Takdir Cinta Yordan Dan Amara

Takdir Cinta Yordan Dan Amara

Bertemu

Brugk...

Innalillahi wa innna ilaihi rojiun....

Amara, seorang gadis berkerudung coklat muda, mahasiswi semester 5 universitas terkemuka di kota Den Haag.

Dia sangat terkejut ketika tiba-tiba ketika tubuhnya terdorong keras, hingga menyenggol tongkat berjalannya. Dia jatuh tersungkur di atas trotoar. Buku-bukunya pun jatuh berserakan.

“Kalau jalan, hati-hati dong,” ucapnya dengan mendengus kesal.

“Oh maaf,.” ucap Yordan.

Yordan, seorang pemuda yang sudah cukup matang dan pengusaha properti yang cukup berhasil. Tanpa pikir panjang, ia merapikan buku-bukunya dan mengembalikannya.

Amara mencoba meraih tongkatnya dengan susah payah.

l

“Aw...kakiku,” Amara merintih kesakitan.

Tanpa sengaja Yordan menginjak kakinya. Malang benar nasibnya kali ini. Sudah jatuh, diinjak pula. Kata peribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga.

“Oh, maaf. Mana yang sakit.” tanya Yordan dengan penuh perhatian. Lalu memijin kaki Amara dengan lembut.

“Apa-apaan, Kau. Pegang-pegang tanpa ijin. Nggak sopan!”

Amara mendorong tubuh Yordan dengan kuat. Sampai-sampai Jordan terduduk seketika.

“Sakit kah?,” tanya Yordan dengan bingung.

“Kau...hiks.” wajahnya memerah. Bukan hanya sakit tapi juga kesal.

Yordan kembali memijat pergelangan kakinya.

“Kamu itu” ucap Amara tertahan. Lalu la pun menunduk malu.

"Tak usah." Amara menepis tangan Yordan dengan kesal.

“Mengapa? Aku hanya ingin membantumu,”

Tanpa persetujuan Amara, Dia kembali memeriksa dan memijit kaki gadis itu dengan hati-hati.

“Aku bilang nggak usah, ya nggak usah. Bilang saja kau mencari kesempatan dalam kesempitan,” ucapnya dengan ketus.

Yordan terbelalak. Dia tak menyangka, niat baiknya telah disalah artikan.Yordan menatap gadis itu lekat. Dia terpaku, saat melihat wajah gadis itu dengan seksama. Sepertinya, wajah ini tak asing baginya. Tapi siapa, ya?

Oh ya...sekarang dia baru ingat.

Wajah gadis ini seperti wajah gadis kecilnya yang selama ini disimpannya dalam hati. Gadis kecil yang hidup sebagai tetangganya saat ia sedang mengasingkan diri di rumah neneknya. Dia menjadi teman satu-satunya yang ia miliki saat kala ia sendiri.

Saat dirinya merasa kesepian, saat dia sedih, dia selalu datang. Keceriaannya, keusilannya, dan kecerewetannya mampu mengusir gundah-gulana yang dia rasakan. Ada saja cara yang dia lakukan yang membuat dirinya tersenyum.

Entah disengaja atau tidak, dia selalu punya alasan untuk bisa masuk ke tempatnya dan melakukan kekonyolan di sana.

Eh, ternyata kita punya kesukaan hewan yang sama. Binatang berbulu yang berbunyi “meong”. Hehehe...

Kadang kucing anggora-nya yang dijadikan alasan agar dia bisa menggangguku. Katanya, Si Pus Meong ingin cari temanlah, atau apalah. Alasan yang mengada-ada, agar ia bisa menggangguku dan membuat kamarku berantakan. Tapi lama-lama membuat diriku kangen juga, jika dia tak datang. Tak ada yang mengganggu dan mengajakku bermain.

Aku yang sedikit bisa bermain musik sering mengajaknya bernyanyi bersama dengan diiringi piano yang aku punya. Ini sangat menyenangkan.

Tapi sayang, kita harus berpisah. Dia pergi, mengikuti kedua orang tuanya yang pindah tugas di kota yang jauh, lain pulau. Ah, sayang sekali, dirinya kini kembali kesepian. Dia meninggalkan kesan yang mendalam, sampai sekarang ia masih terkenang.

Kehadirannya sangat berarti baginya, mengisi hari-hari yang semula menyebalkan, menjadi lebih berwarna. . Siapa namanya, ya?...Ah, mengapa aku harus lupa?....

