Kamu Kenapa, Sayang?

Hari ini genap sudah baby Eril berusia satu bulan. Ia sangat menggemaskan apalagi lesung pipinya. Berat badannya pun bertambah. Cubby pipinya membuat orang yang melihatnya gemas dan ingin mencubitnya. Seperti bakpao.

Dengan lihai Aletha mengerjakan pekerjaan rumah sambil menjaga dan merawat baby Eril. Rutinutasnya kembali seperti dulu. Segala pekerjaan rumah dia sendiri yang mengerjakan, tanpa dibantu Bilson atau pembantu sekali pun.

Keringat mulai bercucuran membasahi bajunya setelah dia selesai mencuci, memasak dan membersihkan rumah. Baru duduk sejenak, tiba-tiba baby Eril sudah memanggilnya lewat tangisan kecil yang keluar dari bibir mungilnya.

Aletha berlari menghampiri baby Eril.

"Cup, cup, cup. Sayang. Mama di sini." ucap Aletha.

Ia langsung membawa baby Eril ke pelukannya. Dulu pertama kali, dia masih kaku menggendong baby Eril, tapi kini mungkin karena terbiasa dan kegigihannya belajar, akhirnya Aletha bisa menguasai semuanya dalam waktu singkat.

Aletha juga bisa membagi waktunya dengan baik. Sambil menjaga baby Eril, pekerjaan rumah pun tidak terbengkalai. Aletha adalah seorang wanita yang kuat. Meskipun dia berasal dari keluarga yang kaya raya, namun segala pekerjaan untuk ibu rumah tangga sudah bisa dikuasainya sejauh ini.

Aletha lalu menyusui baby Eril.

Usai minum susu, baby Eril masih saja menangis. Aletha sudah berusaha menenangkannya tapi baby Eril masih saja rewel.

"Ada apa, nak. Mama uda kasih ASI, kurang kenyang ya?' tanya Aletha.

Ia memang selalu mengobrol dengan baby Eril.

"Ya sudah, biar mama buatkan susu formula lagi untuk mu, ya. Jagoan mama." gumam Aletha.

Ia membawa baby Eril dalam gendongannya dan berjalan ke dapur untuk membuat susu formula untuk baby Eril.

"Nah, ini sudah mama siapkan susunya. Diminum ya, sayang." ujar Aletha.

Ia menyodorkan botol susu ke mulut baby Eril.

Tapi bayi mungil itu masih saja menangis.

Aletha mencoba menggendong bany Eril sambil menyanyikan lagu anak-anak, lagu pengantar tidur.

Adek bobo oh adek bobo

Kalau tidak bobo digigit nyamuk

Adek bobo oh adek bobo

Kalau tidak bobo digigit nyamuk

Bobolah sayang, anakkku yang manis

kalau tidak bobo digigit nyamuk

Itulah lagu yang dinyanyikan Aletha untuk menenangkan baby Eril, sambil menepuk-nepuk punggung sang bayi dengan lembut. Lalu, ia memeluknya dengan penuh kasih sayang.

Untuk sejenak, baby Eril tenang. Ia kembali memejamkan matanya yang sudah mulai mengantuk. Tetapi tiba-tiba dia kembali menangis. Hanya sepuluh menit bayi mungil itu memejamkan matanya.

Aletha kembali meraih tubuh bayi mungil itu karena sudah diletakkannya tadi di dalam box baby. Ia membawa baby Eril lagi ke dalam pelukannya. Rambutnya dia usap-usap perlahan.

*Kamu kenapa, sayang? Mama sangat mengkhawatirkanmu. Mama sudah lakukan segalanya tapi masih saja kamu tidak tenang. Ada apa sayang, apa kamu merindukannya? Sama, sayang. Mama juga merindukannya.

Tapi entah dimana dia sekarang kita nggak tau. Mungkin nanti malam dia akan pulang setelah kita semua memejamkan mata kita.

Kamu sabar ya, sayang. Mama akan selalu ada untukmu. Mama akan menjadi cahaya saat kamu berada dalam gelap. Mama akan selalu menyinari jalan mu kemana pun kakimu melangkah*. Lirih Aletha dalam benaknya.

Meskipun sudah berbagai cara dilakukan, namun baby Eril masih saja rewel. Aletha semakin kebingungan. Dia sudah searching segala cara lewat g**gle, nanya ke teman-temannya, semua sudah dilakukan, tapi tetap tak membuahkan hasil. Baby Eril bukannya diam, malah menangis lebih keras. Badannya juga tidak panas.

Bagi ibu pemula seperti Aletha, wajar saja jika ia panik, tak tau harus berbuat apa lagi. Padahal dari tadi Aletha sudah menggendong baby Eril sambil joget-joget, jalan-jalan.

