" Iya nak.

Dan kamu harus jaga diri baik-baik disana, dengarkan semua nasihat pamanmu disana, karena dia yang akan menjagamu disana." jawab Bapak Hana mengusap kepala putrinya.

" Alhamdulillah, Hana sayang bapak, sayang sekali. " girang Hana, segera memeluk bapaknya

" Alhamdulillah, Vikri tau abang pasti mengambil keputusan terbaik untuk Hana, dan sebisa mungkin Vikri akan membuktikan bahwa Hana akan baik-baik saja selama berada di sana bersama kami." janji Vikri pada Tameer.

Ranti yang mendengar keputusan Tameer alias bapaknya Hana, ikut senang dan dengan spontan saja memeluk Hana.

" Terima kasih telah mau menemani hari-hariku di Malay nantinya Hana." ucap Ranti dengan penuh kebahagiaan.

" Iya Ran sama-sama, terima kasih juga untuk kabar gembira ini." jawab Hana dengan simpulan senyum yang manis.

 

" Hm *a*lhamdulillah.

Kalau begitu semua sudah selesaikan, mari Hana dan Rahmet berangkat ini sudah hampir jam tujuh nanti kalian terlambat lagi." ujar ibu Hana memperingatkan putra dan putrinya.

" Iya ni kak, entar kita telat lagi." sahut Rahmet dengan mulut cemberutnya.

 

Hana yang mendengar perkataan ibunya melepas pelukannya pada Ranti dan berpamitan pada kedua orang tuanya sekaligus pada Paman dan Ranti, begitu juga dengan Rahmet yang juga berpamitan.

 

" Sampai ketemu di Malaysia ya Han. " teriak Ranti sambil melambaikan tangannya.

" Iya Ran, insya Allah I coming Malaysia,

tunggu aku ya Ran, assalamu'alaikum

semua kami pamit berangkat." gantian Hana yang berteriak di boncengan Rahmet.

" Waalaikumussalam." jawab semuanya dengan serentak.

Vikri dan Ranti berangkat juga menuju Stasiun. Menggunakan Jasa Mobil Travel karena keluarga Hana hanya memiliki kereta Scoopy tahun rendah yang sudah jelas-jelas tidak bisa mengantarkan keduanya ke Stasiun. Merekapun berpamitan pada orang tua Hana

Ya, rumah Hana kembali hening.

Hanya ada sosok ibu Hana yang tetap dirumah.

Karena seperti biasa Bapak Hana kembali ke Sawah untuk melihat perkembangannya.

Sesampai di sekolah Hana.

Hari Senin, seperti biasa mereka melaksanakan upacara bendera, untung saja Hana tidak telat untuk hari ini. Kalau saja dia telat, bisa-bisa dia akan dihukum menghormat bendera sampai waktu pembelajaran terakhir.

Hana pun berlari menuju kebarisan.

 

" Han cepetan !

Disini masih kosong." ucap Sanju yang melihat Hana berlari.

 

Hanapun bergegas menuju barisan yang dimaksud Sanju namun, Raisa yang mendengar perkataan Sanju langsung bergegas mengambil barisan itu.

" Kamu apa-apan sih Sa, kamukan tadi udah dapat barisan kenapa mala ngambil barisan Hana." ucap Sanju dengan nada sedikit emosi.

" Barisan Hana ?

Hallo Sanju udik ! Raisa bergaya ala ketua geng.

" Yang terlebih dahulu sampai disini siapa ? Aku kan, jadi barisan ini punya aku paham kamu !! " ucap Raisa dengan angkuh.

 

" Dasar boneka Anabel, tidak punya malu." kata Sanju dan hendak menarik jilbab Raisa namun, aksi Sanju dihentikan oleh Hana, karena Hana tidak ingin Sanju mendapat masalah hanya karena membelanya.

" Sanju, sudah san biarin saja aku disini saja tidak apa-apa yang penting aku tidak terlambat san." ujar Hana untuk menenangkan Sanju.

" Tapi Han, dari tadi disini kosong kenapa dia gak ngisi dari tadi, sewaktu kamu mau ngisi barisan ini eh tetiba saja dia baru ngisi, itu artinya dia sengaja mancing keributan." kesal Sanju pada Raisa.

" Sudahlah San, tak apa ya." Hana dengan lembut, mencoba menenangkan Sanju.

Sanju pun terpaksa menuruti sahabatnya yang baik hati itu dengan mengalah pada Raisa.

