"Azuma!" teriak ibunya yang ingin membangunkan azuma dari tempat tidurnya.
"Mau sampai kapan kamu tidur terus?! Hari ini kamu harus masuk akademi! Ini hari pertamamu!" bentak ibunya kepada Azuma yang masih terbaring di tempat tidur.
Karena mendengar penjelasan kenapa ibunya membangunkannya, Azuma tiba-tiba bangun dengan cepat dan melirik kearah ibunya.
"Kenapa ibu baru memberitahuku sekarang adalah hari aku masuk akademi?! Kenapa tidak kemarin saja?! Ini mendadak sekali!" Azuma emosi karena perilaku ibunya kepada Azuma.
Ibunya tak menghiraukan omongan anaknya dan pergi dari kamar Azuma.
"Setelah merapikan kamarmu, turun dan sarapan!"
Azuma mengangguk setuju, Azuma mulai membereskan kamar kecilnya. Dimulai dari melipat kasur lantainya, membersihkan bagian lantai yang kotor, membuang sampah makanan yang berserakan hingga membersihkan debu yang menempel di kaca kamarnya.
Selesai beres-beres, Azuma turun dari kamarnya yang berada di lantai dua ke dapur dekat tangga menuju kamarnya. Ayahnya menyapa Azuma di tempat duduk yang ada di meja makan.
"Sebelum makan, mandi dulu sana," ujar ayahnya.
Azuma mulai berjalan menuju kamar mandi yang tak jauh dari dapur.
"Ibu taruh seragammu disini ya." Ibunya yang meletakkan seragam yang akan digunakan untuk masuk ke akademi di dekat pintu masuk kamar mandi.
Azuma menyalakan shower pertanda bahwa dirinya sedang mandi. Tak lama sekitar tujuh hingga delapan menit, Azuma keluar dari kamar mandi dengan handuk yang ditaruh di bahunya.
"Ya seragam itu cocok untukmu Azuma, hahaha." Ayahnya menertawakan penampilan Azuma yang pertama kali menggunakan seragam akademi.
"Itu termasuk pujian atau penghinaan?" Azuma menanyakan hal kecil tersebut.
"Hahaha ... sudah jangan dipikirkan sini duduk disebelah ayah," ujar Ayah sambil memegang kursi di sebelahnya.
Azuma duduk di sebelah ayahnya dan mulai memakan nasi dilengkapi sayur buatan ibunya.
"Azuma, hari ini adalah hari pertama dimana kamu akan ke akademi yang berada di sembilan ratus meter dari rumah kita, kuharap kamu betah di sana." Ayahnya berbicara kepada Azuma selagi ia makan.
"Terima kasih Ayah, aku tidak akan mengecewakan keluarga Aijima di akademi itu, akan kubuktikan latihan yang selama ini ayah berikan untukku!" Semangat Azuma membara ketika berbicara dengan Ayahnya.
"Ya sudah waktunya, cepat pergi sebelum terlambat." Ayahnya menyuruh pergi dengan paksa seperti ingin mengusirnya.
Azuma berangkat dari rumah ke tujuannya, tak lama sekitar tiga puluh menit, Azuma sampai di akademi tersebut.
Azuma terkejut ketika berada di depan gerbang akademi, dia terpaku akan kemegahan bangunan yang dilihatnya yang tak lain adalah akademi onigawara. Di sekitarnya tumbuh pepohonan yang menyejukkan suasana bila dirinya berada disana. Banyak sekali murid yang berada di akademi tersebut membuat Azuma gugup untuk masuk ke lingkungan akademi.
Tiba-tiba seseorang datang dari belakang Azuma dengan badan yang kekar dan menyapa dengan cara yang kasar.
"Hei, jika kau tidak mau masuk ke dalam, sebaiknya menyingkir dari depan gerbang itu!" bentak orang yang tak dikenal Azuma.
"Ah, saya minta maaf." Azuma menundukkan kepalanya berulang-ulang kali tanda dirinya meminta maaf.
