Setelah perdebatan dengan dokter, segala persetujuan administrasi mengenai operasi cesar pun sudah selesai ditandatangani Dena.
Mau tidak mau dokter harus segera melakukan operasi. Dikarenakan kondisi janin yang dikandung Aletha sudah membiru. Air ketuban sudah kering terminum oleh sang janin.
"Maaf, bu. Kondisi bayi ibu sudah melemah dan membiru. Sepertinya dia meminum air ketuban, bu," kata dokter Ariel saat di ruangan ICU.
"Jadi harus bagaimana, dok?" tanya Aletha terisak dengan wajah yang masih pucat.
"Kita harus segera mengeluarkannya, bu dengan cara pembedahan," kata dokter Ariel menjelaskan.
"Lakukan apa saja, dok yang penting anak saya selamat!" perintah Aletha kepada dokter Ariel.
Ia berusaha meraih tangan dokter Ariel, tapi karena kondisi badannya yang masih lemah ia pun terkulai lemas di tempat tidur.
Dena membantu memperbaiki tidur Aletha. Dia semakin iba melihat sahabatnya itu. Ia juga dari tadi sudah meneteskan air mata. Tapi di depan Aletha ia berusaha tegar untuk memberi semangat pada sahabatnya itu.
Bagaimana pun dukungan yang kuat sangat dibutuhkan Aletha saat ini, baik dari sahabatnya terlebih dari suami dan keluarganya.
"Den, tolong hubungi suamiku!" ucap Aletha pada Dena.
Aletha memberikan nomor ponsel Bilson padanya. Dena menghubungi nomor tersebut. Tetapi, nomor yang dihubungi tidak aktif.
"Tha, nomornya nggak aktif. Ada nomor lain?" tanya Dena.
"Nggak ada, Den. Hanya itu nomornya setauku," kata Aletha.
"Ya sudah. Nggak usah terlalu kamu pikirkan. Sekarang kamu fokus dengan bayimu dan kesehatanmu!" ucap Dena.
"Tapi, Den dia harus tau. Dia kan..." lirih Aletha.
"Sudahlah, Tha. Kamu tenang aja ya. Akan aku coba lagi nanti. Sekarang kamu istirahat, kamu tenangkan pikiranmu supaya operasinya nanti berjalan lancar!" ucap Dena pada Aletha.
Sebenarnya dia agak kesal sama Bilson, jadi dia berencana akan melakukan segala cara agar suami Aletha itu datang.
Dokter yang dari tadi masih di ruangan Aletha mencoba memahami pasiennya itu.
"Baiklah, bu! Sebaiknya ibu siapkan fisik dan mental ibu agar besok operasinya berjalan dengan lancar!" kata dokter Ariel memutus pembicaraan Aletha dan Dena.
Dena dan Aletha heran. Mereka membelalakkan matanya bersamaan.
"Besok, dok?" tanya Dena bingung.
"Iya, bu. Malam ini tidak bisa, karena dokter yang akan melakukan pembedahan akan pulang beristirahat dan kembali lagi besok pagi," kata dokter Ariel memberi alasan.
"Dok, bedanya besok dan hari ini apa dok? Sama-sama harus dibedah kan? Sama-sama merasakan sakit kan, dok?"
Aletha menjejali dokter Ariel pertanyaan.
"Iya bu. Sama saja memang. Tapi apakah ibu sudah siap?" tanya dokter Ariel.
"Saya siap, dok. Demi anak saya, saya siap. Kasihan dia di dalam dok, lebih baik cepat dikeluarkan," ucap Aletha penuh semangat.
Dena sangat senang mendengarkan penuturan sahabatnya itu. Aletha sudah kembali semangat. Dia pun menyetujui perkataan Aletha.
Dokter Ariel pun pamit dari ruangan Aletha. Dia pergi menuju ruangan dokter Edi yang akan melakukan pembedahan. Ia pun menceritakan segalanya.
Dokter Edi pun menyetujui. Ia mengurungkan niatnya untuk pulang. Padahal ia tadi sudah beres-beres akan pulang. Dokter Ariel menghubungi semua pihak yang terkait untuk melakukan operasi.
Dengan cekatan para perawat, dokter, bidan sudah memakai seragam operasi. Sementara Aletha sudah dibawa ke ruang bedah untuk di suntik bius. Dan Dena menunggu di ruangan Aletha sebelumnya karena tidak diperbolehkan ikut ke ruang bedah.
Setelah semuanya siap, operasi pun dilakukan. Dena menunggu di ruangan dengan perasaan berkecamuk. Ia juga merasa kasihan pada sahabatnya itu.
Saat-saat seperti ini tidak ada suami maupun keluarga yang mendampingi Aletha. Dena pun bingung. Dia tidak menyimpan kontak keluarga Bilson dan Aletha. Dia kan sudah lama di luar negeri. Wajar saja jika kontak mereka tidak ada.
"Hallo, Rim kamu dimana?" tanya Dena menelepon seseorang.
"......."
"Kamu cari yang bernama Bilson. Aku akan mengirimkan datanya lewat WA, kalau ketemu kamu geret dia ke sini. Aku lagi di rumah sakit sekarang," kata Dena pada seseorang yang bernama Rimba.
"....."
Dena memutuskan panggilannya. Dia fokus menunggu lahirnya bayi Aletha.
Satu jam kemudian, terdengar suara bayi dari ruang operasi. Dena berlari menghampiri suara itu. Ia menanyakan pada salah seorang perawat yang keluar dari ruang operasi.
"Suster, apakah bayi Aletha sudah lahir? tanyanya penuh semangat.
"Sudah, bu. Sekarang bayinya sedang dibersihkan oleh bidan," kata perawat tersebut.
"Saya permisi ya, bu," kata perawat tersebut meninggalkan Dena.
Ia kembali ke ruangan tempat Aletha dirawat untuk menunggu Aletha.
Setengah jam kemudian, dua perawat mendorong tempat tidur yang di dalamnya ada Aletha. Aletha sedang terlelap.
"Tolong ibu persiapkan semua kebutuhan pasien, bu!" kata salah seorang perawat.
"Baik, sus," kata Dena mengerti.
Ia menghampiri perawat tersebut untuk menanyakan apa saja yang dibutuhkan. Setelah mendapatkan informasi dari perawat, Dena memutuskan untuk kembali ke rumah Aletha.
Ia memanfaatkan waktu selagi Aletha masih terlelap. Ia juga berharap akan bertemu dengan suami Aletha di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
keren 👍
2023-01-16
0
ririn
mampir thor
2023-01-12
0
Caramelatte
semangat thor!
Salam –Belong to Esme–
2020-11-23
0