Tak terasa sebentar lagi mereka akan menghadapi UN ya sekitar tiga Minggu lagi kurang lebih.

Seperti biasa, sudah menjadi kebiasaan dari tahun ke tahun mendekati waktu UN sekolah Hana akan mengadakan Study Banding ke Sekolah terbaik diberbagai daerah. Khusus untuk kelas tiga guna memperkenalkan mereka mengenai Sekolah lanjutan yang siapa tau mereka berminat melanjutkannya disana ya kali ini Sekolah yang ditujuh adalah SMA N 1 plus Mata Uli Sibolga.

Setelah upacara selesai semua siswa diperintahkan masuk kedalam kelas.

" Eh Han, gimana Orang tuamu setuju dengan beasiswa Tahfidzmu ? tanya Sanju.

" Hm, aku sepertinya gak jadi deh San, ngambil beasiswa itu." jawab Hana.

" Loh, kenapa Han ?

Inikan kesempatan emas supaya cita-citamu tergapai, gimana sih Han jangan buat bingung kenapa." Sanju yang sedikit bingung dengan jawaban Hana, karena dia pikir Hana sangat senang dengan beasiswa tapi, kenapa sekarang mala menolaknya.

" Aku bakalan lanjut Sekolah di Malaysia San, pamanku mengajak aku kesana." jawab Hana dengan jujur.

 

" Ha Malaysia ? Hana mengangguk.

" Hm gitu ya Han, tapi menurutku lebih baik kamu ambil beasiswa ini Han, tapi ya terserah padamulah." ucap Sanju dengan pasrah.

 

" Maaf San, ada yang lebih dari itu ada alasan aku mau melanjutkan pendidikan ke Malay, untuk sekarang, aku masih belum bisa ngasih tau tapi insya Allah, suatu saat nanti diwaktu yang tepat aku akan memberi taumu, oke ?? " ungkap Hana dengan sorot mata menyakinkan Sanju akan keputusannya.

" Hm iya deh Han, aku percaya sama kamu pasti kamu ngambil keputusan yang terbaik untuk kamu Han, dan kalau udah sampai Malaysia. Jangan pernah lupain aku ya Han,

siapa tau kamu disana punya banyak teman nantinya." ucap Sanju dengan jujur akan suara hatinya

" Ya Allah, kamu itu sahabat terbaik aku

belum ada sahabat di dunia ini yang aku temui sebaik kamu San, aku takkan pernah bisa lupain kamu San, Percaya deh Insya Allah Jika suatu saat nanti kita bakalan dipertemukan lagi kok dengan kesuksesan kita masing-masing iyakan Sanju ?

Kata Hana dengan lembut sambil memeluk Sanju sahabat Mtsnya.

" Janji ya Han, kamu enggak bakalan lupain aku, dan kita bakalan ketemu lagi nanti ya Hana." jawab Sanju pada Hana mengacungkan jari kelingkingnya

" Insya Allah, semangat untuk kita menggapai Impian."

Hana membalas acungan kelingking Sanju.

" Iya Han, makasih udah menjadi sahabat terbaikku Hana." Sanju melontarkan kata-kata itu kepada Hana sahabatnya.

" Terimakasih kembali San." jawab Hana.

 

Tidak lama kemudian, tibalah ibu guru Zakiyah di kelas Hana. Untuk menginformasikan bahwa kelas Hana akan mengadakan keberangkatan Study Banding ke SMA N 1 Mata Uli.

" Assalamualaikum, anak-anak. " ucap buk Zakiyah.

" Waalaikumussalam, buk. " jawab semuanya serentak.

" Baik ibu langsung saja ya, akan memberitahukan bahwa Sabtu ini kita akan mengadakan Study Banding ke Sekolah Internasional SMA N 1 Mata Uli Sibolga. Dengan biaya ongkos serta makan sebesar Rp. 350.000 untuk hari sabtu dan minggu, jika ada yang berminat silahkan isi formulir daftar nama ini." ucap buk Zakiyah dengan memberikan formulir daftar nama Study Banding itu kepada ketua kelas.

" Baik buk.." jawab siswa di kelas Hana.

 

Sekertaris pun mencatat nama-nama yang akan mengikuti Study Banding. Setelah selesai menulisnya, sekertaris menyerahkannya pada ibu Zakiyah.

Ibu Zakiyah yang melihat daftar nama itu terkejut, karena tidak tertera nama Hana diformulir itu, sebab sebenarnya yang diharapkan ikut itu adalah Hana, sebagai perwakilan juru bicara sekolah Hana ketika disana nantinya.

