Dena sampai di rumah Aletha. Dia memarkirkan mobilnya di depan rumah. Dia memasuki rumah Aletha dengan hati-hati. Takut dikira maling oleh warga.
"Tok, tok, tok," Dena mengetuk pintu rumah itu.
Seorang wanita muda keluar. Ada perasaan aneh di hati Dena. Tapi dia tak memperdulikan gadis itu. Dia hendak masuk tetapi dihalangi oleh gadis itu.
"Kamu siapa? Enak aja nyelonong masuk rumah orang," kata wanita itu mendorong tubuh Dena hampir terjatuh.
Namun Dena menahannya.
"Aku mau mengambil peralatan pemilik rumah ini. Aku nggak ada waktu berdebat dengan anda. Maaf," kata Dena lagi mencoba menerobos.
Dena tidak mau menghabiskan waktunya dengan hal yang nggak jelas seperti ini. Fokus dia datang ke rumah ini adalah mengambil perlengkapan bayi Aletha dan Aletha.
Kalau ada kesempatan di sini, Dena juga akan mengatakan semuanya pada Bilson. Dengan cepat Dena langsung menerobos masuk ke kamar Aletha tempat dia pingsan sebelumnya.
Ia mencari barang yang dibutuhkannya. Matanya terfokus pada sebuah travel bag di atas lemari. Perlahan dia menghampirinya dan membukanya. Ternyata itu peralatan bayi lengkap. Aletha sudah menyiapkan semuanya di sana. Sekarang tujuan Dena berikutnya adalah perlengkapan Aletha.
Diperiksanya dengan teliti isi travel bag tersebut. Dan semua ternyata sudah ada di sana. Buru-buru ia mengunci kembali travel bag itu dan hendak beranjak dari sana.
"Hey, kamu siapa? Ada perlu apa kamu di rumah saya? Kamu mau maling, ha?"
Dena terkejut. Ia tidak tau kalau ada orang lain di rumah itu. Iya pun menoleh ke sumber suara.
Seorang lelaki menatap sangar ke arahnya.
"Aku mau mengambil perlengkapan Aletha,"
"Buat apa, ha?" bentak lelaki itu.
"Aletha sekarang sudah melahirkan. Ia butuh perlengkapan bayinya. Aku datang untuk menjemputnya sekalian memberitahumu."
"Ngapain kami sok jadi pahlawan pake bantuin orang segala?"
Bilson marah melihat kedatangan Dena. Dia juga nggak terima Dena masuk ke rumahnya dan membawa berita yang tak diinginkannya.
"Mendingan kamu pulang sekarang. Kamu urus teman kamu itu. Aku nggak peduli mau dia mati sekalipun!" ucapnya dengan suara keras.
"Tapi kamu ayahnya bayi itu. Dan kamu juga harus mengurus mereka."
"Alah, manja. Ngapain mesti diurus-urus. Uda tua juga."
"Dasar suami yang nggak bertanggung jawab." ujar Dena.
Yang dia tau dari Aletha Bilson adalah sosok suami yang baik dan sayang keluarga. Seketika sirna sudah kepercayaan Dena selama ini.
Dia percaya dengan apa yang dikatakan Aletha selama ini tentang suaminya. Tetapi melihat sikap Bilson sekarang, Dena semakin khawatir dengan sahabatnya itu.
"Kamu memang wanita yang tak tau malu," ucap Bilson geram.
"Dan kamu adalah seorang ayah dan suami yang
tidak bertanggung jawab," ujar Dena tak mau kalah.
Bilson hendak menampar pipi Dena tapi urung karena perempuan yang membukakan pintu untuk Dena tadi datang menghampiri.
"Jadi mas, kamu sudah punya istri?" tanya perempuan itu mendekati Bilson. Kamu bilang kamu single mas, makanya aku mau menerima lamaran kamu.
"Apa? Lamaran?" kata Dena heran.
Ia terbelalak.
"Iya mbak. Mas Bilson melamarku. Katanya dia masih single makanya aku mau, mbak," kata perempuan itu.
Tetesan bening wanita itu sudah mengalir di pipinya.
"Tega kamu, mas. Aku uda nggak percaya sama kamu. Mendingan kita batalkan pernikahan kita," kata perempuan itu sambil terisak.
Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil berlari ke luar rumah.
"Sayang, tunggu." kata Bilson.
Dia berlari mengejar perempuan itu.
