"Den, kamu dimana sekarang?" tanya Aletha lewat panggilan teleponnya ke Dena.
"Aku di apartemen, Letha. Kenapa?"
"Aku mau ke sana. Aku ingin jumpa sama kamu. Ada hal yang ingin aku bicarakan.
"Datanglah, Tha. Kebetulan aku juga nggak terlalu sibuk nih. Aku tunggu ya." ucap Dena dari seberang.
Aletha memutuskan panggilannya. Ia langsung siap-siap ke apartemen Dena. Tak lupa ia membawa baju ganti untuk baby Eril dan juga perlengkapan susu dan botolnya.
Aletha mendorong troli baby Eril setelah mengunci pintu rumahnya.
Ia menunggu taksi online di depan rumahnya yang sudah dia pesan lewat aplikasi ponselnya.
"Siang, bu! Apakah ini rumahnya nona Aletha?" tanya supir taksi online.
"Siang, pak! Benar, saya Aletha." jawab Aletha singkat.
Sang supir pun mempersilakan Aletha masuk. Sementara supir taksi itu membantu memasukkan troli baby Eril ke dalam bagasi mobil. Tak lupa ia memasukkan tas Aletha ke kursi tempat Aletha duduk.
Baby Eril terlelap di gendongan sang mama tercinta. Mungkin karena dia sudah kenyang, makanya terlelap dengan mudahnya.
Biasanya baby Eril akan menarik-narik rambut Aletha sebelum ia tertidur pulas, sambil menghisap jempol tangan kanannya.
Sepuluh menit Aletha menghabiskan waktu hingga sampai di depan apartemen Dena.
"Trimakasih, pak!" ujar Aletha kepada sang supir.
Ia memberikan lembaran uang kepada sang supir. Sang supir pun menerimanya dengan senyum bahagia setelah mengeluarkan barang-barang Aletha dari dalam bagasi mobil.
"Trimakasih, ibu sudah mau menumpang di taksi saya!"
Aletha langsung masuk ke apartemen Dena karena sudah ada Dena menunggu di depan pintu. Ia membantu Aletha mendorong troli baby Eril.
"Tumben kamu ke sini? Ada hal yang mendesak lah? Kan aku bisa ke sana. Kasian baby Eril dibawa-bawa."
Brukk
Tubuh Aletha tersungkur jatuh ke lantai. Sontak hal ini membuat Dena kewalahan, sementara tangannya sedang mendorong troli baby Eril.
"Rimbaaaa! Rimbaa! Tolongin!" seru Dena memanggil nama Rimba kuat-kuat.
Yang dipanggil pun datang dengan segera, lalu dengan sigap mengangkat tubuh Aletha yang sudah terjuntai lemah di lantai.
Tak peduli lagi dengan status, yang penting ia fokus untuk menolong Aletha.
Ia mengangkat tubuh Aletha dan membawanya ke dalam kamar sesuai perintah bossnya itu. Lalu diletakkannya perlahan tubuh Aletha di atas tempat tidur yang ada di sana.
"Tolong kamu jemput bibi Yani sekarang!"
"Baik, nona."
"Katakan padanya agar membawa baju gantinya. Mungkin dia akan menginap beberapa hari di sini nanti!" ucap Dena.
Rimba menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas perintah sang boss.
Dena mengambil minyak angin dari dalam laci mejanya, lalu mengusapkannya ke kening Aletha, ke tengkuk dan juga lehernya.
Kamu kenapa, Letha? Apakah kamu sudah tau perselingkuhan suamimu? Batin Dena.
Ia mencoba membangunkan Aletha. Ia mengarahkan minyak angin itu ke hidung Aletha, beharap aroma minyak itu bisa membangunkan Aletha dari ketidaksadarannya.
Uhuk, uhuk, uhuk.
Aletha terbatuk. Sepertinya cara yang dilakukan Dena membuahkan hasil.
Dena lalu memberi Aletha minum air hangat.
"Kamu kenapa bisa sampai pingsan, Tha?"
"Aku pingsan, Den? Berapa lama?" ucap Aletha kebingungan.
"Kurang lebih setengah jam."
Tiba-tiba seseorang datang ke kamar itu. Sebelumnya ia sudah mengucapkan salam, nmaun karena tak ada yang menyahut, ia pun sudah berada di kamar tempat Dena dan Aletha sekarang.
"Permisi, nona. Biar saya periksa dulu."
"Silakan, dokter!" sahut Dena.
Seperti dokter pada umumnya, dokter Lena memeriksa tubuh Aletha dan menanyakan keluhan-keluhannya.
"Bagaimana, dok?" tanya Dena penuh selidik.
"Dia cuma kecapean, nona." jawab dokter Lena.
"Saya akan memberikan vitamin dan obatnya." ucap dokter Lena.
Bibi Yani masuk ke dalam kamar tempat Aletha dan Dena berada.
"Nona, maaf saya datang terlambat. Ada yang bisa saya lakukan, nona?" tanya bibi Yani yang baru saja tiba.