" Hana kenapa nama kamu tidak terdaftar disini nak ? tanya ibu Zakiyah pada Hana.

" Hm, maaf buk tapi Hana tidak ada uang segitu banyak buat ikut buk." jawab Hana dengan jujur.

" Kalau untuk masalah biaya *i*nsya Allah, kamu tidak usah khawatirkan biar pihak sekolah yang menanggung biayanya. Karena sebenarnya kamu yang akan diutus sebagai perwakilan juru bicara sekolah ketika disana nanti Hana." ungkap ibu Zakiyah.

 

" Tapi buk, saya tidak enak dengan yang lain " Hana merasa segan dengan siswa lainnya.

" Tidak Hana, itu sudah menjadi rezeki kamu sebagai siswa yang pintar.

Dan Hana ingat, tidak ada penolakan untuk hal ini." ucap ibu Zakiyah lagi.

Mau berbuat apalagi, Hana hanya bisa menerimanya dengan lapang pasrah ketika Ibu Zakiyah sudah mengatakan itu.

" Baiklah buk Hana ikut serta di dalamnya tapi, sebelumnya izinkan terlebih dahulu Hana meminta izin kepada kedua orang tua Hana buk." pinta Hana pada ibu Zakiyah.

" Iya Hana silahkan saja, dan untuk yang lainnya juga ibu mohon minta izinlah terlebih dahulu kepada kedua orangtua kalian. Agar mereka tidak khawatir nantinya." nasehat Ibu Zakiyah kepada semuanya.

" Baik ibu, siap laksanakan. " ucap ketua kelas Hana dengan tegas, mewakili kelas.

Setelah menyampaikan informasi itu Ibu Zakiyah pun keluar dari kelas Hana.

Masa mendekati UN seperti ini adalah masa-masa hari tenang untuk kelas tiga. Oleh sebab itu guru memasuki kelas hanya sekedar memberikan informasi saja bukan lagi memberikan pelajaran.

Ya Pak Udin pun masuk kedalam kelas Hana untuk menanyakan keputusan Hana mengenai tawaran beasiswa Tahfidz yang dia berikan.

" Assalamu'alaikum, anak-anak." salam Pak Udin.

" Waalaikumussalam, pak." jawab siswa serentak.

" Minta waktunya sedikit ya.

Bapak ingin menanyakan hal penting pada Hana." ucap Pak Udin.

" Baiklah Pak, silahkan."

" Hana, bagaimana keputusan kamu nak ? Apakah kamu sudah berbicara dengan orang tuamu nak ? " tanya Pak Udin.

Hanapun menarik nafasnya, mengurangi sedikit kegugupannya menjawab pertanyaan Pak Udin.

" Saya minta maaf sebelumnya pak, dengan matang saya sudah mengambil keputusan bahwa saya tidak jadi mengambil Beasiswa Tahfidz yang bapak berikan, dan orang tua saya juga setuju pak, dikarenakan saya akan melanjutkan pendidikan ke Malaysia. Sebab saya akan tinggal dengan paman saya." jawab Hana dengan santun.

Pak Udin sejujurnya sangat kecewa mendengar perkataan Hana, sebab dia sangat ingin Hana menjadi Hafidzah Quran yang terdidik.

" Hm, jujur Hana bapak sedikit terkejut dengan keputusan kamu dan juga kecewa tapi semua keputusan ada di kamu, jika kamu mengambil keputusan untuk tidak mengambil Beasiswa Tahfidz ini."

" Bapak hargai keputusan kamu nak, dan Bapak doakan yang terbaik selalu menyertaimu satu pesan Bapak nak teruslah menghafal dan muraja'ah sampai kapanpun itu ya Nak." Ucap Pak Udin dengan nada yang begitu lembut pada Hana.

 

Hanapun, terharu mendengar penuturan dari Pak Udin, ya tak terpungkiri air mata haru Hana hampir saja terjatuh,

Pak Udin sendiri telah menganggap Hana bukan hanya sebatas siswanya melainkan juga menganggapnya sebagai anaknya.

Begitu juga Hana telah mengganggap Pak Udin bukan hanya sekedar guru untuknya, melainkan juga Seperti seorang ayah yang selalu memotivasinya dalam menghafal dan memuraja'ah hafalannya.

" Terima kasih banyak Pak untuk segala kebaikan yang bapak berikan untuk saya, insya Allah saya akan tetap menghafal dan berikan yang terbaik untuk Bapak. " Jawab Hana dengan santun dan sorot mata yang mengeluarkan air mata.