Sementara Dena terbengong menyaksikan kejadian itu. Dia semakin iba akan hidupnya Aletha.
Aletha menutupi semua itu selama ini. Ia menahan segala penghianatan yang dilakukan suaminya. Cepat-cepat ia membawa travel bag tadi keluar rumah itu.
Ia cuek atas perdebatan Bilson dengan selingkuhnya itu. Ia akan menanti saat yang tepat untuk melabrak Bilson. Dia pun berlalu dari sana dan membawa semua perlengkapan itu ke rumsh sakit.
Kembali ia menyalakan mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan tinggi. Dia harus cepat-cepat sampai di rumah sakit keburu Aletha nanti terbangun.
Sebelumnya Dena sudah menelepon pak ustad untuk mengadzani bayinya Aletha. Ia meminta nomor ponsel pak ustad kepada Rimba tadi sebelum sampai di rumah Joey.
Tiga puluh menit kemudian, Aletha sudah sampai di rumah sakit. Cepat-cepat ia berlari ke dalam dan menaiki lift agar cepat sampai di ruangan Aletha.
"Untung aja dia masih tertidur pulas," batin Dena.
Beberapa menit kemudian pak ustad sudah tiba di ruangan Aletha. Dena membawa pak Ustad ke ruangan bayi. Tentunya sudah persetujuan dari dokter dan bidan.
Pak ustad pun melantunkan ayat-ayat Al Qur'an ke telinga si bayi mungil. Sibayi terlihat sangat bahagia. Dia tersenyum seolah mengerti apa maksud dari lantunan ayat tersebut.
Setelah selesai, pak ustad pamit undur diri kepada Dena. Dena mengucapkan terimakasih kepada pak ustad tersebut dan menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribu rupiah kepada pak ustad yang sudah dibungkusnya ke dalam amolop.
Dena juga kembali ke ruangan tempat Aletha dirawat. Diilihatnya Aletha masih tertidur pulas. Ia kemudian terbangun saat merasakan kehadiran seseorang di ruangan itu.
"Den, mana suamiku? Aku menunggunya," kata Aletha menahan rasa sakit.
"Sssst, udah kamu tiduran dulu. Kamu mau apa?" tanya Dena tidak menjawab pertanyaan Aletha.
"Tapi aku butuh suami ku, Den. Tolong aku, minta dia datang ke sini dan melihat putra kami!" katanya lagi.
Dalam hati Aletha berharap Bilson senang karena dia sudah menjadi seorang anak. Pasti dia akan berubah.
"Iya, Tha. Kamu tenang ya. Aku udah ketemu sama Bilson. Dia pasti akan datang sebentar lagi," ucap Dena berbohong.
"Mendingan kamu istirahat sambil menunggu datangnya Bilson!" kata Dena lagi.
Ia menarik selimut Aletha sampai ke dada. Ia memberi Aletha minum karena memang sudah habis masa puasanya. Tetapi hanya sedikit. Itu perintah dokter.
Aletha pun mulai tertidur lagi. Obat bius yang disuntikkan kemarin masih belum habis. Makanya dia bawaannya ngantuk terus.
Dena duduk di tepi ranjang. Ia menelepon seseorang.
"Rim, aku udah menemukannya. Sekarang juga kamu geret dia ke sini. Aku nggak perduli bagaimana caranya. Yang penting dia ada di sini." kata Dena dengan tegas.
Terdengar suara tuuut panjang karena Dena audah memutuskan panggilannya tanpa basa basi.
"Bayi mungil menunggu kehadiran sang papa. Namun sang papa tak kunjung jua. Kasihan kamu, sayang. Bunda akan selalu berusaha untuk membantumu dan mama kami, sayang."
"Yang penting kamu dan mama kamu tetap sehat. Suatu saat kamulah yang akan menuntut balas kepada papamu. Tunggu kamu besar nanti," Batin Dena.
Setelah mengakhiri peecakapan lewat telepon tadi, Rimba langsung melaksanakan tugasnya sesuai perintah. Ia menuju rumah Aletha yang sudah diberitahu Dena tadi lewat pesan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
bacanya nyicil 👍
2023-01-16
0
Caramelatte
eyoo kakak aim kambekk yuhuuuu mangattzzz
2020-11-29
0
Candra Dewi DP
klo aku jadi Dena, aku tampar balik Bilson pake pentungan base ball, kesel banget 😡
2020-11-15
0