Tapi benarkah ini dia? Wajah ini terlalu cantik dan manis untuk disandingkan. Tapi kalau memang dia, Ia amat bersyukur bisa dipertemukan kembali.

Bagaimana pun ada rasa rindu yang tak bisa dia ungkapkan pada siapa pun sampai saat ini. Tapi, mampukah ia mengungkapkan apa yang dia rasakan?

Dia yang tubuhnya terbungkus rapat dengan pakaian yang entah itu apa namanya dengan kalung salib yang selalu menghiasi lehernya.

Semoga saja bukan dia, harapnya kemudian.

Yordan tersenyum dan geleng-geleng kepala. Dia tak mengerti dengan jalan pikiran gadis yang ada di depannya. Dia menolak pertolongan yang ingin dia berikan.

“Apakah sakit?” tanyanya ketika melihat bibir gadis itu meringis.

“Aku tak apa-apa. Terima kasih,” jawabnya.

Berlahan-lahan, dia berusaha berdiri dengan berpegangan tongkat penyanggah yang dia miliki.Dia tampak lelah. Ada butiran-butiran peluh yang tipis memenuhi dahinya.

Ia menjadi tak enak hati. Dia ingin membantunya, tapi baru saja dia mengulurkan tangan, gadis itu sudah terlebih dulu menggelengkan kepala.

Ya, sudahlah. Apa boleh dikata, keberadaannya sudah tidak diperlukan lagi di sini. Lebih baik dia pergi.

Yordan pun bangkit, meninggalkan Amara sebelum dia bisa minta maaf dan memperbaiki kesalahannya. Namun belum sampai dia membalikkan badan, tiba-tiba dia mendengar teriakan lirih.

“Aaa...” Tubuh gadis itu sempoyongan, tongkatnya terlepas dari tangannya.

Spontan Yordan menangkap tubuh gadis itu dan menariknya ke dalam pelukan.

Gadis itu kaget. Tubuhnya bergetar hebat. Untuk sesaat dia menjadi terpana. Ada getaran halus yang menyelinap dalam jiwanya. Apa itu, dia tak bisa mengartikan.

“Oh, tidak ... ini salah,” batinnya berteriak. Dia menyentak kedua tangan Yordan dengan keras, ingin melepaskan diri.

“Jangan keras kepala!” ucap Yordan agak keras.

Tentu saja Yordan tak ingin melepaskan begitu saja. Bisa-bisa, dia akan jatuh kembali.Yordan merasa kalau gadis itu merasa tak nyaman dengan apa yang dilakukannya.

Hmm....

Dia tak habis pikir, ada apa dengan wanita ini? Memangnya ada yang salah dengan yang dia lakukan. Dia tulus ingin membantu.

“Maafkan aku. Aku hanya ingin menolong mu,” kata Yordan kemudian, sambil melepas tubuh gadis itu berlahan-lahan sampai ia dapat berdiri tegak.

“Terima kasih,” sahutnya dingin.

“Apa kamu marah?”

“Tidak.” jawabnya ketus. Ia pun membuang muka.

Kini wajah itu memerah dan menegang, mungkin sebentar lagi rintik hujan akan turun dari sudut matanya. Mungkin ....

Melihat keras kepalanya gadis itu, takkan mungkin dia akan menangis. Sama saja itu menunjukkan kelemahan di hadapannya. Tapi ternyata..

Hiks...akhirnya.

Kalau sakit atau sedih, ungkapkan saja. Kenapa mesti malu. Selagi dirinya masih ada di sana, dia akan selalu siap sedia. Setidaknya dia bisa memberikan bahunya untuk bersandar. Hahaha....

“Kamu telah membuat rencana ku gagal. Tak mungkin aku akan datang ke tempat temanku dalam keadaan kakiku sakit. Aku ingin pulang. Dan itu sangat menyebalkan. Dan lebih menyebalkan lagi, aku harus berjalan ke stasiun dalam keadaan seperti ini,” gumamnya lirih.

Yordan tertawa dalam hati sambil berkata, “Makanya jadi gadis jangan sombong dan sok kuat. Banyak lho, yang ingin menolong mu. Contohnya dirinya, hahaha....”

Maaf, kalau watak setan mencoba mengambil peran. Tapi jangan khawatir, itu tak akan terjadi. Dia masih waras. Hanya ingin sombong sedikit.