" Iya nak, Bapak sudah menganggap kamu seperti anak Bapak Hana, kamu jaga diri baik-baik ya disana nantinya, tetap jadi Hana seperti yang Bapak kenal ya, selalu menebarkan kebaikan. " Ucap Pak Udin lagi pada Hana.

" Iya Pak Insya Allah, saya akan tetap menjadi jati diri Hana sendiri Pak, Bapak juga ya selalu bahagia dalam menebarkan dakwah Pak." Ucap Hana pada Pak Udin.

" Insya Allah pasti Bapak akan selalu bahagia dalam menebarkan dakwah ini, kamu juga ya nak." kata Pak Udin pada Hana.

 

" Insya Allah siap laksanakan Pak hehe." ucap Hana dengan tawa.

 

Ya begitulah kedekatan antara Hana dengan guru yang sudah dianggapnya seperti Ayahnya, dikarenakan semua kebaikan yang diberikan Pak Udin padanya. Bahkan hampir semua guru senang dengan Hana selain Hana pintar, dia juga Siswa yang santun, baik, ramah dan juga Sholeha.

Terpopuler

Comments

🥀|bINInYa MaKnAe|🥀

🥀|bINInYa MaKnAe|🥀

lanjut thor🤗

2021-01-20

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 Mimpi
2 Part 2 Sungai
3 Part 3 Kedatangan Tamu
4 Part 4 Pelangi
5 Part 5 Finally Keputusan
6 Part 6 Bertemu Pria Bermata Sipit
7 Part 7 Semoga bertemu kembali
8 Part 8 Bolpoint Kesayangan
9 Part 9 Keberangkatan Hanani
10 Part 10 Malaysia Hana Coming
11 Part 11 Pemuda yang Dingin
12 Part 12 Bass Ball
13 Part 13 Ada apa dengan Arga ?
14 Part 14 Cuma Orang Asing
15 Part 15 Seulas Fakta
16 Part 16 Bingkisan Hanani
17 Part 17 Tak Seburuk Perkiraan
18 Part 18 Tak sedingin kala itu
19 Part 19 Salah Paham
20 Part 20 Before you go
21 Part 21 Rain
22 Part 22 Sebuah kebenaran
23 Part 23 Gagal
24 Part 24 Kekacauan
25 Part 25 Revisi Spesialis Visual Pelangi Hanani.
26 Part 26 Penang
27 Part 27 Cukup sampai disini
28 Part 28 Bumi Perkemahan
29 Part 29 Senja
30 Part 30 Insiden Hana
31 Part 31 Hanani
32 Part 32 Hana Kritis
33 Part 33 Siapa Pendonor darah itu ?
34 Part 34 Firasat
35 Part 35 Siuman
36 Part 36 Masih dengan rasa yang sama
37 Part 37 Sahabat Lama
38 Part 38 Ikhlas untuk kedua kalinya
39 Part 39 Coklat ??
40 Part 40 Kau bukan Abdul Ashku
41 Part 41 Rooftop
42 Part 42 Arga putra terhebatmu
43 Part 43 Terungkap
44 Part 44 Pejabat Pengkhianat
45 Part 45 Kota angker Ghost hill
46 Part 46 Terjebak
47 Part 47 Kelicikan Pejabat
48 Part 48 Kembali ke Island Hospital
49 Part 49 Suster Aishka dimana ?
50 Part 50 Bagaimana bisa Dokter Nashrun tau ?
51 Part 51 Mengikis sebuah rasa
52 Part 52 Kepulangan Anugrah
53 Part 53 Kemarahan William ( Ayah Anugrah )