Kring kring kring

kring kring kring

Telepon genggam nya berdering.

"Ya, haloo." sapanya kepada yang menelepon.

"Hallo, Letha, ini aku Dena." sahut Dena dari seberang.

"Iya Den, ada apa?" tanya Aletha yang masih berjalan-jalan untuk menenangkan baby Eril dipelukannya.

"Aku hanya ingun menanyakan kabar kamu. Kok baby Eril nangis? Dari tadi aku dengar suaranya nangis terus Al, kenapa?" tanya Dena.

Ya, suara baby Eril terdengar sampai ke telinga Dena.

"Aku juga nggak tau, Den. Dari tadi baby Eril sudah rewel terus, aku sudah buat segala cara tapi dia masih tak mau berhenti menangis Den." ucap Aletha.

Ia masih saja panik dan Dena bisa merasakan bahwa sahabatnya itu tidak baik-baik saja.

"Bawa ke dokter saja, Letha!" ujar Dena kepada Aletha.

"Tapi dia nggak demam lho, Den. Aku juga sudah cek suhu badannya. Normal kok." ujar Aletha menjelaskan.

"Ya sudah, begini saja. Biar aku telepon dokter Ariel ya. Supaya baby Eril diperiksa. Apakah ada masalah atau tidak biar dokter yang memastikan." kata Dena lagi.

"Kamu yang sabar ya, Letha. Jangan panik. Ya sudah aku tutup dulu mau nelepon dokter Ariel." sambungnya lagi.

"Iya, Den. Trimakasih ya. Lagi-lagi kamu yang selalu ada buat aku dan baby Eril.

"Sudah, sudah tak ada ucapan trimakasih untuk seorang sahabat dan juga baby Eril kan anak aku juga. Jadi berhenti bilang trimakasih karena aku nggak mau kalian berdua kenapa-kenapa." ujar Dena menenangkan dan menghibur hati Aletha.

Tanpa sadar butiran bening sudah menetes di pipi Aletha, namun segera ia hapus karena dia mendengar ada seseorang yang masuk ke dalam rumahnya.

Mungkin saja Bilson, karena sudah seminggu Bilson tak pulang ke rumah ke tempat Aletha dan baby Eril sekarang tinggal.

"Aku tutup ya teleponnya. Bye." ucap Dena. Ia mengakhiri obrolannya dengan Aletha. Dan langsung mencari kontak dokter Ariel.

Tuuut, tuuuut, tuuuut.

Tuuut, tuuuut, tuuuut.

Tak ada jawaban dari seberang.

Issh, dimana sih dokter ini? Aku sudah hubungi terus-menerus tapi tak diangkat. Apa aku ke rumah sakit saja? Apa mungkin dia sibuk sekarang? Ah, malaslah. Sedikitpun tak ada waktu menjawab telepon aku. Gerutu Dena dalam hati.

****

Dokter Ariel sedang sibuk memeriksa pasiennya pagi ini. Mondar-mandir dari lantai dua ke lantai tiga. Karena ruangan anak-anak berada di lantai dua dan tiga.

Ponselnya pun diletakkannya di meja ruangannya, maka dia tak tahu siapa yang menelepon.

"Dok, pasien yang ada di ruangan 337 beberapa kali muntah, dok." ucap salah seorang perawat yang mendatangi dokter Ariel yang sedang berdiri di depan kamar pasien lainnya.

Dia baru saja mengecek kondisi setiap pasiennya dengan stetoskop masih berada dalam genggamannya.

"Baiklah, aku akan segera ke sana." ucap dokter Ariel.

Dokter Ariel berjalan dengan cepat menuju ruang nomor 337. Diikuti perawat yang memanggilnya tadi dari belakang.

Terpopuler

Comments

Desrayanii

Desrayanii

Arlyn isi absen disini kak 💕💕😍

2020-11-05

0

🍫Bad Mood 🍰

🍫Bad Mood 🍰

si othor deskripsiin pipi baby eril kaya bakpao, kenapa bukannya gemes kok aku malah laper yaa?? Dasar aku tukang makan 😩😩

2020-11-01

0

🐣ʙᴀʙʏ ᴍᴏᴄʜɪ🐣

🐣ʙᴀʙʏ ᴍᴏᴄʜɪ🐣

kasian baby Erli dia tuh kangen sama papa nya, yang kuat ya aletha 😔🤗
uwu itulah yg dinamakan Sabahat yg selalu ada di saat senang maupun duka😘😘😘😘