"Bibi, tolong masakkan sup agar Aletha makan! Kalau bisa cepat, ya bi!" ujar Dena sopan.
"Baik, nona!" sahut bibi Yani.
Ia pun keluar dari kamar itu dan segera beranjak ke dapur.
"Ini obatnya, dan ini vitaminnya. Ini semua harua dihabiskan ya, nona. Supaya tubuh ibu cepat membaik seperti sedia kala. Dan ingat, ibu nggak boleh kecapean dan banyak pikiran." jelas dokter Lena.
"Trimakasih, dokter!" ucap Aletha dengan wajah pucatnya.
"Sama-sama nona! Saya pamit dulu, saya buru-buru karena ada pasien yang akan dioperasi." ucap sang dokter.
"Makasih, Len." ucap Dena.
Dokter Lena tersenyum lalu meninggalkan mereka.
"Kenapa kamu sampai begini, Letha? Apa yang terjadi? Tolong kamu cerita samaku."
Air mata Aletha jatuh bercucuran tiada henti bahkan sebelum ia bercerita.
Luka, sangat luka hatinya saat ini. Bahkan sangat tidak mudah ia menceritakan apa yang dia alami kepada sahabatnya itu. Rasanya seperti tertahan di dalam tenggorokannya.
"Den, Bilson...."
"Kenapa Bilson? Dia sehat kan?"
"Iya, Den. Dia sehat, tapi aku..."
Isak tangis yang tertahan, itulah yang dirasakan Aletha sekarang. Air matanyalah yang mewakilinya untuk bercerita.
Dena langsung memeluk sahabatnya itu. Ia ingin menyalurkan kekuatannya lewat pelukannya agar Aletha mampu menceritakan segalanya.
Setelah agak tenang, Dena meminta Aletha untuk menceritakan segala yang terjadi pada dirinya dan maksud tujuannya berkunjung ke rumahnya.
"Mas Bilson, Den. Mas Bilson." ucapnya dengan tangis yang ditahan.
"Nggak usah ditahan, Letha. Keluarkan saja! Supaya perasaanmu lega." pinta Dena.
Ia melepaskan pelukannya dari Aletha.
"Ceritakanlah, luapkan semuanya. Aku siap untuk mendengarkanm!" ujar Dena lagi.
Ia menatap pilu sahabatnya itu. Hatinya juga sangat terluka melihat keadaan Aletha seperti ini.
Perlahan-lahan Aletha mulai menceritakan tentang perselingkuhan Bilson dan pengakuan Bilson tentang dirinya kepada perempuan selingkuhan Bilson itu.
"Apa? Dia bilang kamu istri pura-puranya? Kurang ajar!" teriak Dena kesal.
"Iya, Den. Sepertinya wanita itu masih gadis."
Aletha kembali terisak.
"Dasar Bilson nggak tau diri." maki Dena lagi dengan penuh emosi.
"Dan gadis itu cantik, Den. Sepertinya mereka sidah tinggal bareng."
"Maaf sebelumnya ya, Tha." gumam Dena.
"Maat untuk apa, Den? Apa kamu tau sesuatu?" tanya Aletha penuh selidik.
Dena memutar otaknya untuk memilih kata yang tepat agar Aletha tidak terluka.
"Hmmm, sebenarnya..."
Dena ragu-ragu.
"Sebenarnya kenapa, Den?" tsnya Aletha bingung.
Melihat ekspresi Dena ia semakin bingung.
Diliriknya baby Eril yang tertidur pulas di troli-nya.
"Maaf, Tha. Aku sudah tau perselingkuhan Bilson jauh sebelum kamu tau." ucap Dena hati-hati.
"Kamu tau dari mana?" tanya Aletha
Dena pun menceritakan semuanya.
"Jadi kamu melihatnya bersama perempuan lain saat aku di rumah sakit waktu itu?" pekik Aletha.
Dena mengangguk.
"Aku nggak sanggup menceritakannya, Tha. Aku nggak mau ikut campur terlalu intim dengan rumah tanggamu. Okelah, kalau masalah kamu melahirkan dan menjaga kamu dan Eril di rumah sakit itu bukan masalah bagiku. Sedangkan masalah perselingkuhan Bilson, aku ingin kamu yang melihatnya secara langsung. Dan sekaranglah mungkin saatnya kamu tau! Maaf ya, Tha...." lirih Dena
Dena merasa bersalah.
Sedih, kesal, kecewa, kini bercampur menjadi satu di dalam perasaan Aletha.
Selama ini ia sangat peecaya dengan Bilson. Karena alasan yang diutarakannya selalu masuk di akal.
Dan dia tidak pernah menaruh curiga terhadap Bilson meski sedikit pun.
Namun kali ini, ia sangat marah. Ternyata kepercayaannya dikhianati begitu saja oleh orang yang sangat dicintainya.
Bruukk
Kembali Aletha terjatuh ke lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
sambungan dukungan boomlike
2020-10-12
0
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
duuuh.. gak teha aq sm aletha
2020-10-02
1
Akira ✨
3 like tertinggal
2020-10-01
1