54 Part 54 " Kau bukan Ayah yang baik "
55 Part 55 Kepasrahan Anugrah
56 Part 56 Aku kalah ( Anugrah )
57 Part 57 Kenangan
58 Part 58 Patah namun dengan sebab yg berbeda.
59 Part 59 Si Kulkas dua pintu
60 Part 60 Bandara.
61 Part 61 Pamit
62 Part 62 Saling Meluapkan Luka
63 Part 63 Wanita Tangguh
64 Part 64 Masalah keluarga Hana
65 Part 65 Ibu-ibu gosip
66 Part 66 Rantenir
67 Part 67 Sedikit Tenang
68 Part 68 Kata-kata bijak Ranti
69 Part 69 Abu Darda dan Abdul Ash
70 Part 70 Islam
71 Part 71 Belajar mengikhlaskan.
72 Part 72 Suara hati.
73 Part 73 Supir Mulia.
74 Part 74 Ketampanan Arga
75 Part 75 Pertanda dari Allah
76 76 Satu kebenaran lagi
77 Part 77 Kekesalan Hana
78 Part 78 Perasaan Rayhan
79 Part 79 Tak ada kepercayaan
80 Part 80 Fitnah pada Arga
81 Part 81 Kekalahan Arga
82 Bab Aiskha
83 Part 82 Hukuman.
84 Part 83 Satu bukti
85 Part 84 Bertemu dengan orang baik
86 Part 85 Mengunjungi Arga.
87 Part 86 Berjuang lebih keras
88 Part 87 Berangkat berjuang
89 Part 88 Rumah Rakses
90 Part 89 Trixie House
91 Part 90 Kebesaran Allah
92 Part 91 Hana tak sadarkan diri
93 Part 92 Pilihan gila !
94 Part 93 Cahaya Islam
95 Part 94 Memilih pilihan pertama
96 Part 94 Memilih pilihan pertama
97 Part 95 Amar keputusan.
98 Part 96 Terungkap semuanya
99 Part 97 Ujung selaksa
100 Part 98 Ungkapan hati
101 Part 99 Arga pohon pisang
102 Part 100 Pendaftaran Al Azhar
103 Part 101 Bantu lahiran
104 Part 102 Mulut pedas Arga
105 Part 103 Kepulangan Hana
106 Part 104 Harian Hana
107 105 Perasaan Anugrah
108 Part 106 Perpisahan
109 Part 107 Bertemu kakek bijaksana
110 Part 108 Ekstensi kehidupan
111 Part 109 Kebenaran itu dicari
112 Part 110 Tetap menjadi teman
113 Part 111 Bertemu gadis Trixtal Bar
114 Part 112 Jawaban
115 Part 113 Pencarian agama
116 Part 114 Cinta sebelah pihak
117 Part 115 Pahitnya Takdir.
118 Part 116 Mesir
119 Part 117 Melarikan diri
120 Part 118 Pertemuan tak terduga
121 Part 119 Sanju Zafirah
122 Part 120 Gadis bernama Hisya.
123 Part 121 Hana berubah
124 Part 122 Sebuah Fakta tentang Hisya
125 Part 123 Di Trixtal Bar
126 Part 124 Rencana berhasil
127 Part 125 Kabar kehilangan Hana
128 Part 126 Berangkat ke Mesir
129 Part 127 Kabar buruk
130 Part 128 Bertemu dengan Hafga
131 Part 129 Putra Emrin
132 Part 129 Ujung Tombak Pelangi Hanani
133 Part 130 Bertanggung jawab
134 Part 131 Sidang Pertama
135 Part 132 " Sampai di Trixtal Bar "
136 Part 133 Bertemu Hisya
137 Part 134 "Perjuangan."
Episodes