SEMANGAT KA ANA 🤗😘

2020-10-31

2

lihat semua
Episodes
1 Sebelum melahirkan
2 Kehadiranmu
3 Menunggu Papa
4 Dimana Hatimu
5 Kamu Harus Kuat
6 Pulang 1
7 Pulang 2
8 Tak Menyangka
9 Kamulah Alasanku Bertahan
10 Kamu Kenapa, Sayang?
11 Oh, Dia Begitu Mempesona
12 Dewi
13 Kamu kemana, Mas?
14 Santi
15 Sampai Kapan, Mas?
16 Siapa Dia, Mas?
17 Tertangkap Basah
18 Bertemu Dena
19 Siapa Mereka?
20 Teka Teki Mulai Terjawab
21 Dewi Kena PHP
22 Keraguan Santi
23 Aku Salah Apa, Mas?
24 Aku Mau Kita Cerai
25 Anak Bunda Ganteng Banget.
26 Maafin Mama
27 Antara Tito dan Bilson
28 Semoga Aku Berhasil
29 Ayo Ngaku Sekarang!
30 Bilson Kena Tipu
31 Senyummu Adalah Kekuatanku
32 Lepaskan Putraku!
33 Titip Anak Saya
34 Kamu Siapa?
35 Trimakasih Mas
36 Akuilah
37 Bye Luna
38 Kegeraman Bilson
39 Hilangnya Berkas
40 Kebahagiaan Sesaat
41 Sandra VS Aletha
42 Aletha VS Santi
43 Rencana Santi
44 Bertemu Pengacara
45 Periksa di Rumah Sakit
46 Keberanian Aletha
47 Masa Lalu
48 Masa Lalu 2
49 Masa Lalu 3
50 Seperti Mimpi Buruk Bagiku
51 Meninggalkan Hutang
52 Penagih Hutang, Lagikah?
53 Datangnya Bilson
54 Kebahagiaan Telah Datang
55 Kejang
56 Anak Bunda Pasti Kuat
57 Pengantin Baru
58 Tito Dan Santi
59 Mulai ke Butik
60 Menguntit
61 Revan Kabur
62 Salah Tangkap
63 Ketemu
64 Tertangkap Lagi
65 Dokter Juga Manusia
66 pengumuman
67 Mak Comblang
68 Aku Belum Siap
69 Aku Mau Papa
70 Sakit Lagi
71 Diagnosa Sementara
72 Bimbang
73 Di ICU
74 Adanya Keabnormalan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Sebelum melahirkan
2
Kehadiranmu
3
Menunggu Papa
4
Dimana Hatimu
5
Kamu Harus Kuat
6
Pulang 1
7
Pulang 2
8
Tak Menyangka
9
Kamulah Alasanku Bertahan
10
Kamu Kenapa, Sayang?
11
Oh, Dia Begitu Mempesona
12
Dewi
13
Kamu kemana, Mas?
14
Santi
15
Sampai Kapan, Mas?
16
Siapa Dia, Mas?
17
Tertangkap Basah
18
Bertemu Dena
19
Siapa Mereka?
20
Teka Teki Mulai Terjawab
21
Dewi Kena PHP
22
Keraguan Santi
23
Aku Salah Apa, Mas?
24
Aku Mau Kita Cerai
25
Anak Bunda Ganteng Banget.
26
Maafin Mama
27
Antara Tito dan Bilson
28
Semoga Aku Berhasil
29
Ayo Ngaku Sekarang!
30
Bilson Kena Tipu
31
Senyummu Adalah Kekuatanku
32
Lepaskan Putraku!
33
Titip Anak Saya
34
Kamu Siapa?
35
Trimakasih Mas
36
Akuilah
37
Bye Luna
38
Kegeraman Bilson
39
Hilangnya Berkas
40
Kebahagiaan Sesaat
41
Sandra VS Aletha
42
Aletha VS Santi
43
Rencana Santi
44
Bertemu Pengacara
45
Periksa di Rumah Sakit
46
Keberanian Aletha
47
Masa Lalu
48
Masa Lalu 2
49
Masa Lalu 3
50
Seperti Mimpi Buruk Bagiku
51
Meninggalkan Hutang
52
Penagih Hutang, Lagikah?
53
Datangnya Bilson
54
Kebahagiaan Telah Datang
55
Kejang
56
Anak Bunda Pasti Kuat
57
Pengantin Baru
58
Tito Dan Santi
59
Mulai ke Butik
60
Menguntit
61
Revan Kabur
62
Salah Tangkap
63
Ketemu
64
Tertangkap Lagi
65
Dokter Juga Manusia
66
pengumuman
67
Mak Comblang
68
Aku Belum Siap
69
Aku Mau Papa
70
Sakit Lagi
71
Diagnosa Sementara
72
Bimbang
73
Di ICU
74
Adanya Keabnormalan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!