Orang itu menatap Azuma dengan tatapan tajam dari atas hingga ke bawah. "Kau anak baru disini ya? Kau di kelas mana?"
"Ah ya aku anak baru disini. Aku tidak tahu aku ditempatkan di kelas mana, masuk ke dalam saja belum." Azuma menjawab pertanyaannya dengan ekspresi sedikit senang.
"Aku ingin melihat kekuatanmu, apakah kau pantas untuk masuk ke akademi ini," ujar orang yang tak dikenal Azuma menyombongkan diri.
"Ah maaf menurut peraturan di akademi ini kita tidak boleh menggunakan kekuatan kita untuk melakukan pertarungan dengan sesama murid disini. Kecuali kalau guru menyetujuinya." Azuma menjelaskan salah satu peraturan yang ada di akademi onigawara. Azuma mengetahui beberapa peraturan akademi dari Ayahnya.
"Banyak omong!" Orang asing itu memukul Azuma dengan sekuat tenaganya hingga Azuma terpental dan terseret sampai masuk ke akademi.
Azuma bangun kembali dengan rasa sakit yang tidak biasa.
Murid-murid yang berada di sekitaran akademi melihat pertarungan Azuma dan orang asing tersebut.
"Dia orang baru di akademi? dia dalam bahaya! Melawan peringkat tiga di akademi pasti akan kalah," ujar murid yang berada di dekat pepohonan yang tak jauh dari tempat Azuma.
Sementara itu, terlihat seorang guru dari lantai dua akademi sedang melihat pertarungan antara Azuma dan Katsuya.
"Melawan Haruaki Katsuya ya? Pasti dia kalah. Apa sih yang dipikirkan kepala sekolah sialan itu," ujar salah satu guru yang melihat pertarungan di jendela lantai dua akademi
Katsuya perlahan mendekati Azuma yang sedang berdiri menahan rasa sakitnya.
"Aku muak dengan murid baru yang masuk ke akademi ini, terutama laki-laki! Akan kuberi pelajaran sampai kau tak tahan dan memutuskan untuk keluar dari akademi ini!" Katsuya menjelaskan kenapa dia bisa memukul Azuma sekeras itu.
Azuma memanggil Jin, sebuah pedang milik Azuma yang diturunkan dari ayahnya.
"Jika itu yang kau mau aku akan siap kapanpun untuk melawanmu. Aku datang kesini atas perintah Ayahku, jadi aku tak boleh mengecewakan Ayahku! Akan kubuktikan latihanku selama ini!" ujar Azuma membulatkan tekadnya untuk melawan Katsuya si peringkat ketiga di akademi onigawara.
"Hmm ... menarik sekali ... aku akan bertarung dengan sekuat tenaga untuk menarik kembali omong kosongmu itu! Kuharap kau tidak mengecewakanku." Katsuya menerima tantangan Azuma.
Azuma dan Katsuya menunjukkan kuda-kudanya, disisi lain para murid yang menonton hanya diam terpaku melihat pertarungan dan berpikir Azuma memiliki kemungkinan kecil untuk menang.
Azuma berlari menuju Katsuya bersamaan merapal teknik pedang miliknya. "Teknik pedang aliran air : water slash!" Azuma mengayunkan pedang dari kiri ke kanan bersamaan dengan air yang menyelimuti pedangnya dan mengikuti irama ayunan pedang Azuma.
Katsuya menangkis ayunan pedangnya dengan tangan kanannya yang diselimuti aura berwarna kuning keemasan. "Inikah teknik pedang yang selama ini kau berlatih? Lemah sekali." Katsuya meremehkan ayunan pedang milik Azuma.
Katsuya menyingkirkan pedang yang menempel di tangannya dan merencanakan serangan selanjutnya.
"Teknik bela diri tingkat tengah : pukulan beruntun, yin-yang!" Katsuya memukul perutnya dengan tangan kanan dan disusul dengan tangan kiri, setelah melancarkan dua pukulan tersebut muncul sebuah lambang yin-yang milik Katsuya.