Updated 137 Episodes

1
Part 1 Mimpi
2
Part 2 Sungai
3
Part 3 Kedatangan Tamu
4
Part 4 Pelangi
5
Part 5 Finally Keputusan
6
Part 6 Bertemu Pria Bermata Sipit
7
Part 7 Semoga bertemu kembali
8
Part 8 Bolpoint Kesayangan
9
Part 9 Keberangkatan Hanani
10
Part 10 Malaysia Hana Coming
11
Part 11 Pemuda yang Dingin
12
Part 12 Bass Ball
13
Part 13 Ada apa dengan Arga ?
14
Part 14 Cuma Orang Asing
15
Part 15 Seulas Fakta
16
Part 16 Bingkisan Hanani
17
Part 17 Tak Seburuk Perkiraan
18
Part 18 Tak sedingin kala itu
19
Part 19 Salah Paham
20
Part 20 Before you go
21
Part 21 Rain
22
Part 22 Sebuah kebenaran
23
Part 23 Gagal
24
Part 24 Kekacauan
25
Part 25 Revisi Spesialis Visual Pelangi Hanani.
26
Part 26 Penang
27
Part 27 Cukup sampai disini
28
Part 28 Bumi Perkemahan
29
Part 29 Senja
30
Part 30 Insiden Hana
31
Part 31 Hanani
32
Part 32 Hana Kritis
33
Part 33 Siapa Pendonor darah itu ?
34
Part 34 Firasat
35
Part 35 Siuman
36
Part 36 Masih dengan rasa yang sama
37
Part 37 Sahabat Lama
38
Part 38 Ikhlas untuk kedua kalinya
39
Part 39 Coklat ??
40
Part 40 Kau bukan Abdul Ashku
41
Part 41 Rooftop
42
Part 42 Arga putra terhebatmu
43
Part 43 Terungkap
44
Part 44 Pejabat Pengkhianat
45
Part 45 Kota angker Ghost hill
46
Part 46 Terjebak
47
Part 47 Kelicikan Pejabat
48
Part 48 Kembali ke Island Hospital
49
Part 49 Suster Aishka dimana ?
50
Part 50 Bagaimana bisa Dokter Nashrun tau ?
51
Part 51 Mengikis sebuah rasa
52
Part 52 Kepulangan Anugrah
53
Part 53 Kemarahan William ( Ayah Anugrah )
54
Part 54 " Kau bukan Ayah yang baik "
55
Part 55 Kepasrahan Anugrah
56
Part 56 Aku kalah ( Anugrah )
57
Part 57 Kenangan
58
Part 58 Patah namun dengan sebab yg berbeda.
59
Part 59 Si Kulkas dua pintu
60
Part 60 Bandara.
61
Part 61 Pamit
62
Part 62 Saling Meluapkan Luka
63
Part 63 Wanita Tangguh
64
Part 64 Masalah keluarga Hana
65
Part 65 Ibu-ibu gosip
66
Part 66 Rantenir
67
Part 67 Sedikit Tenang
68
Part 68 Kata-kata bijak Ranti
69
Part 69 Abu Darda dan Abdul Ash
70
Part 70 Islam
71
Part 71 Belajar mengikhlaskan.
72
Part 72 Suara hati.
73
Part 73 Supir Mulia.
74
Part 74 Ketampanan Arga
75
Part 75 Pertanda dari Allah
76
76 Satu kebenaran lagi
77
Part 77 Kekesalan Hana
78
Part 78 Perasaan Rayhan
79
Part 79 Tak ada kepercayaan
80
Part 80 Fitnah pada Arga
81
Part 81 Kekalahan Arga
82
Bab Aiskha
83
Part 82 Hukuman.
84
Part 83 Satu bukti
85
Part 84 Bertemu dengan orang baik
86
Part 85 Mengunjungi Arga.
87
Part 86 Berjuang lebih keras
88
Part 87 Berangkat berjuang
89
Part 88 Rumah Rakses
90
Part 89 Trixie House
91
Part 90 Kebesaran Allah
92
Part 91 Hana tak sadarkan diri
93
Part 92 Pilihan gila !
94
Part 93 Cahaya Islam
95
Part 94 Memilih pilihan pertama
96
Part 94 Memilih pilihan pertama
97
Part 95 Amar keputusan.
98
Part 96 Terungkap semuanya
99
Part 97 Ujung selaksa
100
Part 98 Ungkapan hati
101
Part 99 Arga pohon pisang
102
Part 100 Pendaftaran Al Azhar
103
Part 101 Bantu lahiran
104
Part 102 Mulut pedas Arga
105
Part 103 Kepulangan Hana
106
Part 104 Harian Hana
107
105 Perasaan Anugrah
108
Part 106 Perpisahan
109
Part 107 Bertemu kakek bijaksana
110
Part 108 Ekstensi kehidupan
111
Part 109 Kebenaran itu dicari
112
Part 110 Tetap menjadi teman
113
Part 111 Bertemu gadis Trixtal Bar
114
Part 112 Jawaban
115
Part 113 Pencarian agama
116
Part 114 Cinta sebelah pihak
117
Part 115 Pahitnya Takdir.
118
Part 116 Mesir
119
Part 117 Melarikan diri
120
Part 118 Pertemuan tak terduga
121
Part 119 Sanju Zafirah
122
Part 120 Gadis bernama Hisya.
123
Part 121 Hana berubah
124
Part 122 Sebuah Fakta tentang Hisya
125
Part 123 Di Trixtal Bar
126
Part 124 Rencana berhasil
127
Part 125 Kabar kehilangan Hana
128
Part 126 Berangkat ke Mesir
129
Part 127 Kabar buruk
130
Part 128 Bertemu dengan Hafga
131
Part 129 Putra Emrin
132
Part 129 Ujung Tombak Pelangi Hanani
133
Part 130 Bertanggung jawab
134
Part 131 Sidang Pertama
135
Part 132 " Sampai di Trixtal Bar "
136
Part 133 Bertemu Hisya
137
Part 134 "Perjuangan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!