Bilson mengeluarkan kepalanya mencari-cari siapa yang ada di sana yang mencoba mengganggu acara mereka.
"Sudahlah, palingan juga itu room service. Kita lanjut aja pembahasan kita." tutur wanita itu.
Sementara Aletha sudah panik di balik dinding kamar hotel. Takut bila Bilson menemukan keberadaannya.
Ia masih ingin mencari bukti keburukan dari suami sahnya itu.
Bilson pun akhirnya meninggalkan pintu itu dan menguncinya kembali. Kuncinya ia bawa, dan ia masukkan ke dalam saku celananya. Kumcinya mirip seperti kartu ATM jadi mudah dibawa dan disimpan.
Hotel yang mereka kunjungi saat ini adalah salah satu hotel termegah berbintang tujuh di kota Y. Jadi sistem kuncinya dengan electronic system card.
"Huhft, untung saja nggak ketahuan." gumam Aletha.
Kembali Aletha mendekatkan telinganya ke pintu itu namun ia tak bisa mendengarkan apa-apa. Lalu ia putuskan kembali untuk menggunakan kunci duplikat yang dia pegang.
Pelan-pelan ia membuka pintu itu agar tak ada yang mendengar. Dan .... berhasil. Pintu sudah terbuka.
Dengan hati-hati Aletha membuka sedikit pintu itu agar ia bisa mengintip dan mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
"Kamu sabar ya, sayang. Aku pasti akan memberikan apa yang kamu minta. Tunggu saja sampai berkas ini selesai ditandatangani oleh wanita gi** itu." ucap Bilson.
Ia mengusap rambut wanita itu dengan lembut.
Sementara si wanita tak menjawab tapi ia menganggukkan kepalanya.
Sepertinya aku kenal ini wanita. Hmmmm, siapa ya. Tunggu, coba aku ingat-ingat dulu. Dimana ya aku pernah melihat baju yang dia pakai. Aduh, ni otak kok susah amat diajak kerja sama. Gerutu Aletha dalam hati.
Aletha hanya bisa melihat punggung wanita itu. Wanita itu adalah wanita yang berbeda yang ia lihat saat di kantor Bilson.
Dan wanita yang dilihatnya di kantor Bilson, ia sangat ingat jelas, karena pakaiannya. Dia masih penasaran dengan wanita itu.
Apa mungkin dia yang membantu Bilson untuk melancarkan aksinya. Baiklah, aku sudah tau rencana licik kalian. Sampai ketemu nanti ya. Aku akan memberi kejutan untukmu, mas. Batin Aletha.
"Gimana?" tanya Dena tiba-tiba saat Aletha sudah berada di dalam kamar itu
"Gila, hampir aku ketahuan! Usulmu ini Den, bikin aku deg-degan." ucap Aletha.
"Maaf, Tha. Aku hanya ingin kamu tau secara langsung."
Aletha pun menceritakan segala sesuatu yang di dengar tadi.
"Ayo, cepat-cepat kita pergi dari sini. Keburu ketahuan sama mereka!" ujar Dena.
Mereka akhirnya meninggalkan hotel itu dengan tergesa-gesa dan tanpa jejak.
"Nah, sekarang kamu sudah tau kan bagaimana Bilson di luar?" tukas Dena.
Mereka sudah berada di dalam mobil sekarang menuju jalan pulang.
"Iya, Den. Tapi kamu tau dari mana mas Bilson seperti itu?" tanya Aletha penasaran.
"Kau mencurigai aku?" tanya Dena.
"Bukan, bukan itu maksud aku. Aku kan belum pernah menceritakan bagaimana mas Bilson selama ini. Kok kamu bisa tau?
"Begini ceritanya."
Dena pun menceritakan semuanya termasuk Rimba yang ia suruh untuk memata-matai Bilson.
"Ohh, jadi begitu. Lalu kenapa kamu nggak menceritakannya dari awal?"
"Aku menjaga kesehatanmu, Tha. Rencanaku mau kasitau kamu saat kamu sudah lebih baik setelah operasi." jelas Dena.
Ia menyesal karena sudah berbohong kepada Aletha. Namun mau bagaimana lagi. Dia juga nggak tega kepada Aletha saat itu.
"Ya sudahlah, biarpun begitu aku tetap bertrimakasih padamu. Banyak hal yang sudah kamu lakukan ke aku dan baby Eril."
"Uda nggak papa kok. Namanya juga sahabat." tukas Dena.
Aletha membelai lembut pipi baby Eril. Baby Eril memandangnya penuh makna. Seolah dia mengerti apa yang sedang dialami oleh mamanya itu.