Dia perhatikan dengan seksama, lama-lama ia tak tega melihat gadis itu melangkah dengan susah payah.

“Kamu mau kemana?’

“Aku mau pulang.”

“Aku antar.”

“Tidak, aku tak mau merepotkan kamu.”

Masih sama, gadis ini tak tergoyahkan. Ini yang membuat dirinya makin penasaran. Mengapa dia bersikeras menolak pertolongannya. Apa wajahnya bertampang kriminal?

“Sama sekali tidak. Justru aku senang. Kalau kamu keberatan, anggap saja ini sebagai permintaan maaf ku.”

“Apa kamu bisa dipercaya?”

“Kamu mencurigai ku?”

“Tentu.”

What?

Seketika Yordan terperanjat. Alis matanya pun terangkat. Apa yang terjadi dengan gadis ini?

Hm...Gadis ini luar biasa. Dia sangat unik dan menarik. Caranya marah sangat berkelas. Tak perlu banyak kata. Tapi sekali berkata, membuat diriku tak berarti di hadapannya dan tersulut emosi. Tapi aku suka itu.

Inilah yang membuatku semakin tertantang. Apalagi saat dia berbicara, gaya bicara dan suaranya semakin mengingatkan pada sosok gadis kecilnya yang sampai saat ini menari-nari dalam ingatan. Oh my God ....

“Bukannya aku tak mau menerima pertolonganmu, tapi Aku lebih suka berusaha sendiri dari pada harus bergantung, apalagi...” Dia tak melanjutkan kata-katanya. Dia menatap Yordan dengan ragu.

“Baiklah, aku tak bisa melarang kamu untuk mencurigai ku. Tapi, apakah kamu merasa aman di sini sendirian, dalam keadaan seperti ini?”

Benar juga apa yang dikatakan lelaki yang ada di depannya. Kalau dia adalah laki-laki yang tidak baik, tentu dia akan meninggalkan dirinya begitu saja.

Tak ada salahnya untuk percaya padanya, mana kakiku makin sakit lagi. Ok, dia akan menerima bantuannya kali ini. Maafkan diriku Tuhan, jika tindakan ini salah.

Dia benar-benar membutuhkan bantuan orang lain. Dan hanya dia yang bersedia membantunya.

“Baiklah, aku percaya. Aku akan berterima kasih bila kamu bisa mengantarkan aku sampai di depan pintu rumahku.”

Sekarang Yordan merasa lega. Rasa bersalah yang menekannya sedikit berkurang. Meskipun dia merasa, itu belum seberapa dengan apa yang harus ditanggung oleh gadis itu, akibat kecerobohannya.

“Tunggulah di sini, aku ambil mobilku.”

Gadis itu mengangguk Dia berdiri dengan sabar di pinggir trotoar memperhatikan Yordan yang setengah berlari, menuju ke tempat parkir.

Tak lama dia telah kembali dengan mobil sport miliknya. Yordan turun, menghampiri gadis itu. Dia membukakan pintu untuknya.

“Masuklah!” Dengan dibantu Yordan gadis itu melangkah, masuk ke dalam mobil itu dan duduk dengan nyaman.

“Di mana kamu tinggal?”

“Roterdam.”

“Tapi, sepertinya kamu bukan orang sini, deh?”

“Ya. Aku dari Indonesia. Aku sedang kuliah. Aku ikut saudara. Kalau Kakak?”

“Aku dari Brazil. Kebetulan saja aku di sini.”

“Ngomong-ngomong, boleh aku tahu siapa namamu?”

“Amara.”

Amara...Amara...Amara. Nama yang tak asing di telingaku. Sepertinya nama gadis kecil itu.

Tapi bukan ah...aku biasa memanggilnya Irma. Karena begitulah nenek menyuruhku memanggilnya saat itu. Agar kami bisa lebih akrab dan saling menyayangi.

Seperti adat di sana, memanggil yang lebih muda dengan sebutan “Dik” dalam bahasaku adalah “Irma” yang artinya adik perempuan. Sedangkan ia sering memanggil sebutan “Kakak”. Kadang-kadang dia memanggilku dengan sebutan “Irmao” yang artinya kakak laki-laki.

“Kakak bisa bahasa Indonesia?’

“Sedikit. Dulu aku pernah tinggal di Indonesia tapi itu sudah sangat lama. Waktu aku kecil.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!