Beberapa jam kemudian di ruangan Mawar nomor 333, Aletha sudah bangun. Ia merasa sangat lapar. Perlahan ia menggerakkan tubuhnya tapi ada rasa ngilu di seluruh tubuhnya. Ia juga merasa kepanasan.
Dilihatnya sekeliling kamar, tapi tak menemukan siapa pun. Berharap ada Bilson di sana. Namun harapannya hampa. Ia ingin bangun untuk meraih gelas berisi minuman yang terletak di meja kecil di samping tempat tidurnya.
Tetapi ia tak mampu. Badannya semua serasa tidak bisa digerakkan. Rasa perih yang amat sangat di dalam perutnya sebelah kanan dan rasa ngilu menggerogoti tubuh dan kakinya. Ia berusaha memanggil seseorang, tapi dia tidak mampu. Ia tidak menyerah.
Kembali ia berusaha memencet tombol yang ada di atas kepalanya dan syukurlah berhasil.
"Suster, tolong ke ruangan saya! Saya butuh bantuan," katanya dengan sedikit meringis menahan sakit.
"Baik, bu. Kami akan ke sana," jawab salah seorang perawat.
Beberapa menit kemudian seorang perawat datang.
Dena yang sedang duduk di depan ruangan Aletha melihat seorang perawat masuk ke ruangan Aletha. Ia pun bergegas mengikuti perawat itu.
"Ada apa, bu? tanya perawat itu mendekati Aletha.
"Suster, saya mau minum. Tapi saya tidak bisa meraih minuman itu." kata Aletha menunjuk air minum yang terletak di atas meja.
Dena langsung mendekat.
"Biar saya saja, sus!" tukas Dena.
Lalu ia memperbaiki bantal Aletha agar bisa minum dengan baik. Tak lupa ia memasukkan sedotan ke dalam gelas itu agar Aletha bisa meminumnya sambil tidur.
Kemudian Dena menyodorkan minuman itu ke arah mulut Aletha. Aletha meminumnya tanpa pikir panjang. Ia merasa tenggorokannya kering karena kehausan. Ia menghabiskan dua gelas air mineral.
Saat Aletha sedang minum, dua orang perawat datang membawa bayi Aletha. Aletha sangat bahagia. Ia menghentikan minumnya menyambut bayi mungil itu.
"Ibu bagaimana keadaannya?" tanya salah seorang perawat. .
"Badan saya terasa ngilu dan perut saya bagian kanan perih suster," kata Aletha sambil menunjuk perutnya sebelah kanan.
"Oh, itu tidak masalah. Wajar karena ibu masih pertama kali melahirkan. Dan itu juga wajar karena jahitan operasi itu," kata perawat tersebut menjelaskan.
"Oya, besok ibu harus sudah bisa miring kiri kanan ya!" kata perawat itu lagi.
"Baik, sus," kata Aletha menyanggupi.
Bagaimana mau miring kiri kanan, badan saya saja rasanya berat sekali. Belum lagi rasa ngilu di ************ saya. Batin Aletha.
"Ini obatnya ya, bu. Yang ini dua kali sehari, dan yang ini satu kali satu hari. Dan yang terakhir ini, tiga kali satu hari. Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan datang ke meja administrasi yang ada di depan ruangan ini. Kira-kira 10 meter dari sini," ucap perawat itu sambil menunjuk ke arah meja administrasi dan menyodorkan obat tersebut ke Dena.
Dena menerima obat itu dan mengingat apa yang diucapkan perawat itu.
"Baik, suster. Trimakasih." jawab Dena singkat.
"Nanti saya akan datang ya, bu untuk mengambil bayinya. Sekarang ibu boleh susui dia," kata perawat itu lagi.
Diangguki perawat yang satu lagi
"Tapi, sus air susu saya belum keluar," kata Aletha.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti kalau bayinya menangis, ibu minta susu formula saja ke meja administrasi itu! Nanti ada perawat di sana yang akan membantu," kata perawat itu lagi.
Kedua perawat cantik itu pun pergi sambil membawa map di tangannya.
Setelah kepergian kedua perawat itu, Rimba masuk bersama seorang lelaki yang tangannya diikat dan mulutnya di bekap dengan kain.
"Nona, saya sudah membawanya, sesuai perintah nona," kata Rimba.
Ia melepaskan tangannya dari orang itu.
"Lho, kenapa dengan suami saya?" tanya Aletha heran.