"Sekarang apa rencana kamu?" tanya Dena.
"Aku belum tau, Den. Masih bingung." gumamnya.
"Ya sudah, nanti kita pikirkan. Kita beli makan dulu!"
Mereka pun membeli beberapa cemilan dan makanan berat. Efek belum makan dari siangm Sementara hari sudah sore. Terlihat matahari sudah memperlihatkab wujud jingganya.
Sementara di hotel.
"Jadi kan sayang kamu nikahin aku?" tanya Dewi.
"Iya pasti jadi dong sayang. Tapi..."
"Tapi apa?"
"Gimana mau nikahin kamu, kamu aja masih beluk cerai sama itu siapa namanya itu?"
"Tapi kan sekarang lagi proses, sayang. Tinggal nunggu hasil keputusan sidang." jawab Dewi santai.
Perempuan yang ikut bersama Bilson tadi tersenyum nyengir melihat tingkah Dewi.
Rasain kamu, kamu nggak tau tuh yang ke berapa kamu dijadiin. Hati mas Bilson hanya untuk Santi kok. Bukan untuk perempuan ja**ng seperti dirimu. Batin Wanita itu.
Wanita itu adalah Sandra. Teman dekat Santi sekaligus rekan kerja Bilson. Jadi, mereka sedang bekerja sama untuk memindahkan aset perusahaan atas nama Bilson.
Yang dulunya perusahaan itu atas nama Aletha Indira. Orang tuanya telah memindahkan semua aset atas namanya.Termasuk perusahaan yang digeluti oleh Bilson saat ini.
"Pak, saya pulang dulu ya." ucap Sandra memotong pembicaraan Bilson dan Dewi.
"Iya, silakan. Jangan lupa kesepakatan kita!" tukas Bilson.
"Siap, pak!" sahut Sandra.
Sandra malah cuek dengan Dewi. Tak perduli dia dengan keberadaan wanita itu. Karena sudah muaklah makanya dia cepat-cepat ingin pulang. Muak dengan Dewi yang ia tau hanya ingin memanfaatkan kekayaan yang dimiliki Bilson.
"Aku nggak suka sama dia mas." ucap Dewi tiba-tiba.
"Dia siapa?"
"Itu tadi perempuan yang sok cantik itu." tukas Dewi.
"Dia rekan kerjaku. Dan aku sudah menganggapnya seperti sahabatku. Mau nggak mau kamu harus suka." ancam Bilson.
Karena geram dengan tingkah Dewi, ia sampai lupa menanyakan kenapa Dewi bisa ada di sini.
"Oya, kenapa kamj bisa ada di sini? Kamu ngikutin aku?" tuduh Bilson.
"Nggak ah, mas. Aku tadi lagi ketemu teman. Dan janjiannya di sini. Eh, aku ketemu mas saat temanku itu udah pulang." jawab Dewi santai.
"Teman? Di hotel?" tanya Bilson curiga.
"Ia, emang kenapa mas?" tanya Dewi polos.
"Nggak, nggak apa-apa." jawab Bilson berdalih.
Mana ada teman bertemu di hotel semewah ini. Lagian kamu kerjaannya apa coba? Masa iya kamu sanggup membayar hotel semewah ini? Jangan kira kamu bisa membohongi aku. Baiklah, karena kau yang memulai, aku juga akan melanjutkan sandiwaraku. Batin Bilson.
"Ya sudah, yok Mas. Kita ngopi dulu!" ujar Dewi.
Ia berdiri dan meraih tottebag nya dan menarik tangan Bilson.
Dengan sangat terpaksa Bilson menuruti Dewi.
Untung saja kamu cantik, badan kamu bagus kalau tidak, aku nggak akan mau lagi berurusan denganmu. Lirih Bilson dalam hati.
"Di situ aja kita, mas." ucap Dewi sambil menunjuk cafe Star yang sedang ramai dikunjungi oleh pelanggan.
Mereka sudah sampai di depan cafe itu.
"Ya sudah, kamu duluan aku mau ke toilet sebentar!" ujar Bilson.
"Oke, mas. Jangan lama-lama di toiletnya!" sahut Dewi.
Dewi langsung masuk ke cafe itu dan memanggil seorang waitres.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
🐾🐾🐾🐾😳
2020-10-12
0
Erna Chandradi
semangat kak. kak tolong mampir novel aku berjudul kamu miliki ku. tolong di like dan komentar nya teman
2020-10-07
0
𝐈𝐅𝐈𝐅𝐀𝐘 📴
Like
2020-10-07
0