Dua pukulan dari Katsuya menyebabkan Azuma terhempas ke pepohonan dan membuat Azuma tak bisa bertarung lagi.
Tak jauh di pertarungan mereka berdua, salah satu murid perempuan berlari masuk ke akademi bermaksud untuk menghentikan pertarungan tersebut dengan bantuan guru di akademi ini.
"Cih ... mengecewakan sekali, kukira kamu bisa menghiburku tapi nyatanya malah begini!" Katsuya mulai kesal dengan hasil pertarungannya.
Sementara itu murid perempuan yang sedang mencari gurunya berlarian ke berbagai tempat tapi tak berhasil menemukan gurunya.
"Sial! Disaat seperti ini kenapa para guru malah tidak ada!" ujar murid perempuan yang berusaha mencari guru di akademi tersebut.
Azuma mulai kehilangan kesadarannya akibat pukulan yin-yang milik Katsuya.
"Bahaya! Dia bisa mati!" ujar murid yang menonton pertandingan mereka berdua.
"Katsuya hentikan! Ini sudah melewati batas! Dia sudah kehilangan kesadarannya! Itu berarti dia sudah kalah telak olehmu!" teriak murid yang berusaha menghentikan Katsuya.
Katsuya tak menghiraukan omongan bawahannya, Katsuya mulai mendekati Azuma yang tak sadarkan diri, bermaksud untuk melakukan serangan terakhirnya.
"Gawat! Kita harus menghentikan Katsuya!" Seseorang nekat ingin menghentikan Katsuya.
"Jangan nekat! Kau mana mungkin bisa melawan peringkat tiga di akademi ini? Pikirkan dengan matang dari perkataanmu itu!" ujar murid yang ingin menghentikan tindakan temannya.
Katsuya mulai merapal tekniknya untuk melakukan serangan terakhirnya. "Teknik bela diri tingkat teng—" Katsuya seketika menghentikan rapalan tekniknya.
Sebelum serangan terakhir Katsuya dilakukan, tiba-tiba Azuma yang terkapar di tanah menghilang, membuat Katsuya kebingungan mencari Azuma.
"Sialan! Dimana kamu pengecut! Keluar kalau berani!" Katsuya berteriak memanggil Azuma.
"Aku disini!" Azuma memanggil Katsuya yang berada di depannya.
Para murid yang menonton dari kejauhan kaget akan kehadiran Azuma yang tak diketahui oleh Katsuya.
"Kau! Bagaimana bisa berada di belakangku?!" Katsuya bertanya hal konyol kepada Azuma.
"Bukan urusanmu!" Azuma membentak Katsuya yang menanyakan bagaimana caranya Azuma berada dibelakangnya.
"Dilihat dari segi manapun sepertinya Azuma kehilangan kesadarannya sehingga dia bisa seperti ini. Hmm ... Menarik," ucap orang yang menonton di lantai dua yang tak lain adalah salah satu guru di akademi tersebut.
Azuma menyiapkan kuda-kudanya dan mulai mengucapkan salah satu teknik miliknya.
"Teknik pedang aliran air tingkat atas : twin head dragon!" Azuma mengeluarkan teknik yang digunakan oleh ayahnya ketika melawan raja iblis untuk menyegelnya.
"Twin head dragon! Sebuah teknik air tingkat atas! Menurut sejarah yang kita pelajari di akademi, teknik ini merupakan salah satu teknik aliran air terkuat yang pernah ada!" ujar murid yang menonton pertarungan tersebut.
"Sial! Teknik bela diri tingkat tengah : perisai yin-yang!" Katsuya mengeluarkan teknik pertahanan miliknya, memunculkan yin-yang untuk menjadi perisai Katsuya.
Sayangnya perisai yin-yang milik Katsuya tak dapat menahan serangan twin head dragon milik Azuma yang membuat dirinya tak sadarkan diri.
Selang beberapa detik setelah Katsuya tak sadarkan diri, tubuh Azuma jatuh ke tanah dan dirinya menjadi tak sadarkan diri seperti Katsuya.