Padahal dia tadi lagi sibuk dengan bayinya, tapi karena mendengar suara laki-laki ia pun langsung menoleh ke sumber suara itu.
"Maafkan saya, bu. Tadi saya sudah memintanya secara baik-baik untuk datang ke sini tapi dia tidak mau, jadi saya paksa dengan cara begini. Maafkan saya, bu," ucap Rimba.
"Aku yang menyuruhnya, Letha," kata Dena memotong.
Dena tidak ingin Letha kebingungan.
"Tapi kenapa Den?" tanya Aletha penuh selidik.
Ia membelalakkan matanya ke arah Dena.
"Suami kamu ini asyik-asyik di rumah sementara kamu di sini bertaruh nyawa untuk melahirkan anak kalian. Ayah macam apa dia?"
Dena masih tidak terima tindakan Bilson. Masih terbayang di benaknya wajah seorang wanita yang mengaku sebagai kekasih Bilson.
Dena sudah mulai emosi. Dia tidak sanggup membayangkan apa yang terjadi sama Aletha jika dia memberitahu tentang perselingkuhan suaminya itu. Namun ia segera meredam emosinya dan tak ingin memberitahukan semuanya demi kebaikan Aletha.
Rimba membuka ikatan tangan Bilson dan melepaskan kain yang menyumpal di mulutnya.
"Aku tidak perduli. Mau dia melahirkan terserahnya. Aku sudah muak dengan sikapnya yang manja," ucap Bilson tiba-tiba dengan menunjuk-nunjuk ke arah Aletha.
"Aku tidak pernah menginginkan anak ini. Dia saja yang terus-terusan mempertahankannya. Aku sudah menyuruhnya untuk menggugurkannya tapi dia tidak mau," jelas Bilson dengan nada marah dan menunjukkan wajah tidak menyukai bayi itu.
Ucapan Bilson membuat Dena marah. Ia tak pernah mengira di dunia ini ada seorang ayah yang tega menelantarkan anak kandungnya sendiri. Yang tega menyangkal darah dagingnya sendiri. Ia mengacungkan tangannya hendak menampar Bilson.
"Berhenti!" ucap Aletha dengan deraian air matanya.
"Mas, kamu tega tidak mengakui anakmu sendiri. Di mana hatimu, mas. Dia anakmu, darah dagingmu," ucap Aletha lagi sesenggukan menahan tangisnya agar tidak pecah.
Aletha takut kalau bayinya terbangun.
"Sekalipun dia anakku, aku tidak perduli. Kamu urus saja dia sendiri," kata Bilson meninggalkan mereka dan menghempaskan pintu ruangan itu kuat sehingga orang-orang yang ada di luar ruangan itu melirik heran.
Dena tidak habis pikir akan sikap Bilson. Dia mengira selama ini rumah tangga Aletha baik-baik saja. Karena Aletha tidak pernah menceritakannya pada siapa pun termasuk Dena.
Ia memeluk sahabatnya itu erat. Ia sangat memahami bagaimana perasaan sahabatnya itu saat ini. Ia pun memberi kata-kata motivasi agar Aletha bangkit dan tidak memikirkan tentang sikap suaminya itu.
"Letha, sekarang aku minta kamu fokus saja dengan baby mu, ya. Kamu bilang air susumu belum keluar, itu saja yang harus kamu utamakan sekarang. Kamu mau kan menyusui baby boy itu dengan air susumu?" tanya Dena sambil mengusap air mata Aletha yang tidak berhenti bercucuran.
"Tapi, Den bayi itu berhak di peluk ayahnya. Bayi itu berhak diakui ayahnya sendiri," kata Aletha masih terisak.
"Aku tau, Letha. Siapa sih yang tidak mau diakui oleh ayah kandungnya? Semua anak mau itu, Letha. Tapi lihatlah ayahnya," kata Dena mencoba menghibur.
Ia berusaha menguatkan Aletha. Ia memeluk Aletha lagi dengan erat. Sementara Rimba melihat semua kejadian itu dengan rasa haru.
Ternyata nona yang menyuruh dia membekap Bilson adalah wanita yang baik. Ia juga turut melafalkan doanya untuk Aletha. Untuk kekuatan Aletha menghadapi pahitnya dunia yang fana ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
keren banget 😍
2023-02-06
0
Nina
bilsonn
2021-02-17
0
Caramelatte
so far so good
2020-11-29
0