Para murid yang menonton pertarungan itu mulai mendekati mereka berdua, bermaksud untuk membawanya ke UKS.
Sementara itu dilantai dua, seorang guru yang melihat dari kejauhan mulai mengambil ponsel yang berada di saku celananya bermaksud untuk menelepon guru lainnya.
Setelah melaporkan kejadian tadi, dirinya menggunakan teknik semacam teleportasi untuk meninggalkan tempat tersebut.
*Ruangan rahasia di bawah tanah akademi Onigawara
"Semuanya berjalan dengan lancar Aijima Hayato, rupanya anakmu bisa mengeluarkan teknik twin head dragon-nya. Tetapi, Azuma harus kehilangan kesadarannya," ujar Terumi, kepala sekolah akademi onigawara.
"Oh, begitu. Kuharap anakku bisa mengembangkan kemampuan berpedangnya di akademi ini." Ayahnya berharap banyak di akademi onigawara. Ia ingin Azuma bisa menjadi seperti Ayahnya atau bahkan melebihi ayahnya.
*Sebelum Azuma sampai di akademi.
*Dikelas 1-B
Katsuya yang sedang menatap papan tulis didepannya tiba-tiba dikagetkan dengan suara gebrakan pintu kelas oleh temannya.
"Katsuya! Kepala sekolah ingin bicara denganmu di ruangannya!" ujar teman Katsuya dengan nafasnya yang terengah-engah.
Katsuya menuruti perintah kepala sekolah untuk menghampiri ruangan kepala sekolah.
*Di ruangan kepala sekolah.
"Ada apa?" Katsuya menanyakan tujuannya datang ke ruangan kepala sekolah.
"Ada hal yang ingin ibu sampaikan," ujar kepala sekolah yang mulai serius dari segi wajahnya.
"Cepatlah katakan, aku sudah bosan berada disini. Ini adalah tempat yang menjijikan," ujar Katsuya yang emosi terhadap kepala sekolah.
Kepala sekolah menjelaskan bahwa ada murid baru yang menantangnya untuk duel di gerbang akademi, dan tentu saja kepala sekolah menyetujui atas duel tersebut.
Mendengar ada yang menantangnya, amarah Katsuya kini meluap. Tanpa basa-basi Katsuya pergi meninggalkan ruangan kepala sekolah untuk menemui seseorang yang menantangnya di depan gerbang sekolah.
"Hayato semua berjalan atas kemauanmu, apakah kamu yakin? Bagaimana kalau anakmu kenapa-kenapa?" Kepala sekolah menyapa Hayato yang berada di balik lemari buku milik kepala sekolah.
Aijima Hayato menghampiri kepala sekolah sedang duduk manis di tempat kerjanya.
"Jangan dikhawatirkan, justru itu yang aku mau. Aku ingin melihat perkembangan anakku satu-satunya. Supaya ambisi ini terpenuhi aku harus menggunakan teknik kloning diri, sungguh menyusahkan." Hayato menjelaskan ambisinya kepada kepala sekolah.
"Baik kita harus ke ruangan rahasia, karena setelah kejadian ini pasti ada salah satu murid yang akan melaporkan pertarungan tersebut kepadaku," ujar kepala sekolah.
Aijima Hayato tersenyum mendengar penjelasan kepala sekolah dan menuruti apa yang direkomendasikan olehnya.
Kepala sekolah memakai teknik teleportasi kepada Hayato dan dirinya sendiri untuk menuju ruangan rahasia akademi onigawara.
Sementara itu salah satu guru andalan kepala sekolah ditugaskan untuk melihat duel tersebut di lantai dua akademi tersebut.
TO BE CONTINUE
Next Chapter : Aku berada di onigawara!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
anggita
karena masih ngantuk😴 sempat gagal fokus, salah baca Aijima hayato.. jdi Ajinomoto🙏
2024-08-14
0
Mamat Stone
moga aja ceritanya tuntas
semangat Thor
2024-08-09
0